Budidaya Flora Pangan Kacang Tanah

Budidaya Flora Pangan Kacang Tanah - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Flora Pangan Kacang Tanah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Pangan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Flora Pangan Kacang Tanah
link : Budidaya Flora Pangan Kacang Tanah

Baca juga


Budidaya Flora Pangan Kacang Tanah


I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Kacang tanah merupakan tumbuhan pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku orisinil bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal kala ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis.
Nama lain dari kacang tanah yakni kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah yakni "peanut" atau "groundnut".

1.2. Sentra Penanaman
Di tingkat Internasional mula-mula kacang tanah terpusat di India, Cina, Nigeria, Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan sekarang telah ditanam di seluruh Indonesia.

1.3. Klasifikasi Tanaman
Sistematika kacang tanah yakni sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Klas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogeae L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica Chod & Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachis helodes Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachis namby quarae Hochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth.

Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
a) Daya hasil tinggi.
b) Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.
c) Hasilnya stabil.
d) Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).
e) Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.

Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu:
a.    Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).
b.    Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).
c.    Kacang Holle, merupakan tipe adonan hasil persilangan antara varietas-varietas yang ada. Kacang Holle tidak sanggup disamakan dengan kacang "Waspada" lantaran memang berbeda varietas.

1.4. Manfaat Tanaman
Di bidang industri, dipakai sebagai materi untuk menciptakan keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan dari minyak sanggup dibentuk bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil minyaknya) dan dibentuk oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya selain dibentuk sayuran mentah ataupun direbus, dipakai juga sebagai materi pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai materi pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein (27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium dan Sulphur.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a.    Curah hujan yang sesuai untuk tumbuhan kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan menjadikan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b.    Suhu udara bagi tumbuhan kacang tanah tidak terlalu sulit, lantaran suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28-32 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C mengakibatkan pertumbuhan tumbuhan sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c.    Kelembaban udara untuk tumbuhan kacang tanah berkisar antara 65-75 %. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman.
d.    Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tumbuhan kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.2. Media Tanam
a.    Jenis tanah yang sesuai untuk tumbuhan kacang tanah yakni jenis tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur.
b.    Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah yakni pH antara 6,0-6,5.
c.    Kekurangan air akan mengakibatkan tumbuhan kurus, kerdil, layu dan jadinya mati. Air yang diharapkan tumbuhan berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tumbuhan kacang tanah yakni pada ketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu sanggup ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk sanggup tumbuh optimal.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a) Berasal dari tumbuhan yang gres dan varietas unggul.
b) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c) Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d) Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e) Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih
Penyiapan benih kacang tanah mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.    Benih dilakukan secara generatif (biji).
b.    Benih sebaiknya tersimpan dalam kaleng kering dan tertutup rapat.
c.    Benih yang baik tersimpan dalam keadaan kering yang konstan.
d.    Benih diperoleh dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.
e.    Perkiraan kebutuhan benih sanggup mengikuti rumus sebagai berikut:
B = a x b x c kg
100 x p x q
B = bobot benih (kg)
a = Jumlah benih/lubang;
b = Bibit per-1000 biji (g)
c = Lokasi yang akan ditanam (hektar)
p = Jarak antar barisan (m)
q = Jarak dalam barisan (m)

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Pengukuran luas lahan sangat berkhasiat untuk mengetahui berapa jumlah benih yang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus diubahsuaikan dengan persyaratan tumbuhan kacang tanah.

3.2.2. Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan pada pada dasarnya merupakan pencucian lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pencucian lahan untuk memudahkan perakaran tumbuhan berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan binatang ternak, menyerupai kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh alat bajak dan alat garu hingga tanah siap untuk ditanami.

3.2.3. Pembentukan Bedengan
Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak tanam cukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu miring sanggup antara 30-40 meter. Sedangkan untuk tanah datar, luas bedengan yakni 10 - 20 meter atau 2 x 10 meter. Ketebalan bedengan antara 20-30 cm.

3.2.4. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam, perlu dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa dipakai untuk pengapuran pada dikala pembajakan yakni 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk hingga merata. Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.5. Pemupukan
Pemupukan yakni untuk menambah unsur-unsur hara yang diharapkan tanaman. Jenis dan takaran pupuk setiap hektar yang dianjurkan yakni Urea=60-90 kg ditambah TSP=60-90 kg ditambah KCl=50 kg. Semua takaran pupuk diberikan pada dikala tanam. Pupuk dimasukkan di kanan dan kiri lubang tugal dan tugal dibentuk kira-kira 3 cm.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tumbuhan harus memperhatikan animo dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur sanggup ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibentuk sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak menyerupai yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Cara Penanaman
Pilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukan benih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering yakni pada awal animo hujan, di lahan sawah sanggup dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II). Sedangkan untuk lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi rhizobium (benih dicampur dengan inokulan dengan takaran 4 gram/kg) kemudian benih pribadi ditanam paling lambat 6 jam.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan kalau ada benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari sesudah tanam).

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari hama dan penyakit tanaman. Juga biar tumbuhan yang ditanam tidak bersaing dengan tumbuhan liar (gulma) pada umur 5-7 hari.

3.4.3. Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah di tempat barisan sehingga membentuk gundukan yang membentuk memanjang sepanjang barisan tanaman.

3.4.4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan jenis dan takaran pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua takaran pupuk diberikan pada dikala tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubang tunggal.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan biar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada animo kemarau diberikan mulsa dan pada dikala tumbuhan berbunga tidak dilakukan penyiraman, lantaran sanggup menggganggu penyerbukan.

3.4.6. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan untuk mengusir ataupun memberantas hama tumbuhan hendaknya dilakukan pada sore atau malam hari. Obat yang dipakai maupun takaran sesuai dengan jenis hama yang menyerang tumbuhan tersebut.

3.4.7. Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan sanggup dilakukan, asalkan tidak memerlukan biaya yang berarti, contohnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga biar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a.    Uret
Gejala: memakan akar, batang kepingan bawah dan polong jadinya tumbuhan layu dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tumbuhan terjangkit dicabut dan uret dimusnahkan.
b.    Ulat berwarna
Gejala: daun terlipat menguning, jadinya mengering. Pengendalian: penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D.
c.    Ulat grapyak
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
d.    Ulat jengkal
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan insektisida Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.
e.    Sikada
Gejala: menghisap cairan daun. Pengendalian: (1) penanaman serempak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500 EC, Sevin 5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.
f.    Kumbang daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50 EC, Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.

3.5.2. Penyakit
a.    Penyakit layu
Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.
b.    Penyakit sapu setan
Pengendalian: tumbuhan dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tumbuhan inang dibersihkan (sanitasi lingkungan).
c.    Penyakit bercak daun
Pengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 % atau Dithane M 45, atau Deconil pada tumbuhan selesai berbunga, dengan interval penyemprotan 1 ahad atau 10 hari sekali.
d.    Penyakit mozaik
Pengendalian: penyemprotan dengan fungisida secara rutin 5-10 hari sekali semenjak tumbuhan itu gres tumbuh.
e.    Penyakit gapong
Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya, kemudian gres diberi DD (Dichloropane Dichloropene 40-800 liter/ha per aplikasi.
f.    Penyakit Sclertium
Pengendalian: memperabukan tumbuhan yang terjangkit cendawan.
g.    Penyakit karat
Pengendalian: tumbuhan yang terjangkit dicabut dan dibakar serta semua vektor penularan harus dibasmi.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen tumbuhan kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebabian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.

3.6.2. Cara Panen
Pencabutan tanaman, kemudian memetik polong (buahnya) terus bersihkan dan dijemur matahari, menentukan kalau diharapkan untuk benih dan seterusnya dilakukan penyimpanan, untuk konsumsi sanggup di pasarkan pribadi atau sanggup pribadi dibentuk aneka macam jenis produk makanan.

3.6.3. Perkiraan Produksi
Jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, contohnya untuk lahan seluas satu hektar produksi normal berkisar antara 1,5-2,5 ton polong kering.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Kumpulkan brangkasan tumbuhan kacang tanah ditempat strategis.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pilah-pilah polong yang renta dan polong yang muda untuk dipisahkan menurut derajat ketuaannya, kemudian seleksi polong yang rusak atau busuk untuk dibuang.

3.7.3. Penyimpanan
a.    Penyimpanan dalam bentuk polong kering, masukan polong kering kedalam karung goni atau kaleng tertutup rapat kemudian disimpan digudang penyimpanan yang tempatnya kering.
b.    Penyimpanan dalam bentuk biji kering.
c.    Kupas polong kacang tanah kering dengan tangan atau alat pengupas kacang tanah. Jemur (keringkan) biji kacang tanah hingga berkadar air 9% kemudian masukan ke dalam wadah.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan sanggup dilakukan untuk produk mentah/polong mentah dalam bungkus plastik per 10 kg. Dapat juga berupa kemasan kuliner ringan bagus atau bentuk kuliner yang sudah dimasak menyerupai kacang rebus, kacang goreng dan aneka macam jenis kuliner ringan bagus dari kacang tanah.
Untuk pengangkutan pada prinsipnya yang pentuing kondisi komoditi tersebut tidak rusak atau tidak berubah dari kualitas yang sudah disiapkan.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis perjuangan tani kacang tanah seluas 1 hektar per animo tanam (3 bulan) pada tahun 1999 di tempat Jawa Barat sanggup dirinci berikut ini:


  1. Biaya produksi
    1. Sewa lahan 1 animo tanam
    2. Bibit: benih 200 kg @ Rp 4.000,-
    3. Pupuk
      - Urea: 100 kg @ Rp. 1.500,-
      - TSP: 100 kg @ Rp. 1.800,-
      - KCL: 50 kg @ Rp. 1.650,-
    4. Pestisida: 2 liter @ Rp. 50.000,-
    5. Peralatan
    6. Tenaga kerja
      - Pengolah tanah 50 HKP @ Rp 10.000,-
      - Penanaman dan pemupukan 5 HKP + 15 HKW
      - Penyiangan dan pembubutan 4 HKP + 5 HKW
    7. Panen dan pasca panen 4 HKP + 10 HKW
    8. Lain-lain
      Jumlah biaya produksi
  2. Pendapatan
    1. Berupa polong kering 2.000 kg @ Rp. 2.000,-
    2. Berupa biji kering (rendemen 0,6): 2.000 kg @ Rp. 4.000,-
  3. Keuntungan bersih
    1. Berupa polong kering
    2. Berupa biji kering
  4. Parameter kelayakan usaha
    1. O/I berupa polong kering
    2. O/I berupa biji

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

500.000,-
800.000,-

150.000,-
180.000,-
82.500,-
100.000,-
200.000,-

500.000,-
112.500,-
77.500,-
115.000,-
150.000,-
2.967.500,-

4.000.000,-
4.800.000,-

1.032.500,-
1.832.500,-

= 1,348
= 1,618
Catatan : HKP : Hari kerja pria, HKW : Hari kerja wanita.

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum, meskipun hibrida yang berproduksi tinggi sudah diciptakan, namun dalam praktek produksinya belum memenuhi harapan. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Yang terjadi di lapangan, sebelum panen tiba, para tengkulak mulai melaksanakan pembelian di areal pertanaman secara besar-besaran (Jawa: ditebas) dan para tengkulak kemudian menjual ke pabrik-pabrik minyak goreng.
Hal yang paling mendapat sorotan pemerintah, selama tahun 1969-1991, produksi dan produktivitas kacang tanah nasional meningkat terus. Di Indonesia, angka produksi kacang tanah diantara jenis kacang-kacangan lainnya, menempati urutan ke-2 sesudah kedelai.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi kacang tanam meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.

5.2. Diskripsi
Standar mutu kacang tanah di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3921-1995.

5.3. Klasifikasi dan Syarat Mutu
Kacang tanah digolongkan dalam 3 jenis mutu: mutu I, mutu II dan mutu III
a.    Syarat umum
1.    Bebas hama penyakit.
2.    Bebas busuk busuk, asam, apek dan busuk absurd lainnya.
3.    Bebas dari materi kimia menyerupai insektisida dan fungisida.
4.    Memiliki suhu normal.

b.    Syarat khusus mutu kacang tanah biji (wose)
1.    Kadar air maksimum (%): mutu I=6; mutu II=7; mutu III=8.
2.    Butir rusak maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=2.
3.    Butir belah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=5; mutu III=10.
4.    Butir warna lain maksimum (%): mutu I=0; mutu II=2; mutu III=3.
5.    Butir keriput maksimum (%): mutu I=0; mutu II=2; mutu III=4.
6.    Kotoran maksimum (%): mutu I=0; mutu II=0,5; mutu III=3.
7.    Diameter : mutu I minimum 8 mm; mutu II minimum 7 mm; mutu III maksimum 6mm.

c.    Syarat khusus mutu kacang tanah polong (gelondong)
1.    Kadar air maksimum (%): mutu I=8; mutu=9; mutu=9.
2.    Kotoran maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3.
3.    Polong keriput maksimum (%): mutu I=2; mutu II=3; mutu III=4.
4.    Polong rusak maksimum (%): mutu I=0,5; mutu II=1; mutu III=2.
5.    Polong biji satu maksimum (%): mutu I=3; mutu II=4; mutu III=5.
6.    Rendemen minimum (%): mutu I=65; mutu II=62,5; mutu III=60.

Untuk mendapat hasil kacang tanah yang sesuai dengan syarat, maka harus dilakukan beberapa pengujian, yaitu:
a.    Penentuan adanya hama dan penyakit, busuk dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya materi kimia dengan memakai indera penglihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperoleh.
b.    Penentuan adanya butir rusak, butir warna lain, kotoran dan butir belah dilakukan dengan cara manual dengan pinset. Presentase butir warna lain, butir rusak, butir belah, butir keriput, dan kotoran ditetapkan menurut berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat 100 %.
c.    Penentuan diameter dengan memakai alat pengukur dial caliper.
d.    Penentuan kadar air biji harus ditentukan dengan alat mouture tester electronic yang telah dikalibrasi atau dengan distilasi dengan toulen (AOAC 9254). Untuk mengukur kadar air, kacang tanah polong harus dikupas dahulu kulitnya, selanjutnya biji kacang tanahnya diukur kadar airnya.
e.    Penentuan suhu dengan alat termometer.
f.    Penentuan kadar aflatoksin.

5.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung, dengan maksimum 30 karung dari tiap partai barang. Kemudian dari tiap-tiap karung diambil tumpuan maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua kepingan diambil secara diagonal, cara ini dilakukan beberapa kali hingga mencapai tumpuan seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat tumpuan analisa untuk kacang wose 100 gram dan kacang tanah gelondong 200 gram.
Petugas pengambil tumpuan harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu, dan memiliki ikatan dengan suatu tubuh aturan dan memiliki akta yang dikeluarkan oleh tubuh yang berwenang.

5.5. Pengemasan
Kacang tanah dikemas dalam karung goni atau dari materi lain yang sesuai besar lengan berkuasa dan higienis dan mulutnyadijahit, berat netton setiap karung maksimum 75 kg, dan tahan mengalami handing baik pada pemuatan maupun pembongkaran.

Di kepingan luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan materi yang kondusif yang tidak luntur dengan terang terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Badan Agribisnis Departemen . 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.
b) Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Swadaya, Jakarta.
c) Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.



Demikianlah Artikel Budidaya Flora Pangan Kacang Tanah

Sekianlah artikel Budidaya Flora Pangan Kacang Tanah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Flora Pangan Kacang Tanah dengan alamat link https://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-flora-pangan-kacang-tanah.html

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel