Budidaya Tanaman Hias Anggrek

Budidaya Tanaman Hias Anggrek - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Hias Anggrek, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Hias, Artikel Pertanian All, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Hias Anggrek
link : Budidaya Tanaman Hias Anggrek

Baca juga


Budidaya Tanaman Hias Anggrek

Anggrek

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Anggrek merupakan tumbuhan bunga hias berupa parasit yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal semenjak 200 tahun kemudian dan semenjak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia.
1.2. Sentra Penanaman
Sentra tumbuhan anggrek di Eropa yakni Inggris, sedangkan di Asia yakni Muangthai. Di Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra ataupun di Irian Jaya.
1.3. Jenis Tanaman
Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah.
Tanaman anggrek sanggup dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
a. Anggrek Ephytis yakni jenis anggrek yang menupang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang digunakan untuk melekat yakni akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari kuliner yakni akar udara.
b. Anggrek semi Ephytis yakni jenis anggrek yang melekat pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsi menyerupai akar udara yaitu untuk mencari kuliner untuk berkembang.
c. Anggrek tanah/anggrek Terrestris yakni jenis anggrek yang hidup di atas tanah.
1.4. Manfaat Tanaman
Manfaat utama tumbuhan ini yakni sebagai tumbuhan hias lantaran bunga anggrek memiliki keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai gabungan ramuan obat-obatan, materi minyak wangi/minyak rambut.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1 Iklim
a. Angin tidak dan curah hujan terlalu kuat terhadap pertumbuhan tumbuhan anggrek.
b. Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tumbuhan ini. Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tumbuhan anggrek.
c. Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek yakni 12,7 derajat C. Jika suhu udara malam berada di bawah 12,7 derajat C, maka kawasan tersebut tidak dianjurkan untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng).
d. Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana lembap terus menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.
2.2. Media Tanam
Terdapat 3 jenis media untuk tumbuhan anggrek, yaitu:
a. Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari:
1. Serat Pakis yang telah digodok.
2. Kulit kayu yang dibuang getahnya.
3. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu.
4. Ijuk.
5. Potongan batang pohon enau.
6. Arang kayu .
7. Pecahan genting/batu bata.
8. Bahan-bahan dipotong berdasarkan ukuran besar tumbuhan dan akarnya.
Untuk anggrek Semi Epirit yang akarnya melekat pada media untuk mencari makanan, perlu diberi kuliner suplemen menyerupai kompos, pupuk kandang/daun-daunan.
b. Media untuk anggrek Terrestria
Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya.
c. Media untuk anggrek semi Terrestria
Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak besar, ditambah pupuk sangkar sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan genting, serabut kayu, serat pakis dan lainnya. Derajat keasaman air tanah yang digunakan yakni 5,2.
2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tumbuhan ini sanggup dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)
Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 derajat C pada siang hari, 21 derajat C pada malam hari, dengan kawasan ketinggian 0-650 meter dpl. Contoh jenis anggrek ini adalah:
1. Dendrobium phalaenopsis
2. Onchidium Papillo
3. Phaphilopedillum Bellatum
b. Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl)
Anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 derajat C dan 15-21 derajat C, pada malam hari, dengan ketinggian 150-1500 m dpl.
c. Anggrek hambar (lebih dari 1500 m dpl)
Anggrek hambar jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu udara 15-21 derajat C di siang hari dan 9-15 derajat C pada malam hari, dengan ketinggian ³ 1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Bibit
Bibit anggrek yang baik, sehat dan unggul memiliki beberapa ciri, yaitu: bentuk batang kuat, pertumbuhan pesat, daun subur, bunga lebat dan indah.
3.1.2. Penyebaran Biji
Bibit anggrek berasal dari biji yang disemaikan. Adapun penyebaran biji anggrek sebagai berikut:
a. Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih.
b. Mensterilkan biji
Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dengan 10 gram kaporit dilarutkan dalam 100 cc air kemudian saring kertas filter, dimasukkan ke dalam botol. Biji dimasukan dalam botol dan digojog 10 menit. (biji anggrek yang semula kuning kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan). Kemudian air dibuang dan diganti dengan aquades, digojog berulang kali (2-3 kali).
c. Penyebaran biji anggrek
Botol-botol yang telah disterilkan sanggup digunakan untuk menyebaran biji anggrek. Sebelum botol dibuka, leher botol dipanaskan di atas lampu spritus untuk menghilangkan kuman. Untuk memasukan biji anggrek ke dalam botol digunakan pipet yang dibersihkan dulu dengan cara pemanasan di atas lampu spritus hingga merah kemudian dicelup kedalam spritus. Botol yang telah terbuka kemudian diisi biji anggrek dan diratakan keseluruh permukaan ganjal kuliner yang telah disediakan. Sebelum botol ditutup kita panaskan lagi di atas spritus kemudian ditutup kembali.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
a. Memeriksaan dengan mikroskop, baik atau tidaknya biji anggrek, yang kosong berwarna putih dan yang isi kuning coklat/warna lain.
b. Mempersiapkan botol yang bermulut lebar higienis dan tidak berwarna biar sanggup meneruskan cahaya matahari yang dibutuhkan dan gampang dilihat.
c. Tutup botol dari kapas digulung-gulung hingga keras, ujung diikat tali untuk memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa yang dipotong potong. Kerapatan tutup botol menjaga biar bakteri/jamur tidak masuk sehingga tidak terinfeksi atau terkontaminasi.
d. Mempersiapkan lemari beling (ent-kas) yang higienis dari bakteri/jamur dengan kain yang sudah dicelup formalin udara dalam lemari disterilkan dengan kapas dipiring dituangi formalin supaya menguap mensterilkan beling (ent-kas).
e. Pembuatan sterilsasi ganjal kuliner dan untuk menciptakan ganjal kuliner anggrek biasanya digunakan resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu:
1. Ca(NO3)2H2O : 1,00 gram
2. KH2PO4 : 0,25 gram
3. MgSO47H2O : 0,25 gram
4. (NH4)2SO4 : 0,25 gram
5. Saccharose : 20 gram
6. FeSO4 4H2O : 0,25 gram
7. MnSO4 : 0,0075 gram
8. Agar-agar : 15-17,5 gram
9. Aquadest : 1000 cc
Pembuatan ganjal kuliner diharapkan pH 5,2, dipergunakan pH meter/kertas pH tekstil/Indikator Paper.
Sterilisasi dengan cara dipanaskan dalam Autoclaf yang hingga 110 derajat C selama setengah jam atau dengan dandang kemudian diletakan pada tempat bersih, dengan posisi miring, sehingga kuliner setinggi 1/2-2/3 tinggi botol (dari ganjal hingga ke leher botol) dan didiamkan selama 5-7 jam untuk mengetahui sterilisasi yang sempurna.
3.1.4. Pemindahan Bibit
Setelah tumbuhan di dalam botol berumur 9-12 bulan terlihat besar, tumbuh akar. Dalam tingkat ini bibit sudah sanggup dipindahkan kedalam pot penyemaian yang berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm yang berlubang.
Siapkan pecahan genting, dan akar pakis warna coklat, di potong dengan panjang 5-30 mm sehingga serabutnya terlepas satu sama lainnya. Sebelum digunakan terlebih dulu dicuci higienis dan biarkan airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci, direndam dulu dalam ganjal kuliner selama 24 jam yang berupa:
a) Urea atau ZA : 0,50 mg
b) DS, TS atau ES : 0,25 mg
c) Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25 mg
d) Air : 1000 cc
Alaternatif lain sebagai ganjal makanan, sanggup juga digunakan pupuk buatan gabungan unsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau sanggup juga digunakan pupuk sangkar yang telah dicampur pakis dengan perbandingan pakis : pupuk sangkar = 4:1. Selain itu sanggup digunakan kulit Pinus yang di potong kecil sebesar biji kacang tanah, yang telah direndam dalam ganjal kuliner menyerupai akar pakis selama 24 jam. Untuk isian pot ini sanggup juga digunakan arang kayu bakar/serabut kelapa yang dipotong-potong sebesar ibu jari.
Pot yang disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi pot/layah, kemudian isi remukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi pot/layah (tidak perlu dipadatkan).
Pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan dengan mengeluarkan tumbuhan di botol dengan memasukkan air higienis ke dalam botol. Dengan kawat higienis berujung menyerupai karakter U, tumbuhan dikeluarkan satu persatu (akar lebih dahulu). Setelah keluar tumbuhan dicuci kaporit 1 % kemudian dengan air bersih. Seedlings (semaian) ditanam dalam pot dengan rapat. Apabila di dalam botol sudah terjadi kontaminasi jamur sebaik lebih dulu direndam di dalam antibiotic (penicillin, streptomycin yang telah lewat expirydatenya) 10 menit gres ditanam.
3.1.5. Pemindahan dari Pot Penyemaian
Setelah tumbuhan pada pot penyemaian cukup tinggi, maka tumbuhan dipindahkan ke pot biasa yang berdiamater 4-6 cm, yang berisi potongan genting/batu bata merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yang telah direndam dalam ganjal kuliner hingga 1 cm di bawah tepi pot.

3.2. Pengolahan Media Tanam
Media tanam untuk tumbuhan anggrek tanah dibedakan:
a. Tanaman dalam pot (dengan diameter 7-30 cm tergantung dari jenis tanaman). Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu dipasang tiang di tengah-tengah pot, kemudian pot diisi pecahan genting. Anggrek di letakkan di tengah dan akarnya disebar merata dalam pot, kemudian batang anggrek diikat pada tiang. Pot diisi pupuk sangkar yang telah dicampur sesuai dengan komposisi kira-kira 2/3 dari pot.
b. Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam.
Bak terbuat dari watu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm dan tinggi kolam 2 lapis watu bata merah. Pembuatan kolam ini di atas tanah untuk menghindari dari kebecekan, di tanah kering digali sedalam 10-20 cm kemudian diberi bata ukuran 40 cm x 2 m dan jarak antara pembantas dengan yang lain 3 cm. Tiang penahan dibentuk 4 buah yang ditancapkan ke dalam tanah dengan ketinggian masing-masing 1,5 m. Antara tiang satu dengan yang lain dihubungkan dengan kayu sehingga keempat tiang tersebut merupakan suatu rangkaian.

3.3. Teknik Penanaman
Penanaman tumbuhan anggrek, diadaptasi dengan sifat hidup tumbuhan anggrek, yaitu:
a. Anggrek Ephytis yakni anggrek yang menupang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi atau ditempelin. Alat yang digunakan untuk melekat yakni akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari kuliner yakni akar udara.
b. Anggrek semi Ephytis yakni jenis anggrek yang melekat pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditempel, hanya akar lekatnya juga berfungsi menyerupai akar udara yaitu untuk mencari kuliner untuk berkembang.
c. Anggrek tanah/anggrek Terrestris.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan pada tempat yang diadaptasi dengan jenis anggrek, yang sifatnya epphytis atau anggrek tanah.
3.4.2. Penyiangan
Untuk tumbuhan anggrek pada penyiangan pada waktu pada kondisi di dalam botol kemudian dipisahkan ke dalam pot-pot yang sudah disediakan sesuai jenis anggrek.
3.4.3. Pemupukan
Unsur makro yaitu unsur yang diharapkan dalam jumlah besar yang meliputi: C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makro dan unsur mikro sanggup diambil dari udara atau dari tanah, berupa gas atau air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Pemupukan pada tumbuhan anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:
a. Pemupukan untuk bibit (seedlings) dengan N, P, K.
Perbandingan N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih banyak dibutuhkan untuk pembentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur N diambil dari pupuk ZA/urea, untuk P digunakan pupuk ES; DS; TS, dan K dari Kalium Sulfat (K2SO4).
Pupuk-pupuk buatan yang mengandung N, P, K:
1. Urea : 0,6 gram untuk 1 liter air
2. ES : 0,3 gram untuk 1 liter air
3. ZK : 0,1 gram untuk 1 liter air
b. Pemupukan untuk ukuran sedang (mid-size) dengan N, P, K.
Perbandingan N:P:K=3:3:3 yang sama banyak disini tidak memerlukan suplemen pupuk, maka sanggup dususun sendiri pupuk yang mengandung N, P, K dengan cara contohnya :
1. Urea : 0,3 gram untuk 1 liter air
2. DS : 0,3 gram untuk 1 liter air
3. K2SO4 : 0,3 gram untuk 1 liter air
c. Pemupukan untuk ukuran berbunga (flowerings-size)
Tanaman yang sudah berbunga dipupuk dengan perbandingan N:P:K= 1:6:1.
Teknik dukungan pupuk buatan adalah:
a. Dalam bentuk padat/powder yang dilakukan dengan menaburkan secara hati-hati, jangan tersangkut pada daun/batangnya yang mengakibatkan daun/batang tadi sanggup terbakar.
b. Disiramkan, yang mana anggrek sanggup menyerap air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya. Cara ini banyak dilakukan dimana-mana.
c. Penyemprotan, cara ini sangat baik apabila terjadi pembusukan akar didalamnya, maka akarnya ditutup plastik.
Pupuk sangkar yang sering digunakan yakni kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam dan lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk sangkar selain mengandung majemuk unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan juga sangat membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada ekspresi dominan kemarau. Keburukan dari pupuk sangkar ini yakni di dalam kotoran banyak bateri yang mengandung jamur. Untuk itu dianjurkan disangan lebih dahulu untuk menghilangkan jamur/bakteri di dalamnya. Pemupukan tumbuhan lebih baik dilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada sore hari sekitar pukul 5.00 sore.
3.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Sumber air untuk penyiraman tumbuhan anggrek sanggup derasal dari:
a. Air Ledeng, baik untuk menyiram lantaran jernih dan steril, tetapi pHnya tinggi maka perlu diturunkan dengan menambah suatu asam contohnya HCl. PH yang baik sekitar 5,6-6.
b. Air sumur, baik untuk menyiram lantaran banyak mengandung mineral dari tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur di kawasan kapur harus diperhatikan pHnya.
c. Air hujan, yang ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik untuk menyiraman.
d. Air kali/air selokan, tetapi kita tidak tahu niscaya apakah air itu mengandung jamur, bakteri/lumut yang bisa mengganggu anggrek/tidak. Kalau dilihat dari sudut isi kuliner mungkin cukup baik.
Hal perlu diperhatikan bagi petani anggrek yakni mengetahui sifat-sifat dari isian pot supaya bisa mengatur banyaknya air untuk menyiram. Adapun macam isian pot dan sifat diuraikan sebagai berkut:
a. Pecahan genting/pecahan watu merah, yang mana gampang menguapkan air dan sifat anggrek yang tidak begitu bahagia dengan air sehingga tidak gampang untuk lumutan. Untuk pecahan genting lebih kecil daya serapnya lebih banyak dan untuk siraman lebih sedikit.
b. Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut kelapa lebih baik untuk digunakan di kawasan panas lantaran menyimpan air, tetapi kalau penggunaan di kawasan hambar tidak menguntungkan lantaran gampang busuk.
c. Remukan akar pakis yang hitam, keras dan gres tidak gampang untuk menyerap air, setelah beberapa bulan banyak menyerap air. Akar pakis yang coklat dan lunak lebih gampang menyerap dan menahan air.
d. Potongan kulit pakis, dimana media ini sukar sekali untuk perembesan air, gampang terjadi penguapan. Jika potongannya besar, perembesan kecil dan kalau potongan kecil perembesan air lebih banyak.
Bagi tumbuhan yang sudah besar pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali ekspresi dominan hujan dan 1-3 hari sekali pada ekspresi dominan hujan.

3.4.5. Waktu Penyemprotan Pestisida
Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu pagi hari, lebih baik pada sore hari sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi tumbuhan anggrek sehat, dilakukan rutin kurang lebih 3 bulan sekali. Penyemprotan bagi tumbuhan anggrek terjangkit hama perlu dilakukan berulang-ulang 3 kali dengan jangka waktu tertentu (untuk kutu) daun seminggu sekali. Adapun jenis insektisida dan takaran yang digunakan untuk hama antara lain:
a. Orthene 75 SP takaran 5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan daun
b. Bayrusil 250 EC takaran 2 cc/liter air untuk ulat pemakan daun
c. Malathion takaran 3 gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutu
d. Kelthane takaran 2 gram/liter air, untuk kutu
e. Metadeks takaran dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong dan bekicot air
f. Falidol E.605 takaran dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong dan bekicot air
Untuk hama bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu:
a. Menyebarkan obat sekitar pot anggrek dengan mencampur antara obat Metadeks ke dedak halus di tambah air sedikit.
b. Membuat larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP dicampur dengan 1 liter air atau 6-8 cc Folediol E 605 kedalam air 10 liter. Kemudian pot tumbuhan anggrek direndam dalam larutan tersebut selama beberapa waktu dan diulang satu ahad sekali.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Tungau/kutu perisai
Gejala: melekat pada pelepah daun; berwarna kemerahan jumlahnya banyak; bekas serangan berupa bercak hitam dan merusak daun. Pengendalian: digosok dengan kapas dan air sabun; apabila serangan sudah parah, harus disemprot oleh insektisida dengan takaran 2 cc/liter.
b. Semut
Gejala: merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh cendawan. Pengendalian: pot direndam dalam air dan ciptakan lingkungan higienis di sekitar rak/sebaiknya pot digantung.
c. Belelang
Gejala: pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak beraturan. Untuk jenis belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat. Pengendalian: segera semprotkan insektisida yang bersifat racun kontak/yang sistematik; bila jumlahnya sedikit bisa pribadi dimusnahkan/dibunuh.
d. Trips
Gejala: melekat pada buku-buku batang dan daun muda; menimbulkan bercak abu-abu dipermukaan daun dan merusak bunga hingga bentuk bunga tidak menarik. Pengendalian: secara periodik dan teratur pot anggrek disemprot insektisida.
e. Kutu babi
Gejala: kerusakan yang ditimbulkan menyerupai akhir semut; tapi tidak menyerang tunas daun. Pengendalian: perendaman sanggup mengusir kutu babi dari pot anggrek.
f. Keong
Gejala: menyerang lembaran daun anggrek. Pengendalian: dalam jumlah sedikit cukup diambil/dibunuh; bila jumlah banyak perlu menggunakan insektisida/dijebak dengan bubuk prusi.
g. Red Spinder
Gejala: bercak putih di kepingan bawah daun; permukaan atas menjadi kuning dan usang kelamaan daun mati. Pengendalian: bila sedikit cukup diambil dengan menggunakan isolatip kemudian dibakar/menggosok daun dengan alkohol; apabila banyak maka perlu menggunakan insektisida dengan materi aktif diazinon, dicofol.
h. Kumbang
Gejala: yang terjangkit akan berlubang-lubang khusus kumbang penggerek batang kerusakannya berupa lubang di tengah batang dan tidak nampak dari luar; Larvanya yang menetas dari telur merusak daun anggrek. Pengendalian: menyemprotkan tumbuhan yang diserang dengan menggunakan insektisida sistemik secara rutin; bersihkan pot dari kepompong dan telur kumbang dengan jalan memindahkannya ke pot gres dan media tanam yang gres pula.
i. Ulat daun
Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun bunga yang sedang mekar. Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2-5 ekor) sanggup dibunuh dengan tangan; bila banyak sanggup menggunakan insektisida sistemik; tumbuhan yang telah diserang sebaiknya dipisahkan dengan tumbuhan yang masih sehat.
j. Kepik
Gejala: menghisap cairan daun tumbuhan anggrek, sehingga mengakibatkan bintik putih/kuning; tumbuhan yang diserang usang kelamaan akan gundul dan tidak berhijau daun lagi. Pengendalian: semprotkan insektisida yang sama menyerupai untuk membasmi serangga lainnya, menyerupai ulat, kumbang dan trips.
k. Kutu tudung
Gejala: daun menjadi kuning, tidak sehat, kemudian berwarna coklat dan mati. Pengendalian: menyerupai halnya membasmi ulat kumbang dan trips.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit buluk
Sering terdapat di dalam media tanam, kultur spora cendawan ini terbawa oleh biji anggrek lantaran tutup botol tidak steril. Gejala: biji anggrek tidak bisa berkecambah dan persemaian dalam botol akan gagal; kecambah yang telah tumbuh kalau diserang cendawan ini akan mati/layu. Pengendalian: pada awal serangan media biar dikeluarkan dari botol, kemudian botol ditutup kembali, dilakukan dengan steriil; kalau kecambah anggrek terlanjur besar, segera dikeluarkan dari botol dan dicuci dengan fungisida kemudian kecambah ditanam dalam pot.
b. Penyakit rebah kecambah
Merupakan penyakit anggrek selama masih dalam persemaian. Penyebaran penyakit ini lewat air. Gejala: semula berupa bercak kecil bening pada permukaan daun, kemudian melebar, menulari ke atas hingga pada titik tumbuh pada tunas serta ke bawah hingga ujung akar, kecambah anggrek akan membusuk dan mati. Pengendalian: bibit yang sakit sebaiknya segera dibuang, dibakar hingga musnah. Pot dan kumpulan kecambah dikeringkan dan disemprot dengan fungisida.
c. Penyakit bercak coklat
Kecambah jenis Phalae-nopsis sangat peka terhadap basil ini, terutama pada cuaca sangat lembab. Infeksi melalui daun lembap atau di bekas luka pada daun. Sentuhan daun yang sakit pada daun sehat sanggup menularkan penyakit ini. Gejala: bercak kecil bening pada pucuk daun. Dalam beberapa hari sanggup meluas ke seluruh kompot, daun kecambah anggrek menjadi rusak dan mati. Penyakit ini sangat ganas, lantaran mematikan dan cepat menular. Pengendalian: sangat sulit penyakit ini pada awal serangan. Pada serangan yang parah, tidak ada jalan lain kecuali memusnahkan seluruh kecambah anggrek.
d. Penyakit bercak hitam
Pada tumbuhan anggrek yang, penyakit ini cepat menular malalui akar dan alat yang tidak sterill Gejala: timbul warna coklat kehitaman pada kepingan tumbuhan yang terserang. Mulai dari daun ke atas hingga ke tunas dan ke bawah hingga ujung akar. Tanaman terlambat tumbuh, kerdil dan menjadikan kematian. Pengendalian: kepingan yang terjangkit dipotong dan dibuang atau disemprotkan fungisida; alat-alat potong disiram alkohol/dibakar sebelum digunakan.
e. Penyakit busuk akar
Penyebab: cendawan Rhizoctonia Solani. Gejala: akar leher membusuk mencapai rhizoma dan umbi batang, daun dan umbi batang menguning, berkeriput, tipis dan bengkok, tumbuhan kerdil dan tidak sehat. Pengendalian: semua kepingan tumbuhan yang sakit dipotong dan dibuang; bekasnya disemprot dengan fungisida (Benlate).
f. Penyakit layu
Penyebab: cendawan Fusarium Oxyporium. Gejala: menyerupai serangan penyakit busuk akar, namun pada rhizoma terdapat garis-garis, atau bulat berwarna ungu. Pada serangan berat, seluruh rizhoma menjadi ungu, diikuti pembusukan pada umbi batang, tumbuhan sangat tidak sehat. Pengendalian: kepingan yang terjangkit dibuang kemudian bekasnya disemprotkan Benlate. Tanaman segera dipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar dan bersih. Usahakan terdapat pedoman udara yang lancar di sekitar tanaman.
g. Penyakit busuk
Penyebab: cendawan Sclerotium Rolfsi. Gejala: terdapat bintil-bintil kecil berwarna coklat pada kepingan tumbuhan yang terkena penyakit. Pengendalian: kepingan tumbuhan yang sakit dipotong dan dibuang. Media tumbuhan dan seluruh pot didesinfektan dengan larutan formalin 4 % ataupun fungisida/antibiotik Natrippene 0,5 % selama 1 jam.
h. Penyakit bercak coklat
Gejala: bercak coklat pada permukaan daun, kemudian menyebar keseluruh kepingan tanaman. Pengendalian: membuang semua kepingan yang sakit, kemudian semprotkan fungisida/ antibiotika Streptomycin atau Physan 20.
i. Penyakit busuk lunak
Penyebab: basil Erwinia Cartovora. Gejala: daun dan akar membusuk serta berbau. Penyakit ini cepat sekali meluas namun khusus pada rhizoma dan umbi batang, penyebarannya agak lambat. Penanggulangan: peralatan kebun harus steril, kepingan yang sakit dipotong dan dibuang. Semprotkan Physan 20, pot tumbuhan disemprot dengan formalin 4 %.
j. Penyakit bercak bercincin
Penyebab: virus TMVO (Tobacco Mozaic Virus Odontoglos-sum). Gejala: timbul bulat atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun. Pengendalian: hanya dengan pencegahan yakni membuang kepingan tumbuhan yang sakit serta menstrerilkan semua alat potong.
k. Penyakit Cymbidium
Penyebab: virus Mozaic Cymbidium. Gejala: semula berupa bercak kekuningan kemudian muncul jaringan mati berbintik, bergaris atau lingkaran. Khusus pada Cattleya, bercak tadi berwarna coklat atau hitam cekung. Kadang ada tanda-tanda janjkematian jaringan di tengah daun yang dilingkari jaringan normal. Daun bau tanah banyak sekali menunjukkan adanya bintik jaringan yang mati. Pengendalian: hanya bersifat pencegahan yaitu membuang kepingan tumbuhan yang sakit, serta mensterilkan segala alat yang dipakai.
l. Penyakit busuk hitam
Penyebab: cendawan Phytopytora Omnivora. Gejala: muncul warna kehitaman pada pangkal daun, kemudian melunak dan busuk, jadinya daun mati. Pengendalian: semprotkan fungisida menyerupai Baycor Dithane M-45, Benlate, Ferban, Physan, Truban atau Banrot. Untuk yang berbentuk tepung gunakan takaran 2 gram/2 liter air.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Tanaman Berbunga
Umur tumbuhan anggrek berbunga, tergantung jenisnya. Umumnya tumbuhan angrek cukup umur berbunga setelah 1-2 bulan ditanam. Tangkai bunga yang dihasilkan kira-kira 2 tangkai dengan jumlah kuntum sebanyak 20-25 kuntum pertangkai.
3.6.2. Cara Pemetikan Bunga
Untuk panen bunga anggrek perlu diperhatikan, pemotongan dilakukan pada jarak 2 cm dari pangkal tangkai bunga dengan menggunakan alat potong yang bersih.
3.6.3. Prakiraan Produksi
Bibit anggrek yang sudah cukup umur dan setelah 2 bulan tangkai bunga akan menghasilkan 2 tangkai dengan jumlah kuntum 20-25 kuntum/tangkai.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Pengumpulan bunga anggrek dilakukan berdasarkan usul pasar. Jenis anggrek Dendrobium sanggup dipanen dalam bentuk:
a) Tanaman muda untuk bibit
b) Tanaman cukup umur untuk tumbuhan hias
c) Bunga potong
Tanaman muda untuk bibit biasa dijual dalam bentuk pot kecil, sedangkan tumbuhan cukup umur biasanya tumbuhan sudah berbunga. Untuk bunga potong dipilih tangkai yang kuntumnya paling banyak sudah mekar (kuncup tersisa 1-3 kuntum).
3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Bunga dipilih yang bagus, tidak kena penyakit ataupun luka. Selanjutnya bunga dikelompokan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan tingkat kesejukan atau ukuran bunga dengan maksud untuk mempertahanankan nilai jual sehingga bunga yang anggun tidak turun harganya.
3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk memperlambat proses kelayuan bunga, sehingga dilakukan pada saat:
a) Bunga gres saja dipetik sambil menunggu pemanen selesai.
b) Bunga yang telah dipanen tidak segera dijual atau diangkut.
c) Bunga mengalami perjalanan sebelum hingga ke konsumen.
Agar bunga tetap segar perlu adanya pengawetan dengan tujuan biar penurunan mutu lebih lambat bunga tetap segar. Usaha pengawetan bunga dillakukan dengan cara penempatan bunga dalam larutan pengawet atau air hangat (38-43 derajat C) selama 2 jam. Larutan materi pengawet tersebut antara lain:
a) Larutan seven up dengan kadar 30 %.
b) 2 % larutan gula ditambah 2 gram physan (termasuk fungisida) dan 1 gram asam sitrat per 10 liter.
c) 2 % larutan gula ditambah 2 gram 8-hydroquinoline sulfat dan 1 gram asam sitrat per 10 liter.
d) Larutan gula kadar 4-5 % ditambah 0,2 gram quinolin per liter.
Pengawetan untuk bunga yang dikirim jauh yakni dengan merendam tangkainya dalam larutan gula dengan kadar 6-8 % selama 24 jam atau dimasukan dalam kantong plastik dan kadar karbon dioksida (CO2) dinaikkan dengan menggunakan es kering atau disimpan pada ruangan dengan kondisi udara antara 0-5 derajat C.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Setelah dilakukan pembersihan, pemilihan dan pengawetan bunga dendrobium potong dipak melalui cara:
a. Setiap sepuluh tangkai dibungkus kepingan pucuk dengan menggunakan kantong plastik tipis, ukuran diadaptasi tergantung panjang tangkai.
b. Setiap pangkal tangkai dibalut kapas basah, kemudian dibungkus kantong plastik ukuran panjang 8 cm dan lebar 4 cm.
c. Pembungkus bunga dan pembungkus pangkal tangkai digabungkan selanjutnya diikat dengan karet gelang.
d. Bungkusan-bungkusan bunga disusun bersilang di dalam kotak karton yang berlubang hingga cukup padat.
e. Kotak karton ditutup rapat dengan menggunakan carton tape.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya bunga anggrek Dendrobium dengan luas lahan 1,25 m x 12 m; Untuk satu pohon/pot sanggup menghasilkan bunga sebanyak 2-3 tangkai bunga dimana anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3-5 bulan dan menjadi bunga potong pada umur 6-7 bulan dengan masa panen optimal 4 kali. Pada panen ke 2 s.d. ke 4 di atas umur 8 bulan; dalam satu tangkai bunga terdapat 10-15 kuntum bunga. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di kawasan Bogor. Harga 1 kuntum bunga mencapai harga Rp. 750,- hingga Rp. 1000,-.

  1. Biaya produksi
    1. Bibit
      - Bibit: 8 botol @ Rp. 40.000,-
      - Akar pakis: 5 ikat (42 lempeng /ikat)
    2. Perlengkapan
      - Arang: 80 kg @ Rp. 1.250,-
      - Pot ukuran 15 cm: 400 bh @ Rp. 750,-
      - Gandasil: 2 pak @ Rp. 7.500,-
      - Kerangka: 1 unit bambu
    3. Pupuk
      - Furadan
      - Azodrin: 1 botol
      - Pupuk Urea: 5 kg @ Rp. 2.000,-
      - NPK: 2,5 kg @ Rp. 2.000,-
Jumlah biaya produksi
  1. Pendapatan: 3 tangkai x 10 kuntum x 400 pot x Rp.750,-
  2. Keuntungan
  3. Parameter kelayakan usaha
    1. Rasio output/input


Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.

Rp.
Rp.

=


320.000,-
75.000,-

100.000,-
4.500.000,-
15.000,-
150.000,-

20.000,-
12.500,-
10.000,-
5.000,-

5.207.000,-

9.000.000,-
3.793.000,-

1,73

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Dalam perjuangan anggrek ini sangat visibel dan modal akan kembali dalam waktu kurang lebih 8 bulan semenjak penaman dan apabila penjualan dimulai dari semenjak dalam botol, maka akan sanggup mengurangi biaya operasional.
Selain dari segi biaya modal, kebutuhan bunga potong dalam negeri per tahun untuk banyak sekali jenis anggrek diperkirakan sekitar 5 juta tangkai. Jumlah tersebut diluar adanya usul akan kebutuhan komoditi ekspor.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar mencakup pembagian terstruktur mengenai , syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
5.2. Diskripsi
Standar mutu bunga angrek potong ini di Indonesia tercantum dalam SNI 01-3171-1992.
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Bunga angrek potongan antara lain terdiri dari 3 jenis "Arathera James Storie" yang digolongkan dalam empat jenis mutu, "Arachin Maggie Oie" dan "Oncidium Golden Shower" yang masing-masing digolongkan dalam tiga jenis mutu.
a. Aranthera James Storie
1. Panjang tangkai: mutu I=75 cm; mutu II=67,5 cm; mutu III=60 cm; cara uji dengan SP-SMP-287-1980.
2. Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=6; mutu III=6; cara uji dengan organoleptik.
3. Minimum jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara uji dengan organoleptik.
4. Minimum jumlah cabang: mutu I=3; mutu II=2; mutu III=1 ; cara uji dengan organoleptik.
5. Susunan bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu II=lengkap; mutu III=lengkap; cara uji dengan organoleptik.
6. Bunga rusak lantaran serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada; mutu II=tidak ada; mutu III=tidak ada; cara uji organoleptik.
b. Arachnis Maggie Oei
1. Panjang tangkai: mutu I=60 cm; mutu II=42,5 cm; mutu III=32,5 cm; cara uji dengan SP-SMP-287-1980.
2. Minimum jumlah bunga: mutu I=8; mutu II=8; mutu III=8; cara uji dengan organoleptik.
3. Minimum. jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara uji dengan organoleptik.
4. Susunan bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu II=lengkap; mutu III=lengkap; cara uji dengan organoleptik.
5. Bunga rusak lantaran serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada; mutu II=tidak ada; mutu III=tidak ada; cara uji organoleptik.
c. Onchidium Goldian Varientas Golden Shower
1. Panjang tangkai: mutu I=67,5 cm; mutu II=60 cm; mutu III=35 cm; cara uji dengan SP-SMP-287-1980.
2. Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=7; mutu III=7; cara uji dengan SP-SMP-288-1980.
3. Minimum jumlah kuncup: mutu I=5; mutu II=5; mutu III=5; cara uji dengan SP-SMP-288-1980.
4. Minimum jumlah cabang: mutu I=9; mutu II=7; mutu III=27; cara uji dengan organoleptik.
5.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam lot dan pola dengan rincian sebagai berikut:
a) Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1 - 3.
b) Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4 - 25.
c) Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26 - 50.
d) Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 51 - 100.
e) Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 101 - 150.
f) Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 151 - 200.
g) Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201 - lebih.
Sedangkan untuk petugas pengambil pola yakni orang yang telah berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan memiliki ikatan dalam suatu tubuh hukum.
5.5. Pengemasan
a. Cara pengemasan
Pangkal tangkai bunga angrek potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairan pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik berisi cairan pengawet kemudian dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yang sesuai.
b. Pemberian merek
Pada kepingan luar kemasan diberi tulisan:
1. Nama barang/varietas anggrek.
2. Jenis mutu.
3. Nama atau isyarat produsen/eksportir.
4. Jumlah isi.
5. Negara/tempat tujuan.
6. Produksi Indonesia.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Osman, Fiyanti, Indah Prasasti (1989) Anggrek Dendrobium, Jakarta Penebar Swadaya IKAPI 219 hal.
b) Tim Red. Trubus (1997) Jakarta. Anggrek Potong Penebar Swadaya 34 hal.
c) Agribisnis Tanaman Hias, F.Rahardi, Sri Wahyuni, Eko M. Nurcahyo, Penerbar Swadaya 1993
d) Budidaya Tanaman Anggrek - Departemen 1987, 63 hal.
e) Merawat Anggrek , Sutarni M. Soeryowinoto, Penerbit Yayasan Kanisius, 87 hal.


Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Hias Anggrek

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Hias Anggrek kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Hias Anggrek dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/07/budidaya-tanaman-hias-anggrek.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel