Budidaya Tanaman Buah Alpukat

Budidaya Tanaman Buah Alpukat - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Buah Alpukat, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Buah-Buahan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Buah Alpukat
link : Budidaya Tanaman Buah Alpukat

Baca juga


Budidaya Tanaman Buah Alpukat

Alpukat
( Persea americana Mill / Persea gratissima Gaerth )
I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Tanaman alpukat merupakan tumbuhan buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.

Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada kala ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di tempat dataran tinggi.

1.2. Sentra Penanaman
Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar yaitu Amerika (Florida, California, Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat.

Di Indonesia, tumbuhan alpukat masih merupakan tumbuhan pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usahatani. Daerah penghasil alpukat yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.

1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi lengkap tumbuhan alpukat yaitu sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill

Berdasarkan sifat ekologis, tumbuhan alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:
Ras Meksiko
Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga hingga buah sanggup dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.

Ras Guatemala
Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu cuek (toleransi hingga -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras, gampang rusak dan bernafsu (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan setelah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.

Ras Hindia Barat
Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi hingga minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan setelah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah.

Varietas-varietas alpukat di Indonesia sanggup digolongkan menjadi dua, yaitu:
Varietas unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil menempel pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar.
Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:
1. Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bulat 6-8 m
2. Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo bulat bulat panjang dengan tepi berombak
2. Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan, alpukat ijo bulat terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan
3. Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bulat 0,3-0,4 kg
4. Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bulat lonjong (oblong)
5. Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bulat enak, gurih, agak kering
6. Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bulat 7,5 cm
7. Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bulat 9 cm
8. Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bulat 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg)

Varietas lain
Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang yaitu alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol.

1.4. Manfaat Tanaman
Bagian tumbuhan alpukat yang banyak dimanfaatkan yaitu buahnya sebagai kuliner buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa dilakukan masyarakat Eropa yaitu digunakan sebagai materi pangan yang diolah dalam aneka macam masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat yaitu untuk materi dasar kosmetik. Bagian lain yang sanggup dimanfaatkan yaitu daunnya yang muda sebagai obat tradisional (obat kerikil ginjal, rematik).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Angin diharapkan oleh tumbuhan alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam sanggup dapat mematahkan ranting dan percabangan tumbuhan alpukat yang tergolong lunak, ringkih dan gampang patah.

Curah hujan minimum untuk pertumbuhan yaitu 750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk tempat dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tumbuhan alpukat masih sanggup tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.

Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca cuek dan iklim kering, bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat.
Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat tumbuhan alpukat sanggup tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi, tumbuhan alpukat sanggup mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tumbuhan alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko mempunyai daya toleransi hingga -7 derajat C, Guatemala hingga -4,5 derajat C, dan Hindia Barat hingga 2 derajat C.

2.2. Media Tanam
Tanaman alpukat biar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak gampang tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak mengandung materi organik.

Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat yaitu jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (aluvial loam).

Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam hingga netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tumbuhan akan menderita keracunan lantaran unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional mirip Fe, Mg, dan Zn akan berkurang.

2.3. Ketinggian Tempat
Pada umumnya tumbuhan alpukat sanggup tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tumbuhan ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tumbuhan alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di tempat dengan ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Bibit
Bibit yang baik antara lain yang berasal dari:
a) Buah yang sudah cukup tua.
b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.

3.1.2. Penyiapan Bibit
Sampai ketika ini bibit alpukat hanya sanggup diperoleh secara generatif (melalui biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan mata/okulasi). Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan lantaran tumbuhan usang berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.

3.1.3. Teknik Penyemaian Bibit
Penyambungan pucuk (enten)
Pohon pokok yang digunakan untuk enten yaitu tumbuhan yang sudah berumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tumbuhan berasal dari biji yang berasal dari buah yang telah bau tanah dan masak, tinggi 30 cm/kurang, dan yang penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya digunakan ujung dahan yang masih muda dan berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping pohon pokok yang diikat/dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat yaitu pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tidak sanggup kuncup pada tumbuhan pokok.

Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan lembab. Setiap hari tumbuhan disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tumbuhan disemprot fungisida. Pada demam isu kering hama tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan kelthane.
Bibit biasanya sudah sanggup dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, dan pemindahannya dilakukan pada ketika permulaan demam isu hujan

Penyambungan mata (okulasi)
Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat, dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik untuk menempel yaitu pada ketika kulit batang semai gampang dilepaskan dari kayunya. Caranya yaitu kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke bawah kemudian dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan sedikit kayu dari cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan hingga tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan pita plastik. Bila dalam 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil.

Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, kemudian dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata sanggup lebih cepat. Setelah batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka penggalan pohon pokok yang dilengkungkan dipotong sempurna di atas okulasi dan lukanya diratakan, kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini sanggup dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan yang paling baik yaitu pada ketika permulaan demam isu hujan.

Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan yaitu menjaga kelembaban udara biar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25 derajat C). Selain itu juga jangan dilakukan pada demam isu hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 ahad sekali. Pemupukan sanggup bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun sanggup juga diberikan dengan takaran sesuai usulan dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja.

3.2. Pengolahan Media Tanam
Lahan untuk tumbuhan alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus higienis dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, kemudian dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan ketika demam isu kering sehingga penanaman nantinya sanggup dilakukan pada awal atau ketika demam isu hujan.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pola Penanaman
Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietas-varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tumbuhan alpukat tidak sanggup melaksanakan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang mempunyai tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe bunga A yaitu ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe B yaitu collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh lantaran itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang mempunyai tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
a) Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
b) Tanah penggalan atas dan bawah dipisahkan.
c) Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi mirip semula. Tanah penggalan atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk sangkar sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
d) Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.

3.3.3. Cara Penanaman
Waktu penanaman yang sempurna yaitu pada awal demam isu hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan. Langkah-langkah penanaman yaitu sebagai berikut:
a) Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.
b) Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya biar gumpalan tanah tetap utuh.
c) Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher batang, kemudian ditimbun dan diikatkan ke ajir.
d) Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibentuk miring dengan penggalan yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi hingga tumbuh tunas-tunas gres atau lebih kurang 2-3 minggu.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tumbuhan lantaran di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan tentangan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh lantaran itu, biar tumbuhan sanggup tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.

3.4.2. Penggemburan Tanah
Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tumbuhan tidak sanggup leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tumbuhan perlu digemburkan dengan hati-hati biar akar tidak putus.

3.4.3. Penyiraman
Bibit yang gres ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang sempurna untuk menyiram yaitu pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.

3.4.4. Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati biar luka bekas pemangkasan terhindar dari jerawat penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.

3.4.5. Pemupukan
Dalam pembudidayaan tumbuhan alpukat diharapkan aktivitas pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tumbuhan alpukat, khususnya akar-akar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan takaran kecil.

Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila aktivitas pemupukan tahunan memakai pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk tumbuhan berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tumbuhan umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun.

Mengingat tumbuhan alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibentuk sempurna di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama pada Daun
Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih dan dipenuhi rambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah menyala. Gejala: Daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun habis sama sekali tetapi tumbuhan tidak akan mati, dan terlihat kepompong bergelantungan. Pengendalian: Menggunakan insektisida yang mengandung materi aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan takaran 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan takaran 2-3 cc/liter.

Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
Ciri: Sayap kupu-kupu sanggup mencapai ukuran 25 cm dengan warna coklat kemerahan dan segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm dan mempunyai duri yang berdaging. Pupa terdapat di dalam kepompong yang berwarna coklat. Gejala: Sama dengan tanda-tanda serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun. Pengendalian: Sama dengan pemberantasan ulat kipat.

Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.
Ciri: Warna tubuh hijau bau tanah hingga hitam atau kunig coklat. Hama ini mengeluarkan embun madu yang biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam dan semut berdatangan. Gejala: Pertumbuhan tumbuhan terganggu. Pada serangan yang ahli tumbuhan akan kerdil dan terpilin. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, contohnya Orthene 75 SP dengan takaran 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.

Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso
Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan hingga merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dengan jumlah 14-18 pasang dan yang terpanjang di penggalan pantatnya. Gejala: Pertumbuhan tumbuhan terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, dan buah yang terjangkit akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, dan usang kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida yang mengandung materi aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion 30 EC takaran 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S takaran 0,2% dari konsentrasi fomula.

Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan, sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan. Terdapat beberapa bercak hitam, kaki dan penggalan ekspresi putih, ukuran tubuh 0,5 mm. Gejala: Permukaan daun berbintik-bintik kuning yang kemudian akan bermetamorfosis merah bau tanah mirip karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yang halus. Serangan yang ahli sanggup mengakibatkan daun menjadi layu dan rontok. Pengendalian: Disemprot dengan akarisida Kelthan MF yang mengandung materi aktif dikofoldan, dengan takaran 0,6-1 liter/ha.

3.5.2. Hama pada Buah
Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)
Ciri: Ukuran tubuh 6 - 8 mm dengan bentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dada berwarna coklat bau tanah bercak kuning/putih dan penggalan perut coklat muda dengan pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada ketika masih muda dan kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm. Gejala: Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan bacokan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk lantaran dimakan larva. Pengendalian: Dengan umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan insektisida sanggup dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC yang berbahan aktif triazofos takaran 2 cc/liter dan tindakan yang paling baik yaitu memusnahkan semua buah yang terjangkit atau membalik tanah biar larva terkena sinar matahari dan mati.

Codot (Cynopterus sp)
Ciri: Tubuh mirip kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buah-buahan pada malam hari. Gejala: Terdapat penggalan buah yang berlubang bekas gigitan. Buah yang terjangkit hanya yang telah tua, dan penggalan yang dimakan yaitu daging buahnya saja. Pengendalian: Menangkap codot memakai jala/menakut-nakutinya memakai kincir angin yang diberi peluit sehingga sanggup mengakibatkan suara.

3.5.3. Hama pada Cabang/Ranting
a) Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth atau Xylosandrus morigerus Bldf).
Ciri: Kumbang yang lebih menyukai tumbuhan kopi ini berwarna coklat bau tanah dan berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2 mm. Gejala: Terdapat lubang yang mirip terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan itu sanggup semakin besar sehingga kuliner tidak sanggup tersalurakan ke daun, kemudian daun menjadi layu dan karenanya cabang atau ranting tersebut mati. Pengendalian: Cabang/ranting yang terjangkit dipangkas dan dibakar. Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dalam Orthene 75 SP dengan takaran santunan 0,5-0,8 gram/liter dan Diazinon 60 EC takaran 1-2 cc/liter.

3.5.4. Penyakit yang disebabkan Jamur
Antraknosa
Penyebab: Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang mempunyai miselium berwarna cokleat hijau hingga hitam kelabu dan sporanya berwarna jingga. Gejala: Penyakit ini menyerang semua penggalan tanaman, kecuali akar. Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga, buah/cabang tumbuhan yang terjangkit akan gugur. Pengendalian: Pemangkasan ranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal (sudah bau tanah tapi belum matang). Dapat juga disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif maneb mirip pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 ahad sebelum pemetikan dengan takaran 2-2,5 gram/liter.

Bercak daun atau bercak cokelat
Penyebab: cercospora purpurea Cke./dikenal juga dengan Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap dan menyukai tempat lembab.

Gejala: bercak cokelat muda dengan tepi cokelat bau tanah di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat bermetamorfosis bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang sanggup dimasuki organisme lain. Pengendalian: Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan takaran 1-2 gram/liter atau sanggup juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.
Busuk akar dan kanker batang

Penyebab: Jamur Phytophthora yang hidup saprofit di tanah yang mengandung materi organik, menyukai tanah berair dengan drainase jelek. Gejala: Bila tumbuhan yang terjangkit akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal yaitu janjkematian pohon. Bila batang tumbuhan yang terjangkit maka akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang. Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan hingga ada air yang menggenang/dengan membongkar tumbuhan yang terjangkit kemudian diganti dengan tumbuhan yang baru.

Busuk buah
Penyebab: Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada luka pada permukaan buah. Gejala: Bagian yang pertama kali diserang yaitu ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yang kemudian menjalar ke penggalan buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil. Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif Zineb, dengan takaran 2-2,5 gram/liter.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri buah yang sudah bau tanah tetapi belum masak adalah:
a) warna kulit bau tanah tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap;
b) bila buah diketuk dengan punggung kuku, mengakibatkan bunyi yang nyaring;
c) bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.

Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar hingga enam bulan kemudian, lantaran buah alpukat biasanya bau tanah setelah 6-7 bulan dari ketika bunga mekar. Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila buah-buah teladan tersebut masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah bau tanah dan siap dipanen.

3.6.2. Cara panen
Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik memakai tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen sanggup dibantu dengan memakai alat/galah yang diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi pada penggalan erat tangkai buah.

3.6.3. Periode panen
Biasanya alpukat mengalami demam isu berbunga pada awal demam isu hujan, dan demam isu berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, demam isu panen sanggup terjadi setiap bulan.

3.6.4. Prakiraan produksi
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik sanggup mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang sanggup diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg.

3.7. Pascapanen
Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pembersihan tergantung pada kotoran yang menempel.

Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan semenjak masih berada di tingkat petani, dengan tujuan menentukan buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan yaitu yang mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
2. Cukup bau tanah tapi belum matang.
3. Ukuran buah seragam. Biasanya digunakan standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.
4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak yaitu yang berbentuk lonceng.

Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri yaitu buah alpukat yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan.

Pemeraman dan Penyimpanan
Alpukat gres sanggup dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ini diharapkan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada ketika sudah cukup ketuaannya). Bila batas waktu tenggang tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman lantaran batas waktu tenggang ini diubahsuaikan dengan lamanya perjalanan untuk hingga di tempat tujuan.

Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat yang kering dan bersih.
Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya hingga sekitar 7 hari (sejak petik hingga siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut sanggup dilakukan dengan menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan sanggup diperlambat samapai 30-40 hari.

Pengemasan dan pengangkutan
Kemasan yaitu wadah/tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor. Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung plastik/keranjang, kemudian diangkut dengan memakai truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya memakai kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan diselingi penyekat yang terbuat dari potongan karton.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya tumbuhan alpukat dengan luas lahan 1 hektar selama 10 tahun di tempat Jawa Barat pada tahun 1999.


  1. Biaya produksi
    1. Bibit okulasi: 121 batang @ Rp.10.000,-
    2. Pupuk
      - Pupuk sangkar 3 ton@ Rp. 150.000,-/ton
      - Urea
      Tahun ke-1-4, 1.936 kg @ Rp. 1.500,-
      Tahun ke-5-10, 9.801 kg @ Rp. 1.500,-
      - TSP
      Tahun ke-1-4, 1.936 kg @ Rp. 1.600,-
      Tahun ke-5-10, 9.317 kg @ Rp.1.600,-
      - KCl
      Tahun ke-1-4, 1.694 kg @ Rp. 1.650,-
      Tahun ke-5-10, 11.616 kg @ Rp. 1.650,-
    3. Pestisida dan fungisida
    4. Peralatan
      - Cangkul
      - Sprayer
    5. Tenaga kerja
      - Pembajakan lahan dan pupuk dasar (borongan)
      - Penyiraman 15 HOK @ Rp. 7.000,-
      - Pemangkasan 4 HOK @ Rp. 7.000,-
      - Pembuatan lubang tanam 15 HOK @ Rp. 7.000,-
      - Penanaman 7 HOK @ RP. 7.000,-
      - Penyiangan 20 HOK/tahun @ Rp. 7.000,-
      - Pemupukan 10 HOK/tahun @ Rp. 7.000,-
      - Perlindungan tumbuhan 4HOK/tahun @ Rp. 7.000,-
    6. Panen dan pascapanen
      Tahun ke-4, 18 HOK @ Rp. 7.000,-
      Tahun ke-5, 22 HOK @ Rp. 7.000,-
      Tahun ke-6, 35 HOK @ Rp. 7.000,-
      Tahun ke-7, 48 HOK @ Rp. 7.000,-
      Tahun ke-8, 48 HOK @ Rp. 7.000,-
      Tahun ke-9, 48 HOK @ Rp. 7.000,-
      Tahun ke-10, 48HOK @ Rp. 7.000,-

      Jumlah biaya produksi dalam 10 tahun
  2. Pendapatan
    1. Tahun ke-4, 3.300 kg @ Rp. 3.500,-
    2. Tahun ke-5, 6.500 kg @ Rp. 3.500,-
    3. Tahun ke-6, 9.800 kg @ Rp. 3.500,-
    4. Tahun ke-7, 12.000 kg @ Rp. 3.500,-
    5. Tahun ke-8, 12.200 kg @ Rp. 3.500,-
    6. Tahun ke-9, 12.500 kg @ Rp. 3.500,-
    7. Tahun ke-10, 12.500 kg @ Rp. 3.500,-

      Jumlah pendapatan dalam 10 tahun
  3. Keuntungan dalam 10 tahun
  4. Pendapatan
    1. Tahun ke-4, 3.300 kg @ Rp. 3.500,-
    2. Tahun ke-5, 6.500 kg @ Rp. 3.500,-
    3. Tahun ke-6, 9.800 kg @ Rp. 3.500,-
    4. Tahun ke-7, 12.000 kg @ Rp. 3.500,-
    5. Tahun ke-8, 12.200 kg @ Rp. 3.500,-
    6. Tahun ke-9, 12.500 kg @ Rp. 3.500,-
    7. Tahun ke-10, 12.500 kg @ Rp. 3.500,-

      Jumlah pendapatan dalam 10 tahun
  5. Keuntungan dalam 10 tahun



Rp.

Rp.

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.


Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.

Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.

Rp.



1.210.000,-

450.000,-

2.904.000,-
14.701.500,-

3.097.600,-
14.907.200,-

2.795.100,-
19.166.400,-
240.000,-

70.000,-
250.000,-

400.000,-
105.000,-
28.000,-
105.000,-
49.500,-
1.400.000,-
700.000,-
280.000,-

126.000,-
154.000,-
245.000,-
336.000,-
336.000,-
336.000,-
336.000,-

64.841.300,-


11.550.000,-
22.750.000,-
34.300.000,-
42.000.000,-
42.700.000,-
43.750.000,-
43.750.000,-

240.800.000,-

175.958.700

11.550.000,-
22.750.000,-
34.300.000,-
42.000.000,-
42.700.000,-
43.750.000,-
43.750.000,-

240.800.000,-

175.958.700,-

Tanaman alpukat yang berasal dari bibit okulasi atau sambung akan mulai berbuah pada umur 4 tahun dengan produksi 3.300 kg/ha. Produksi ini akan terus bertambah hingga mencapai kestabilan pada tahun ke-7 (panen keempat) dengan jumlah produksi rata-rata 12.000 kg/ha. Keuntungan gres sanggup diperoleh pada panen kedua (tahun ke-5) dan akan stabil pada panen keempat (tahun ke-7). Namun analisis tersebut belum termasuk biaya sewa tanah.

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Walaupun laba bertanam alpukat di Indonesia belum begitu sanggup dirasakan lantaran pengelolaannya tidak intensif, namun lantaran permintaannya naik maka pertanaman alpukat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Prospek ke depan bisnis alpukat semakin cerah sehubungan dengan semakin terbukanya peluang pasar. Tetapi sayangnya masih banyak wilayah yang merupakan pusat produksi belum tergali, sehingga kesulitan mendapat buah masih tetap dirasakan oleh para pedagang, baik di pasar lokal maupun eksportir.

Alpukat merupakan salah satu jenis buah bergizi tinggi yang semakin banyak diminati. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan alpukat di pasaran. Sebagai contoh, seorang grosir membutuhkan alpukat 12-20 ton/minggu untuk pedagang pengecer di Bogor.

Selain di pasar lokal, pasar luar negeri pun berhasil ditembusnya. Mula-mula hanya Singapura dan Belanda, kemudian menyusul Saudi Arabia, Perancis, dan Brunei Darussalam. Impor Perancis pada tahun 1989 sebanyak 3.790 kg dengan nilai 379 US$, dan pada tahun 1990 meningkat menjadi 5.749 kg dengan nilai 10.876 US$.

Situasi harga di tingkat petani memang relatif bervariasi dibandingkan dengan di tingkat pengecer. Harga setiap kilogram di tingkat petani di tempat Garut pada tahun 1991 berkisar antara Rp 200,- hingga Rp 600,-. Seangkan di tingkat pengecer biasanya lebih stabil, dan harga sanggup mencapai Rp 700,- hingga Rp 1.750,-/kg. Adanya perbedaan harga yang cukup besar tersebut antara lain disebabkan lantaran di tingkat pengecer risiko kerusakannya lebih tinggi.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan teladan dan cara pengemasan.

5.2. Diskripsi
Alpukat adaalah buah tumbuhan apaokat (Persea Americana MILL) dalam keadaan cukup tua, utuh, segar dan bersih.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Alpokat digolongkan dalam 3 macam ukuran menurut berat, yaitu:
a) Alpokat besar : 451-550 gram/buah
b) Alpokat sedang : 351-450 gram/buah
c) Alpokat kecil : 250-350 gram/buah

Sedangkan syarat mutu yaitu sebagai berikut:
a) Kesamaan sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam; cara pengujian organoleptik
b) Tingkat ketuaan: mutu I bau tanah tapi tidak terlalu matang; mutu II bau tanah tapi tidak terlalu matang; cara pengijian organoleptik
c) Bentuk: mutu I normal; mutu II kurang normal; cara pengujian organoleptik
d) Kekerasan: mutu I keras; mutu II keras; cara pengujian Organoleptik
e) Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam; cara pengujian SP-SMP-309-1981
f) Kerusakan (bobot/bobot): mutu I maks 5%; mutu II 10%; cara pengujian SP-SMP-310-1981
g) Busuk (bobot/bobot): mutu I maks 1%; mutu II 2%; cara pengujian SP-SMP-311-1981
h) Kotoran: mutu I bebas; mutu II bebas; cara pengujian organoleptik

5.5. Pengambilan Contoh
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari penggalan atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa mengakibatkan kerusakan, kemudian dibagi 4 dan dua penggalan diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali hingga teladan mencapai 3 kg untuk dianalisa.
a) Jumlah kemasan dalam partai: 1 hingga 100, minimum jumlah teladan yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam partai: 101 hingga 300, minimum jumlah teladan yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam partai: 301 hingga 500, minimum jumlah teladan yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam partai: 501 hingga 1000, minimum jumlah teladan yang diambil 10.
e) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah teladan yang diambil 15.

Petugas pengambil teladan harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu tubuh hukum.

5.6. Pengemasan
Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dalam keranjang bambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa materi penyekat, ditutup dengan anyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi permukaan kemasan dengan berat higienis maksimum 20 kg. Di penggalan luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, tempat asal, nama/kode perusahaan/eksportir, berat bersih, hasil Indonesia dan tempat/negara tujuan.

VI. REFERENSI
6.1 Daftar Pustaka
  1. Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi (1978). "Pedoman penanaman jenis tumbuhan hortikultura dan rerumputan". Jakarta: Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi, Departemen pertanian.
  2. Hodson, R.W. (1950). "The avocado a gift from the middle Americas". Economic Botany, (4) hal. 253
  3. Indriani, Y. Hetty; Suminarsih, Emi (1997). "Alpukat". Jakarta: Penebar Swadaya. 96 hal.
  4. Kalie, Moehd. Baga (1997). "Alpukat: budidaya dan pemanfaatannya". Yogyakarta: Kanisius. 112 hal.
  5. Lawrence, G.H.M. (1951). "Taxonomy of vasculer plants" New York: The Mac Millan Company. 512 hal.
  6. Mardisiswojo, S.; Mangunsudarso, H.R. (1968). "Cabe puyang warisan nenek moyang" jilid III, Jakarta: Karya Wreda. Hal. 24.
  7. Ochse, J.J. (1931). "Fruit an fruits culture in the Dutch East Indies". Batavia: G. Kolff and Co. 55 hal.
  8. Ochse, J.J. (1961). "Tropical and subtropicak agriculture". Vol. I. New York : The Mac Millan Company, 617 hal.
  9. Palmer, D.F. (1937). "Avocado fertilization. Cal. Avocado Ass'n. 20th ed., Coit, J.E. (ed.), Year Book. 235 hal.
  10. Purseglove, J.W. (1974). "Tropical crops dicotyledons". London: Longman. 192 hal.
  11. Rismunandar (1981). "Memperbaiki lingkungan dengan bercocok tanam jambu mede dan alpukat". Bandung: Sinar Baru 39 hal.
  12. Sunaryo, H.; Rismunandar (1981). "Pengantar pengetahuan dasar hortikultura". I. Bandung: Sinar Baru. 31 hal.
  13. Supriyanto, Arry (1989). "Bibit alpukat sambung dini." Trubus, (Nov.) hal. 192.
  14. Tohir, K.A. (1978). "Tropical agriculture. The climate, soils, cultural methods, crops, live stock, commercial importance and opportunities of tropics". New York: D. Appleton and company, 112 hal.
  15. Wirasmanto (1971). "Penggunaan alpukat". Warta (10) hal. 19.
  16. Zentmeyer, G.A. (1953). "Diseases of the avocado". Dalam: The year book of agriculture United States Departement of Agriculture, Washington, D.C., hal. 875
Download versi pdf : alpukat.pdf
Sumber dari warintek



Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Buah Alpukat

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Buah Alpukat kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Buah Alpukat dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/07/budidaya-tanaman-buah-alpukat.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel