Budidaya Tanaman Pangan Padi
Budidaya Tanaman Pangan Padi - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Pangan Padi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Budidaya Tanaman Pangan,
Artikel Pertanian All, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Budidaya Tanaman Pangan Padi
link : Budidaya Tanaman Pangan Padi
I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Padi merupakan tumbuhan pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
1.2. Sentra Penanaman
Pusat penanaman padi di Indonesia ialah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali, Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi nasional ialah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, pusat padi Jawa Barat menyerupai Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.
Produksi padi nasional hingga Desember 1997 ialah 46.591.874 ton yang mencakup areal panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawah mencapai 6-7 ton/ha.
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tumbuhan padi ialah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal ialah O. sativa dengan dua subspesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas unggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina ialah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran rendah).
1.4. Manfaat Tanaman
Beras merupakan masakan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan negara Asia. Negara-negara lain menyerupai di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu jerami padi sanggup dipakai sebagai epilog tanah pada suatu perjuangan tani.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Tumbuh di tempat tropis/subtropis pada 45 derajat LU hingga 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan demam isu hujan 4 bulan.
b. Rata-rata curah hujan yang baik ialah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi sanggup ditanam di demam isu kemarau atau hujan. Pada demam isu kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di demam isu hujan, walaupun air melimpah prduksi sanggup menurun alasannya ialah penyerbukan kurang intensif.
c. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 derajat C.
d. Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.
e. Angin kuat pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jikalau terlalu kencang akan merobohkan tanaman.
2.2. Media Tanam
a. Padi gogo
1. Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan udara.
2. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus hingga tanah garang dan air yang tersedia diharapkan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jikalau ada harus < 50%.
3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 hingga 8,0.
b. Padi sawah
1. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang mempunyai lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.
2. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.
3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tumbuhan padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah mempunyai lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapat tanah sawah yang memenuhi syarat diharapkan pengolahan tanah yang khusus.
2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman sanggup tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah hingga daratan tinggi.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat benih yang baik:
a) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang.
b) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.
c) Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.
d) Daya perkecambahan 80%.
3.1.2. Penyiapan Benih
Benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
a. Padi sawah
Untuk satu hektar padi sawah diharapkan 25-40 kg benih tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari aeral sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibentuk bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi.
b. Padi Gogo
Benih pribadi ditanam di ladang.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur hingga setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10 gram/meter persegi pada hari ke 10.
3.1.5. Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terjangkit hama dan penyakit.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pengolahan Lahan Padi Sawah
a. Bersihkan susukan air dan sawah dari jerami dan rumput liar.
b. Perbaiki pematang serta cangkul sudut petak sawah yang sukar dikerjakan dengan bajak.
c. Bajak sawah untuk membalik tanah dan memasukkan materi organik yang ada di permukaan. Pembajakan pertama dilakukan pada awal demam isu tanam dan dibiarkan 2-3 hari sehabis itu dilakukan pembajakan ke dua yang disusul oleh pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam.
d. Ratakan permukaan tanah sawah, dan hancurkan gumpalan tanah dengan cara menggaru. Permukaan tanah yang rata sanggup dibuktikan dengan melihat permukaan air di dalam petak sawah yang merata.
e. Lereng yang curam dibentuk teras memanjang dengan petak-petak yang dibatasi oleh pematang semoga permukaan tanah merata.
3.2.3. Pengolahan Lahan Padi Gogo
Waktu yang tepat ialah di final demam isu kemarau atau menjelang demam isu hujan. Cara pengolahan tanah ialah sebagai berikut:
a) Lahan dibersihkan dari tumbuhan penggangu dan rumput sambil memperbaiki pematang dan susukan drainase.
b) Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
c) Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20 ton/ha.
d) Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru kemudian diratakan.
e) Tanah dibiarkan hingga hujan turun.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pola Tanam
Pada areal beririgasi, lahan sanggup ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tumbuhan dengan palawija. Pergiliran tumbuhan ini juga dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya sehabis satu tahun menanam padi.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari dengan tumbuhan semusim lainnya, contohnya padi gogo dengan jagung atau padi gogo di antara ubi kayu dan kacang tanah. Pada pertanaman padi sawah, tumbuhan tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacang-kacangan.
3.3.2. Penanaman Padi Sawah
Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di tempat pegunungan lebih rapat alasannya ialah bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm.
3.3.3. Penanaman Padi Gogo
Penanaman dilakukan pada awal demam isu hujan sehabis dua atau tiga kali turun hujan di bulan Oktober-November. Penanaman dilakukan dengan cara:
a. Di dalam lubang tanam
Kedalaman lubang 3-5 cm dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Satu lubang diisi dengan 5-7 butir benih dan ditutup dengan pupuk sangkar dan abu, debu atau tanah halus.
b. Di dalam larikan
Terlebih dahulu dibentuk alur tanam dengan dukungan kayu berujung runcing dengan jarak antar aluran 60 cm dan kedalaman 3 cm. Benih ditaburkan ke dalam aluran.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman Padi Sawah
Penyulaman tumbuhan yang mati dilakukan paling usang 14 hari sehabis tanam. Bibit sulaman harus dari jenis yang sama yang merupakan bibit cadangan pada persemaian bibit.
3.4.2. Penyiangan Padi Sawah
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada dikala berumur 3 dan 6 ahad dengan memakai landak (alat penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil.
3.4.3. Pengairan Padi Sawah
Syarat penggunaan air di sawah:
a) Air berasal dari sumber air yang telah ditentukan Dinas Pengairan/ Dinas dengan pedoman air tidak deras.
b) Air harus sanggup menggenangi sawah dengan merata.
c) Lubang pemasukkan dan pembuangan air letaknya bersebrangan semoga air merata di seluruh lahan.
d) Air mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak sawah. Kotoran berfungsi sebagai pupuk.
e) Genangan air harus pada ketinggian yang telah ditentukan.
Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi kembali sedikit demi sedikit. Sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padi berumur 8-45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 hingga dengan 20 cm.
Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, pada waktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikit-demi sedikit.
3.4.4. Pemupukan Padi Sawah
Pupuk sangkar 5 ton/ha diberikan ke dalam tanah dua ahad sebelum tanam pada waktu pembajakan tanah sawah. Pupuk anorganik yang dianjurkan Urea=300 kg/ha, TSP=75-175 kg/ha dan KCl=50 kg/ha.
Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 ahad sehabis tanam. Urea disebarkan dan diinjak semoga terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu pada dikala tanam dan dikala menjelang keluar malai.
3.4.5. Penyiangan dan Pembumbunan Padi Gogo
Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu tumbuhan berumur 3-4 ahad dan 8 minggu. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 ahad sebelum muncul malai.
3.4.6. Penyulaman Padi Gogo
Dilakukan pada umur 1-3 ahad sehabis tanam.
3.4.7. Pemupukan Padi Gogo
a. Pupuk organik
Berasal dari tumbuhan pupuk hijau menyerupai Crotalaria juncea yang berumur 4-6 bulan atau dari pupuk sangkar yang telah matang. Pupuk organik dibenamkan ke tanah dengan dosisi 10-30 ton/ha.
b. Pupuk anorganik
Pupuk yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan dikala tanam dan urea pada 3-4 ahad dan 8 ahad sehabis tanam.
3.4.8. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2 ahad sekali tergantung dari intensitas serangan.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama Hama di Persemaian Basah (untuk padi sawah)
a. Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) penyemprotan insektisida Kiltop 50 EC atau Tomafur 3G.
b. Padi trip (Trips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning hingga kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tumbuhan cukup umur gabah tidak berisi. Pengendalian: insektisida Mipein 50 WP atau Dharmacin 50 WP.
c. Ulat tentara (Pseudaletia unipuncta, berwarna abu-abu; Spodoptera litura, berwarna coklat hitam; S. exempta, bergaris kuning)
Gejala: ulat memakan helai daun, tumbuhan hanya tinggal tulang-tulang daun. Pengendalian: cara mekanis dan insektisida Sevin, Diazenon, Sumithion dan Agrocide.
3.5.2. Hama Hama di Sawah
a. Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini sanggup menularkan virus. Gejala: tumbuhan padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tnaman menyerupai terbakar, tumbuhan yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, memakai varitas tahan wereng menyerupai IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami menyerupai laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemportan insektisida Applaud 10 WP, Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC.
b. Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan daun. Gejala: di tempat bekas hisapan akan tumbuh cendawan jelaga, daun tumbuhan kering dan mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil, potongan pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Malai yang dihasilkan kecil.
c. Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala: dan menimbulkan buah hampa atau berkualitas rendah menyerupai berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam. Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan dan memunahkan telur, melepas musuh alami menyerupai jangkrik; (2) menyemprotkan insektisida Bassa 50 EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP, Kiltop 50 EC.
d. Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tumbuhan terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang mempunyai noda bekas isapan dan pertumbuhan tumbuhan terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan insektisida Curacron 250 ULV, Dimilin 25 WP, Larvin 75 WP.
e. Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens).
Dapat mengakibatkan kerugian besar. Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tumbuhan layu, kering berwarna kemerahan dan gampang dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tumbuhan muda disebut hama "sundep" dan pada tumbuhan bunting (pengisian biji) disebut "beluk". Pengendalian: (1) memakai varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari sehabis panen semoga kepompong mati, memperabukan jerami; (2) memakai insektisida Curaterr 3G, Dharmafur 3G, Furadan 3G, Karphos 25 EC, Opetrofur 3G, Tomafur 3G.
f. Hama tikus (Rattus argentiventer)
Tanaman padi akan mengalami kerusakan parah apabila terjangkit oleh hama tikus dan menimbulkan penurunan produksi padi yang cukup besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tumbuhan padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan andal ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami menyerupai ular dan burung hantu, penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur, menunjukkan umpan beracun menyerupai seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau beras.
g. Burung (manyar Palceus manyar, gelatik Padda aryzyvora, pipit Lonchura lencogastroides, peking L. puntulata, bondol hitam L. ferraginosa dan bondol putih L. ferramaya).
Menyerang padi menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
3.5.3. Penyakit
a. Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae). Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang gres tumbuh dan bibit yang gres berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi cukup umur busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida Rabcide 50 WP.
b. Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di akrab pangkal malai membusuk. Proses pemasakan masakan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) memperabukan sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50 WP.
c. Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot,)
Penyebab: jamur Cercospora oryzae. Gejala: menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini menyerupai Citarum, mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2) menyemprotkan fungisida Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX 200.
d. Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, tanda-tanda terlihat pada tumbuhan yang telah membentuk anakan dan menimbulkan jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2) menyemprotkan fungisida pada dikala pembentukan anakan menyerupai Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.
e. Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk, tumbuhan padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan merkuri.
f. Penyakit noda/api palsu
Penyebab: jamur Ustilaginoidea virens. Gejala: malai dan buah padi dipenuhi spora, dalam satu malai hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak mengakibatkan kerugian besar. Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit, menyemprotkan fungisida pada malai sakit.
g. Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: kuman Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Serangan menimbulkan gagal panen. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit menyerupai IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian kimia dengan bakterisida Stablex WP.
h. Penyakit kuman daun bergaris/Leaf streak
Penyebab: kuman X. translucens. Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis berair berwarna merah kekuningan pada helai daun sehingga daun menyerupai terbakar. Pengendalian: menanam varitas unggul, menghindari luka mekanis, pergiliran varitas dan bakterisida Stablex 10 WP.
i. Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh serangga Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua potongan tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Penyakit ini sangat merugikan. Pengendalian: sulit dilakukan, perjuangan pencegahan dilakukan dengan memusnahkan tumbuhan yang terjangkit ada memberantas vektor.
j. Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua potongan tanaman, pertumbuhan tumbuhan kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng menyerupai Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42.
3.5.3. Gulma
Gulma yang tumbuh di antara tumbuhan padi ialah rumput-rumputan menyerupai rumput teki (Cytorus rotundus) dan gulma berdaun lebar. Pengendalian dengan cara mekanis (mencabut, menyiangi), jarak tanam yang tepat dan penyemprotan herbisida Basagran 50 ML, Difenex 7G, DMA 6 dll.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari sehabis berbunga), potongan bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.
3.6.2. Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan memakai mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen sanggup dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar.
3.6.3. Perkiraan Produksi
Dengan penanaman dan pemeliharaan yang intensif, diharapkan produksi mencapai 7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 4-5 ton/ha.
3.7. Pascapanen
a. Perontokan. Lakukan secepatnya sehabis panen, gunakan cara diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan memakai mesin perontok, waktu sanggup dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.
b. Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar kotoran dilarang lebih dari 3 %.
c. Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari hingga kadar airnya 14 %. Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika memakai mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin daripada dijemur di halaman.
d. Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung higienis dan jauhkan dari beras alasannya ialah sanggup tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Harga padi yang sangat ditentukan pemerintah menimbulkan petani sering kali merugi alasannya ialah modal dasar tidak seimbang dengan harga gabah. Keadaan ini semakin memburuk dengan dihilangkannya subsidi pupuk. Petani menjual padi ke Bulog dengan harga yang ditentukan pemerintah (saat ini seharga Rp. 2.100-1.500/kg). Pada dikala penen raya, bulog tidak mempunyai cukup uang untuk membeli padi rakyat sehingga menunggak pembayaran ke petani. Keadaan ini sangat merugikan petani. Budidaya padi untuk mencapai keuntungan yang layak sulit diwujudkan.
Perkiraan analisis budidaya padi (nasional) permusim panen dengan luas lahan 1 hektar masa tanam tahun 1999. (sumber: Departemen )
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Beras ialah masakan pokok sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Kebutuhan beras nasional tidak terpenuhi oleh produksi beras dalam negeri alasannya ialah itu kita masih selalu mengimpor beras. Pemerintah, pada tahun 1998 mengimpor 3,1 juta ton beras untuk mengantisipasi kebutuhan beras masyarakat.
Dengan memperhatikan hal di atas seharusnya agribisnis padi sanggup menarik banyak para investor. Namun demikiaan, dilain pihak, harga beras sangat ditentukan pemerintah dan tidak dinamis menyerupai halnya tumbuhan hortikultur atau perkebunan sehingga umumnya petani padi sering merugi. Tanpa perubahan tata niaga beras dan pengurangan campur tangan pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidak banyak diperhitungkan dan diminati oleh investor di bidang pertanian.
V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang lingkup
Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
5.2. Diskripsi
Standar mutu gabah di Indonesia tercantum dalam SNI 0224-1987-0.
5.3. Klasifikasi dan Standar mutu
Persyaratan kualitatif
Bebas hama dan penyakit.
Bebas busuk busuk, asam atau bau-bau lainnya.
Bebas dari bahan-bahan kimia menyerupai sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida dan materi kimia lainnya.
Gabah dilarang panas.
Persyaratan kuantitatif
Kadar air maksimum (%): mutu I=14,0; mutu II=14,0; mutu III=14,0.
Gabah hampa maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=3,0.
Butir rusak dan butir kuning maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu III=7,0.
Butir rusak dan gabah muda maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=5,0; mutu III=10,0.
Butir merah maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=4,0.
Benda absurd maksimum (%): mutu I tidak ada; mutu II=0,5; mutu III=1,0.
Gabah varientas lain maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu III=10,0.
Tingkat mutu gabah rendah (sample grade) ialah tingkat mutu gabah tidak memenuhi persyaratan tingkat mutu I,II dan III tidak memenuhi persyaratan kualitatif.
5.4. Pengambilan Contoh
Sedangkan untuk cara pengujian mutu dan pengambilan pola terdapat dalam "Petunjuk pengujian mutu dan pengambilan pola " yang disajikan tersendiri dalam pelaksanaan standar (implementasi).
5.5. Pengemasan
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan higienis dan dijahit mulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami "handling" baik waktu pemuatan maupun pembongkaran.
Di potongan luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan materi yang kondusif yang tidak luntur dan terperinci terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.
VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
b) Dinas Propinsi Jawa Barat. 1982. Petunjuk Perlakuan Pasca Panen Tanaman Padi.
c) Griest, D.H. Rice. Longman. Singapore
d) Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
6.2. Personil
a) Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi Subang Jawa Barat.
b) Dr. Siti Mariam. Jurusan Tanah Fakultas Unpad Bandung.
Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Pangan Padi dengan alamat link https://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-tanaman-pangan-padi.html
Judul : Budidaya Tanaman Pangan Padi
Budidaya Tanaman Pangan Padi
PADI
( Oryza Sativa )
1.1. Sejarah Singkat
Padi merupakan tumbuhan pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
1.2. Sentra Penanaman
Pusat penanaman padi di Indonesia ialah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali, Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi nasional ialah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, pusat padi Jawa Barat menyerupai Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tumbuhan padi ialah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal ialah O. sativa dengan dua subspesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas unggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina ialah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran rendah).
1.4. Manfaat Tanaman
Beras merupakan masakan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan negara Asia. Negara-negara lain menyerupai di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu jerami padi sanggup dipakai sebagai epilog tanah pada suatu perjuangan tani.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Tumbuh di tempat tropis/subtropis pada 45 derajat LU hingga 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan demam isu hujan 4 bulan.
b. Rata-rata curah hujan yang baik ialah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi sanggup ditanam di demam isu kemarau atau hujan. Pada demam isu kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di demam isu hujan, walaupun air melimpah prduksi sanggup menurun alasannya ialah penyerbukan kurang intensif.
c. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 derajat C.
d. Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.
e. Angin kuat pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jikalau terlalu kencang akan merobohkan tanaman.
2.2. Media Tanam
a. Padi gogo
1. Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan udara.
2. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus hingga tanah garang dan air yang tersedia diharapkan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jikalau ada harus < 50%.
3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 hingga 8,0.
b. Padi sawah
1. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang mempunyai lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.
2. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.
3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tumbuhan padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah mempunyai lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapat tanah sawah yang memenuhi syarat diharapkan pengolahan tanah yang khusus.
2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman sanggup tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah hingga daratan tinggi.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat benih yang baik:
a) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang.
b) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.
c) Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.
d) Daya perkecambahan 80%.
3.1.2. Penyiapan Benih
Benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
a. Padi sawah
Untuk satu hektar padi sawah diharapkan 25-40 kg benih tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari aeral sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibentuk bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi.
b. Padi Gogo
Benih pribadi ditanam di ladang.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur hingga setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10 gram/meter persegi pada hari ke 10.
3.1.5. Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terjangkit hama dan penyakit.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pengolahan Lahan Padi Sawah
a. Bersihkan susukan air dan sawah dari jerami dan rumput liar.
b. Perbaiki pematang serta cangkul sudut petak sawah yang sukar dikerjakan dengan bajak.
c. Bajak sawah untuk membalik tanah dan memasukkan materi organik yang ada di permukaan. Pembajakan pertama dilakukan pada awal demam isu tanam dan dibiarkan 2-3 hari sehabis itu dilakukan pembajakan ke dua yang disusul oleh pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam.
d. Ratakan permukaan tanah sawah, dan hancurkan gumpalan tanah dengan cara menggaru. Permukaan tanah yang rata sanggup dibuktikan dengan melihat permukaan air di dalam petak sawah yang merata.
e. Lereng yang curam dibentuk teras memanjang dengan petak-petak yang dibatasi oleh pematang semoga permukaan tanah merata.
3.2.3. Pengolahan Lahan Padi Gogo
Waktu yang tepat ialah di final demam isu kemarau atau menjelang demam isu hujan. Cara pengolahan tanah ialah sebagai berikut:
a) Lahan dibersihkan dari tumbuhan penggangu dan rumput sambil memperbaiki pematang dan susukan drainase.
b) Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
c) Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20 ton/ha.
d) Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru kemudian diratakan.
e) Tanah dibiarkan hingga hujan turun.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pola Tanam
Pada areal beririgasi, lahan sanggup ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tumbuhan dengan palawija. Pergiliran tumbuhan ini juga dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya sehabis satu tahun menanam padi.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari dengan tumbuhan semusim lainnya, contohnya padi gogo dengan jagung atau padi gogo di antara ubi kayu dan kacang tanah. Pada pertanaman padi sawah, tumbuhan tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacang-kacangan.
3.3.2. Penanaman Padi Sawah
Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di tempat pegunungan lebih rapat alasannya ialah bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm.
3.3.3. Penanaman Padi Gogo
Penanaman dilakukan pada awal demam isu hujan sehabis dua atau tiga kali turun hujan di bulan Oktober-November. Penanaman dilakukan dengan cara:
a. Di dalam lubang tanam
Kedalaman lubang 3-5 cm dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Satu lubang diisi dengan 5-7 butir benih dan ditutup dengan pupuk sangkar dan abu, debu atau tanah halus.
b. Di dalam larikan
Terlebih dahulu dibentuk alur tanam dengan dukungan kayu berujung runcing dengan jarak antar aluran 60 cm dan kedalaman 3 cm. Benih ditaburkan ke dalam aluran.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman Padi Sawah
Penyulaman tumbuhan yang mati dilakukan paling usang 14 hari sehabis tanam. Bibit sulaman harus dari jenis yang sama yang merupakan bibit cadangan pada persemaian bibit.
3.4.2. Penyiangan Padi Sawah
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada dikala berumur 3 dan 6 ahad dengan memakai landak (alat penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil.
3.4.3. Pengairan Padi Sawah
Syarat penggunaan air di sawah:
a) Air berasal dari sumber air yang telah ditentukan Dinas Pengairan/ Dinas dengan pedoman air tidak deras.
b) Air harus sanggup menggenangi sawah dengan merata.
c) Lubang pemasukkan dan pembuangan air letaknya bersebrangan semoga air merata di seluruh lahan.
d) Air mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak sawah. Kotoran berfungsi sebagai pupuk.
e) Genangan air harus pada ketinggian yang telah ditentukan.
Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi kembali sedikit demi sedikit. Sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padi berumur 8-45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 hingga dengan 20 cm.
Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, pada waktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikit-demi sedikit.
3.4.4. Pemupukan Padi Sawah
Pupuk sangkar 5 ton/ha diberikan ke dalam tanah dua ahad sebelum tanam pada waktu pembajakan tanah sawah. Pupuk anorganik yang dianjurkan Urea=300 kg/ha, TSP=75-175 kg/ha dan KCl=50 kg/ha.
Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 ahad sehabis tanam. Urea disebarkan dan diinjak semoga terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu pada dikala tanam dan dikala menjelang keluar malai.
3.4.5. Penyiangan dan Pembumbunan Padi Gogo
Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu tumbuhan berumur 3-4 ahad dan 8 minggu. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 ahad sebelum muncul malai.
3.4.6. Penyulaman Padi Gogo
Dilakukan pada umur 1-3 ahad sehabis tanam.
3.4.7. Pemupukan Padi Gogo
a. Pupuk organik
Berasal dari tumbuhan pupuk hijau menyerupai Crotalaria juncea yang berumur 4-6 bulan atau dari pupuk sangkar yang telah matang. Pupuk organik dibenamkan ke tanah dengan dosisi 10-30 ton/ha.
b. Pupuk anorganik
Pupuk yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan dikala tanam dan urea pada 3-4 ahad dan 8 ahad sehabis tanam.
3.4.8. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2 ahad sekali tergantung dari intensitas serangan.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama Hama di Persemaian Basah (untuk padi sawah)
a. Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) penyemprotan insektisida Kiltop 50 EC atau Tomafur 3G.
b. Padi trip (Trips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning hingga kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tumbuhan cukup umur gabah tidak berisi. Pengendalian: insektisida Mipein 50 WP atau Dharmacin 50 WP.
c. Ulat tentara (Pseudaletia unipuncta, berwarna abu-abu; Spodoptera litura, berwarna coklat hitam; S. exempta, bergaris kuning)
Gejala: ulat memakan helai daun, tumbuhan hanya tinggal tulang-tulang daun. Pengendalian: cara mekanis dan insektisida Sevin, Diazenon, Sumithion dan Agrocide.
3.5.2. Hama Hama di Sawah
a. Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini sanggup menularkan virus. Gejala: tumbuhan padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tnaman menyerupai terbakar, tumbuhan yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, memakai varitas tahan wereng menyerupai IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami menyerupai laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemportan insektisida Applaud 10 WP, Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC.
b. Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan daun. Gejala: di tempat bekas hisapan akan tumbuh cendawan jelaga, daun tumbuhan kering dan mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil, potongan pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Malai yang dihasilkan kecil.
c. Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala: dan menimbulkan buah hampa atau berkualitas rendah menyerupai berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam. Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan dan memunahkan telur, melepas musuh alami menyerupai jangkrik; (2) menyemprotkan insektisida Bassa 50 EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP, Kiltop 50 EC.
d. Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tumbuhan terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang mempunyai noda bekas isapan dan pertumbuhan tumbuhan terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan insektisida Curacron 250 ULV, Dimilin 25 WP, Larvin 75 WP.
e. Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens).
Dapat mengakibatkan kerugian besar. Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tumbuhan layu, kering berwarna kemerahan dan gampang dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tumbuhan muda disebut hama "sundep" dan pada tumbuhan bunting (pengisian biji) disebut "beluk". Pengendalian: (1) memakai varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari sehabis panen semoga kepompong mati, memperabukan jerami; (2) memakai insektisida Curaterr 3G, Dharmafur 3G, Furadan 3G, Karphos 25 EC, Opetrofur 3G, Tomafur 3G.
f. Hama tikus (Rattus argentiventer)
Tanaman padi akan mengalami kerusakan parah apabila terjangkit oleh hama tikus dan menimbulkan penurunan produksi padi yang cukup besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tumbuhan padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan andal ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami menyerupai ular dan burung hantu, penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur, menunjukkan umpan beracun menyerupai seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau beras.
g. Burung (manyar Palceus manyar, gelatik Padda aryzyvora, pipit Lonchura lencogastroides, peking L. puntulata, bondol hitam L. ferraginosa dan bondol putih L. ferramaya).
Menyerang padi menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
3.5.3. Penyakit
a. Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae). Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang gres tumbuh dan bibit yang gres berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi cukup umur busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida Rabcide 50 WP.
b. Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di akrab pangkal malai membusuk. Proses pemasakan masakan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) memperabukan sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50 WP.
c. Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot,)
Penyebab: jamur Cercospora oryzae. Gejala: menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini menyerupai Citarum, mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2) menyemprotkan fungisida Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX 200.
d. Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, tanda-tanda terlihat pada tumbuhan yang telah membentuk anakan dan menimbulkan jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2) menyemprotkan fungisida pada dikala pembentukan anakan menyerupai Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.
e. Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk, tumbuhan padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan merkuri.
f. Penyakit noda/api palsu
Penyebab: jamur Ustilaginoidea virens. Gejala: malai dan buah padi dipenuhi spora, dalam satu malai hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak mengakibatkan kerugian besar. Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit, menyemprotkan fungisida pada malai sakit.
g. Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: kuman Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Serangan menimbulkan gagal panen. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit menyerupai IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian kimia dengan bakterisida Stablex WP.
h. Penyakit kuman daun bergaris/Leaf streak
Penyebab: kuman X. translucens. Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis berair berwarna merah kekuningan pada helai daun sehingga daun menyerupai terbakar. Pengendalian: menanam varitas unggul, menghindari luka mekanis, pergiliran varitas dan bakterisida Stablex 10 WP.
i. Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh serangga Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua potongan tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Penyakit ini sangat merugikan. Pengendalian: sulit dilakukan, perjuangan pencegahan dilakukan dengan memusnahkan tumbuhan yang terjangkit ada memberantas vektor.
j. Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua potongan tanaman, pertumbuhan tumbuhan kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng menyerupai Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42.
3.5.3. Gulma
Gulma yang tumbuh di antara tumbuhan padi ialah rumput-rumputan menyerupai rumput teki (Cytorus rotundus) dan gulma berdaun lebar. Pengendalian dengan cara mekanis (mencabut, menyiangi), jarak tanam yang tepat dan penyemprotan herbisida Basagran 50 ML, Difenex 7G, DMA 6 dll.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari sehabis berbunga), potongan bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.
3.6.2. Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan memakai mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen sanggup dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar.
3.6.3. Perkiraan Produksi
Dengan penanaman dan pemeliharaan yang intensif, diharapkan produksi mencapai 7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 4-5 ton/ha.
3.7. Pascapanen
a. Perontokan. Lakukan secepatnya sehabis panen, gunakan cara diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan memakai mesin perontok, waktu sanggup dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.
b. Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar kotoran dilarang lebih dari 3 %.
c. Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari hingga kadar airnya 14 %. Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika memakai mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin daripada dijemur di halaman.
d. Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung higienis dan jauhkan dari beras alasannya ialah sanggup tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Harga padi yang sangat ditentukan pemerintah menimbulkan petani sering kali merugi alasannya ialah modal dasar tidak seimbang dengan harga gabah. Keadaan ini semakin memburuk dengan dihilangkannya subsidi pupuk. Petani menjual padi ke Bulog dengan harga yang ditentukan pemerintah (saat ini seharga Rp. 2.100-1.500/kg). Pada dikala penen raya, bulog tidak mempunyai cukup uang untuk membeli padi rakyat sehingga menunggak pembayaran ke petani. Keadaan ini sangat merugikan petani. Budidaya padi untuk mencapai keuntungan yang layak sulit diwujudkan.
Perkiraan analisis budidaya padi (nasional) permusim panen dengan luas lahan 1 hektar masa tanam tahun 1999. (sumber: Departemen )
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Beras ialah masakan pokok sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Kebutuhan beras nasional tidak terpenuhi oleh produksi beras dalam negeri alasannya ialah itu kita masih selalu mengimpor beras. Pemerintah, pada tahun 1998 mengimpor 3,1 juta ton beras untuk mengantisipasi kebutuhan beras masyarakat.
Dengan memperhatikan hal di atas seharusnya agribisnis padi sanggup menarik banyak para investor. Namun demikiaan, dilain pihak, harga beras sangat ditentukan pemerintah dan tidak dinamis menyerupai halnya tumbuhan hortikultur atau perkebunan sehingga umumnya petani padi sering merugi. Tanpa perubahan tata niaga beras dan pengurangan campur tangan pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidak banyak diperhitungkan dan diminati oleh investor di bidang pertanian.
V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang lingkup
Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
5.2. Diskripsi
Standar mutu gabah di Indonesia tercantum dalam SNI 0224-1987-0.
5.3. Klasifikasi dan Standar mutu
Persyaratan kualitatif
Bebas hama dan penyakit.
Bebas busuk busuk, asam atau bau-bau lainnya.
Bebas dari bahan-bahan kimia menyerupai sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida dan materi kimia lainnya.
Gabah dilarang panas.
Persyaratan kuantitatif
Kadar air maksimum (%): mutu I=14,0; mutu II=14,0; mutu III=14,0.
Gabah hampa maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=3,0.
Butir rusak dan butir kuning maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu III=7,0.
Butir rusak dan gabah muda maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=5,0; mutu III=10,0.
Butir merah maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=4,0.
Benda absurd maksimum (%): mutu I tidak ada; mutu II=0,5; mutu III=1,0.
Gabah varientas lain maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu III=10,0.
Tingkat mutu gabah rendah (sample grade) ialah tingkat mutu gabah tidak memenuhi persyaratan tingkat mutu I,II dan III tidak memenuhi persyaratan kualitatif.
5.4. Pengambilan Contoh
Sedangkan untuk cara pengujian mutu dan pengambilan pola terdapat dalam "Petunjuk pengujian mutu dan pengambilan pola " yang disajikan tersendiri dalam pelaksanaan standar (implementasi).
5.5. Pengemasan
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan higienis dan dijahit mulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami "handling" baik waktu pemuatan maupun pembongkaran.
Di potongan luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan materi yang kondusif yang tidak luntur dan terperinci terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.
VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
b) Dinas Propinsi Jawa Barat. 1982. Petunjuk Perlakuan Pasca Panen Tanaman Padi.
c) Griest, D.H. Rice. Longman. Singapore
d) Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
6.2. Personil
a) Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi Subang Jawa Barat.
b) Dr. Siti Mariam. Jurusan Tanah Fakultas Unpad Bandung.
Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Pangan Padi
Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Pangan Padi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Pangan Padi dengan alamat link https://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-tanaman-pangan-padi.html