Budidaya Flora Obat Kina

Budidaya Flora Obat Kina - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Flora Obat Kina, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Obat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Flora Obat Kina
link : Budidaya Flora Obat Kina

Baca juga


Budidaya Flora Obat Kina

KINA
( Chinchona spp. )

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Kina merupakan tumbuhan obat berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang mencakup wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru hingga Bolivia. Daerah tersebut mencakup hutan-hutan pada ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tumbuhan kina yang masuk ke Indonesia tahun 1852 berasal dari Bolivia, tetapi tumbuhan kina yang tumbuh dari biji tersebut jadinya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina dari Bolivia ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10 klon.

1.2. Sentra Penanaman
Sentra produksi kina di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Barat.

1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tumbuhan ini yaitu sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Rubiaceae
Genus : Chinchona
Spesies : Chinchona spp.

Dari sekian banyaknya spesies kina di Indonesia, hanya 2 spesies yang penting yaitu C. Succirubra Pavon (kina succi) yang digunakan sebagai batang bawah dan C. Ledgriana (kina ledger) sebagai materi tumbuhan batang atas. Klon-klon unggul yang dianjurkan yaitu antara lain :Cib 6, KP 105, KP 473, KP 484dan QRC.

1.4. Manfaat Tanaman
Kulit kina banyak mengandung alkaloid-alkaloid yang mempunyai kegunaan untuk obat. Di antara alkaloid tersebut ada dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinine untuk penyakit malaria dan kinidine untuk penyakit jantung.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a) Angin yang kencang dan usang lama menimbulkan banyak kerusakan alasannya yaitu patahnya cabang dan gugurnya daun.
b) Curah hujan tahunan untuk lokasi budidaya kina yang ideal yaitu 2.000-3.000mm/tahun.
c) Tanaman ini memerlukan penyinaran matahari yang tidak terlalu terik.
d) Tanaman tumbuh pada temperatur antara 13,5-21 derajat C.
e) Kelembaban relatif harian minimum dalam satu tahun 68 % dan 97 %.

2.2. Media Tanam
a) Tanah yang cocok untuk tumbuhan kina yaitu subur, gembur, banyak mengandung materi organik, tidak bercadas dan berbatu.
b) Derajat keasaman (pH) antara 4,6-6,5 dengan pH optimum 5,8.

2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini menyukai tempat dengan ketinggian 800-2.000 m dpl dengan ketinggian optimum untuk budidaya tumbuhan kina yaitu 1.400-1.700 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Pada kebun produksi, kina diperbanyak dengan cara vegetatif. Penyediaan materi tumbuhan dilaksanakan dengan semai sambung, stek sambung, semai ledger, dan stek ledger. Di Indonesia penyiapan dilakukan dengan cara stek sambung.

3.1.1. Pembibitan Semai Sambung
a. Batang bawah
Batang bawah yaitu semai kina succi yang ditanam di kebun dan batang atas entres kina ledger. Penyambungan dilaksanakan pada dikala bibit bawah berumur 8-12 bulan, tinggi 30-40 cm dan diameter batang 1 cm. Satu-dua ahad sebelum penyambungan daun semai succi dirempel hingga ketinggian 20-25 cm dari permukaan tanah.

b. Entres batang atas
Didapat dari tumbuhan berumur 3-5 tahun dengan daya regenerasi optimal. Setiap 5 tahun pohon induk entres dipangkas setinggi 1 m dari permukaan tanah semoga ranting entres selalu muda.

c. Penyambungan
Batang bawah, pada ketinggian 4-5 cm dari permukaan tanah, disayat dari atas ke bawah sepanjang 1,5 cm. Siapkan entres kina ledger (1 cm) yang daunnya sudah dibuang dan runcingkan cuilan bawah entres. Selipkan entres ke sayatan di batang bawah, ikat dengan tali bambu dan oleskan lilin sambungan epilog luka (lilin dicairkan dulu) hingga tertutup rapat. Penyambungan dilakukan sekitar pukul 12.00, bila cuaca tidak terik sanggup dilakukan hingga pukul 14.00. Setelah sambungan berumur 3 ahad tunas entres telah tumbuh, pucuk batang bawah succi dipotong. Pada dikala umur 7-8 ahad panjang tunas 3-4 cm batang bawah dipotong setengahnya. Setelah berumur 12 ahad dan panjang tunas sambungan 12 cm, batang suci dipotong kira-kira 1 cm dari sambungan.

d. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan selama periode persemaian bibit ini (disebut persemaian II) yaitu penyiangan, pemberantasan hama-penyakit dan pemupukan. Pupuk diberikan setiap 3 bulan dimulai pada waktu bibit sambungan berumur 2 bulan dan berakhir 1 bulan sebelum dicabut (dipindahtanam). Pupuk berupa 160-200 g Urea, 80-100 g TSP dan 160-200 g KCl yang diberikan dalam larikan sedalam 2-3 cm di antara barisan bibit sesudah disiangi.

e. Pindah tanam
Bibit dipindahkan ke kebun produksi dikala berumur 1 tahun di persemaian II, tinggi 40 - 50 cm dan akar tunggang 50 cm. Seminggu sebelum bibit dibongkar 2/3 cuilan daun dibuang dan sehari sebelum dibongkar tanah pembibitan disiram air hingga basah. 50 bibit diikat menjadi satu.
3.1.2. Pembibitan Stek Sambung

a. Batang bawah Succi
Berasal dari batang muda atau tunas-tunas dari bekas tebangan, bukan dari cabang. Pohon induk yang baik dipilih dari pohon yang pertumbuhannya cepat dan gampang berakar dalam penyetekan. Bahan stek diambil sesudah tunas berumur 8-12 bulan dan, mempunyai ukuran sebesar pinsil.
b. Batang atas ledger
Pohon induk batang atas ledger dipilih dari klon-klon yang dianjurkan. Pohon induk ditanam pada jarak 1,25 cmx1,25 cm, lokasi kebun dipilih datar, akrab tempat pembibitan. Pohon induk yang siap diambil steknya pada umur 3-5 tahun.

c. Bahan tumbuhan dan penyambungan
Batang bawah succi yang baik diambil dari pertumbuhan tunas berumur 10-12 bulan yang dipotong pada pohon induk hingga pangkal pangkasan. Semua daun dibuang, batang dibungkus dengan batang pisang dan disimpan di tempat teduh. Bahan stek diambil dari cuilan batang yang masih berair, berwarna coklat muda dan agak tua. Batang dipotong miring 45-60o menjadi stek-stek berukuran 10 cm dengan satu mata tunas. Bagian sisi ujung atas batang bawah dibelah sedalam 1,5-2,0 cm untuk menyelipkan batang atas.
Pohon induk batang atas ledger terbaik berumur 3-5 tahun sesudah pemangkasan. Batang atas hanya diambil pucuknya sekitar 12 cm, terdiri dari 3-4 ruas paling ujung. Pangkal pucuk dipotong runcing sepanjang 2 cm.
Batang atas diselipkan ke belahan batang bawah, diikat dengan tali bambu.

d. Media tanam
Pembibitan stek sambung dilakukan di kantung plastik/polibag ukuran 12x25 cm. Pada sekeliling dan di tengah polibag cuilan bawah diberi luang-lubang. Media tumbuhan berupa tanah andosol dengan pH 4,6- 6,0 yang diisikan ke dalam polibag sebanyak 2/3 bagiannya. Sebelumnya tanah disterilkan dengan larutan Trimaton 150 ml/15 l atau Vapam 250 ml/15 l untuk 1 m3.

e. Penanaman stek
Media dalam polibag disiram hingga lembab, oleskan Rootone (perangsang akar) pada ujung tumbuhan stek sambung kemudian tanamkan pada media sedalam 5 cm. Padatkan tanah di sekitar stek supaya tumbuhan tegak.

f. Penyungkupan
Bedengan diberi sungkup plastik dengan rangka dari bambu, besi atau kawat dengan jari-jari 50-70 cm dengan tinggi puncak 70 cm. Sungkup jangan bocor dan air hujang yang menggenangi plastik harus dibuang.

g. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan 3-4 ahad sekali. Sungkup dibuka sesudah stek berumur 3-4 bulan dan tinggi 20-25 cm. Pembukaan dilakukan secara bertahap. Jika hujan, sungkup ditutup. Pada bulan ke 6 sungkup dibuka sama sekali dan pada bulan ke 7 dilakukan seleksi bibit.

Tanaman diberi pupuk daun Gandasil atau Bayfolan 0,2-0,3% setiap ahad atau urea 0,2%. Pemupukan hanya dilakukan pada bibit yang tumbuhnya lambat sebanyak 1-5 g NPK 15-15-15/polibag.

Penyiangan dilakukan dengan tangan, penyemprotan insektisida dilakukan bila ada tanda-tanda serangan.

h. Pindah tanam
Bibit dipindahkan ke kebun sesudah berumur 10-12 bulan, tinggi 40-50 cm. Dan akar telah mencapai dasar polibag.

3.1.3. Pembibitan Semai Ledger
a. Bibit semai kina ledger
Adalah bibit semai dari biji kina ledger yang berasal dari poliklonal dengan klon-klon yang terpilih dan dipelihara khusus. Penyiapan bibit relatif singkat hanya 1,5 tahun alasannya yaitu tidak perlu penyambungan.

b. Persemaian
Dilakukan pribadi pada bedengan atau dengan menggunakan polibag berukuran 12 x 25 cm berisi tanah hutan.

c. Pindah tanam
Bibit dipindahtanamkan pada umur 1 tahun dan tinggi 40-50 cm. Bibit dari bedengan dipindahkan dengan cara dicabut sedangkan bibit dari polibag dipindahkan dengan tanahnya sesudah polibag disobek dengan hati-hati.

3.1.4. Pembibitan Stek Ledger
a. Stek ledger
Setek ledger yaitu bibit kina dari pucuk ledger. Tanaman kina ledger umumnya sulit dikembangbiakan dengan stek. Bahan stek yang digunakan yaitu pucuk, dari pohon induk yang telah berumur 3-5 tahun, dan setiap 3-5 tahun harus dipangkas setinggi 25-30 cm dari sambungan. Pohon induk ditanam dari bibit semai sambung dengan jarak tanam 1,25x1,25 m. Bahan stek dipilih dari pucuk yang coklat muda, masih berair tetapi sudah agak renta dengan panjang 20-25 cm dan dipetik di pagi hari. Panjang stek 12-15 cm terdiri dari 3-4 ruas. Sebelum ditanam daun dibuang /dirompes setengahnya.

b. Pembibitan
Persiapan pembibitan, media, bedengan, penanaman stek, penyungkupan dan pemeliharaan sama dengan pembibitan stek sambung. Bibit dipindahtanamkan ke lapangan umur 10-12 bulan, tinggi rata-rata 40-50 cm.

3.2. Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapat tanah yang gembur, higienis dari tunggul sisa-sisa akar dan gulma. Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan pencakulan tanah sedalam 60 cm,dan pengolahan tanah ke dua sedalam 40 cm dilakukan 2-3 ahad sesudah pengolahan tanah pertama.

3.2.1. Persiapan
Setelah pengolahan tanah dilakukan pengukuran dan pematokan dengan memberi tanda, setiap 20 m ke arah mendatar, ke arah kemiringan atas dan bawah. Dengan demikian terbentuk petakan-petakan areal seluas 20 x 20 m2 = 400m2 yang disebut satu patok. Tanda-tanda patok berupa hanjuang dipelihara dengan baik dan mati segera diganti.

3.2.2. Pengapuran
Pengapuran hanya dilakukan bila pH tanah lebih rendah dari 4,5 dengan takaran kapur yang sesuai dengan keperluan. Kapur berupa dolomit, kalsit, dicampurkan merata 100gram/lubang.

3.2.3. Pemupukan
Pupuk untuk memacu pertumbuhan bibit diberi 50 gram TSP. Diberikan dalam larikan sekitar tanaman.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola penanaman tergantung tofografi lahan. Tiga macam jarak tanam yaitu jarak tanam rapat 75 cm x 75 cm, jarak tanam menengah 100 cm x 100 cm, dan jarak tanam lebar yaitu 1,25 cm x 1,25 cm. PTP Nusantara VIII di Bukit Tunggul menerapkan jarak tanam 100 x 150 cm dengan populasi tumbuhan per hektar sekitar 6.500.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Pengajiran untuk pemikiran penanaman sehingga sesuai dengan pola dan jarak tanam yang dibuat. Lubang tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 40 cm (untuk bibit dari polibag) dan 30 cm x 30 cm x 40 cm (untuk bibit cabutan).

3.3.3. Cara Penanaman
a. Bibit cabutan
Panjang akar bibit sekitar 30 cm, tinggi bibit 40-50 cm dan 2/3 daunnya dirompes. Masukkan bibit dengan tegak jangan miring. Tanah timbunan dipadatkan dengan cara diinjak dengan kaki, kemudian diratakan.

b. Bibit dalam Polibag
Polibag dibuka dengan cara menyobeknya kemudian bibit ditanam bersama medianya, disangga dengan belahan bambu, ditimbun dengan tanah. Tanah di sekitar batang dipadatkan dan tumbuhan disiram.

c. Tanaman pelindung
Tanaman ini berfungsi sebagai epilog tanah dan memperbaiki iklim mikro semoga lebih segar. Tanaman berupa legum Crotalaria atauTephrosia yang ditanam selama 3 tahun.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman dilakukan satu bulan sesudah penanaman, dilakukan secara terus-menerus hingga 3 bulan, menjelang kemarau. Penyulaman pada tahun ke tiga tidak dianjurkan. Kebutuhan bibit sulaman maksimum 10% dan pada tahun kedua 5%.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dimaksudkan untuk penggemburan tanah sedalam 10 cm dengan menggunakan cangkul. Penyiangan dilakukan 1,5-2 bulan sekali. Kegiatan penyiangan hingga umur 2-3 tahun.

3.4.3. Pemupukan
a. Tanaman muda
1. 1 tahun: Urea 108 kg, TSP 62 kg, KCl 30 kg dan Kieserit 19 kg.
2. 2 tahun: Urea 173 kg, TSP 83 kg, KCl 40 kg dan Kieserit 37 kg.
3. 3 tahun: Urea 217 kg, TSP 124 kg, KCl 60 kg dan Kieserit 37 kg.
4. 4 tahun: Urea 325 kg, TSP 165 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.

b. Tanaman dewasa
1. 5 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.
2. 6 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.
3. 7 tahun keatas: Urea 433 kg, TSP 207 kg, KCl 100 kg dan Kieserit 75 kg.

Catatan : Kieserit iberikan bila ada tanda-tanda kekurangan Mg.
Pemupukan dilakukan dikala curah hujan terakhir antara 100-300 mm, dilaksanakan dua kali setahun. Cara dukungan pupuk diberikan secara setempat.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Ulat
Ulat yang menyerang daun atau ranting muda adalah: (1) Ulat jeungkal (Boarmia bhurmitra, Antitrygoides divisaria, Hyposidra talaca) dikendalikan dengan insektisida Thiodan 35 EC; (2) Ulat sinanangkeup (Paralebeda plagifera) dikendalikan dengan Dedevap 650 EC; (3) Ulat bugrug (Metanastria hirtaca) dikendalikan dengan Lebaycid 550 EC; (4) Ulat badori (Attacus atlas), dikendalikan dengan Baythroid 50 EC; (5) Ulat kaliki (Samia cyntia) dikendalikan dengan Bayrusil 250 EC; (6) Ulat kenari (Cricula trifenestrata) dikendalikan dengan Karphos 25 EC; (7) Ulat bajra (Setora nitens) dikendalikan dengan Lannate L; (8) Ulat kantong (Clania variegata) dikendalikan dengan Decis 2,5 EC, Thuricide, Ripcord 5 EC; (9) Ulat merang (Euproctis flexuosa) dikendalikan dengan Lannate 25 WP; Pengendalian mekanis: dilakukan dengan mengumpulkan telur, kupu serta telur-telurnya, kemudian dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.

b. Penggerak cabang merah (Zeuzera coffeae)
Gejala: menyerang cabang dan ranting hingga layu dan gampang patah. Pada ranting patah ada lubang gerekan. Pengendalian: memangkas cabang atau ranting yang terserang.

c. Penggerek pangkal batang (Phasus damor)
Gejala: kerusakan pada leher akar, daun kuning atau kemerahan, layu, kering, rontok dan tumbuhan mati. Pengendalian: menanam bibit yang sehat dan insektisida.

d. Penggerek cabang (Xyleberus. Sp)
Gejala: pada ranting, cabang atau batang terlihat adanya tahi gergaji yang halus. Hama ini berasosiasi dengan jamur ambrosia. Pengendalian: menyemprot larutan fungisida sistemik dan insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 W).

e. Penggerek pucuk (Alcalides cinchonae)
Gejala: bekas serangan menimbulkan pucuk berwarna coklat dan mati. Pengendalian: penyemprotan dengan insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 WP.
f. Kutu putih (Pseudaulacaspis pentagona)
Gejala: menyerang ranting dan mengisap cairan selnya, ranting menjadi berwarna putih dan dihuni oleh binatang kecil lonjong. Hama ini tidak menjadikan kerugian dan serangan akan hilang dengan datangnya ekspresi dominan hujan.

g. Helopeltis (Helopeltis theivora, H. antonii)
Gejala: daun dan pucuk yang terjangkit menjadi salah bentuk. Pada serangan berat tumbuhan mati dan dari jauh cuilan daun kebun kina kelihatan warna kehitam-hitaman. Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida Lannate L, Lannate 25 WP, Lebaycid 550 WP.

3.5.2. Penyakit
a. Kanker batang
Penyebab: jamur Phytophthora Sp. Terdapat tiga spesies jamur kanker batang yaitu: (1) P. cinnamomi penyebab kanker garis, serangannya di Indonesia sangat luas. (2) P. parasitica penyebab kanker gelang, serangannya relatif sedikit. (3) P. citricola hanya menyerang tunas-tunas kina muda, serangannya juga terbatas. Kanker garis membentuk jalur sempit yang mengendap pada kulit batang. Gejala: berbeda-beda tergantung umur dan klon. Kanker gelang membentuk warna karat pada permukaan kulit batang. Jika kulit luar dikupas tanpak bahwa kulit cuilan dalam membusuk. Pembusukan ini berkembang melingkari batang yang sanggup menimbulkan tumbuhan mati. Pengendalian: kulit yang sakit dikorek, jaringan bacin dipotong hingga ke cuilan sehat dan dilumasi Antimucin WBR 0,5% dan Difolatan 4F 3%. Setelah obat mengering luka ditutupi dengan petrolatum 2295 A, Shell Tapflux atau Shell Otina Compound. Permukaan kayu yang terbuka ditutup ter untuk mencegah masuknya kumbang penggerek.

b. Penyakit jamur upas (Upasia salmonicolor)
Gejala: sebelum mengering daun-daun dari cabang yang sakit berwarna kuning kemerahan. Pada batang atau cabang terdapat benang-benang jamur yang belum masuk ke dalam kulit, dan menyerupai dengan sarang laba-laba. Pengendalian: menyemprotkan bubur Bordeaux. Dapat juga dilakukan pelumasan dengan bubur bordeaux pekat, Perenox 3%, Calixin Ready mix atau Calixin RM (tridemorf) dengan menggunakan kuas.

c. Penyakit mopog (Rhizoctonia solani)
Gejala: di bedengan-bedengan pesemaian terdapat kelompok-kelompok semai yang mati menyerupai tersiram air panas. Pengendalian: dengan mengurangi kelembaban persemaian, menyemprotkan fungisida pada tanah bedengan berupa Brassicol sebanyak 30 g/m2 dan mengurangi penyiraman. Persemaian sanggup disemprot dengan Dithane M-45 atau Brestan 0,05%.

3.5.3. Gulma
Gulma di areal tanam terdiri atas golongan rumput-rumputan menyerupai lempuyangan (Panicum repens) dan paparean (Phalaris arundinaceae); golongan berdaun lebar menyerupai sintrong (Crassocephalum crepidioides) dan babadotan (Ageratum conyzoides). Pengendalian: dengan memperbaiki kultur teknis, menyiangi/mencabut, menggunakan tumbuhan epilog tanah lebum dan dengan herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Bagian tumbuhan kina yang biasa diambil hasilnya yaitu cuilan kulit batang, dahan, cabang dan ranting. Produk ranting sanggup dimulai dikala tumbuhan berumur 6-7 tahun tahun (sebelum tebangan), dengan cuilan yang terkecil yang diambil yaitu kulit cabang yang diameternya lebih 1 cm. Ranting yang diameternya kurang dari 1 cm mempunyai kadar kinin sulfat (SQ) yang rendah, dan biaya pengambilannya relatif mahal. Umur tumbuhan yang siap panen untuk panen cara tebangan yaitu 9-11 tahun dan untuk panen cara penjarangan yaitu 3,5, 5, 6, 7, 8,12, 18 dan 24 tahun dengan jumlah tumbuhan yang dicabut untuk masing-masing penjarangan yaitu 12,5% dari total tanaman.

3.6.2. Cara Panen
a. Cara penebangan
Tanaman kina ditebang hati-hati dengan gergaji pada ketinggian 20-30 cm dari sambungan, atau leher akar dengan kemiringan 45 derajat. Batang kina dari batas ini dipotong hingga ketinggian 2 meter. Kulit kina dilepaskan dari batang dengan cara dipukul-pukul. Panen tebangan pertama disebut Stumping 1.
Dari tunggul diharapkan tumbuh tunas-tunas baru, dan dipelihara maksimum 4 tunas untuk dipanen berikutnya. Penen berikutnya disebut stumping 2 dst. Setelah 4 kali stumping tumbuhan dibongkar. Panen tebangan yang baik pada awal ekspresi dominan penghujan, hindari terik matahari.
b. Cara penjarangan

Dilakukan dengan cabutan untuk memanen secara sedikit demi sedikit dalam persentase yang telah direncanakan. Pemilihan tumbuhan yang akan dibongkar tergantung persentase panenan setiap periode. Apabila tumbuhan akan dibongkar yaitu 10%, maka dari 10 tumbuhan diambil 1 tumbuhan secara rata-rata.

3.6.3. Prakiraan Produksi
Dari 1 batang utama kina (2 meter) didapatkan 1-1,5 kg kulit. Hasil kulit kina diperhitungkan dalam kadar SQ7 maupun besarnya produksi kulit, sehingga hasilnya diperhitungkan dari perkalian kadar SQ7 dengan berat kulit kering dalam kg yang disebut potensi produksi.

Pola produksi kulit kering dan kadar kinine sulfat (SQ7) hasil panenan cara penjarangan sanggup dilihat berikut ini:
a. Umur 3,5 tahun, sistim panenan: penjarangan I (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 500 kg/ha pada kadar SQ7 3 proses. Potensi produksi SQ7 yaitu 15,00 kg/ha.
b. Umur 5,0 tahun, sistim panenan: penjarangan II (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 700 kg/ha pada kadar SQ7 5 proses. Potensi produksi SQ7 yaitu 37,50 kg/ha.
c. Umur 6,0 tahun, sistim panenan: penjarangan III (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 1.000 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7 yaitu 60,00 kg/ha.
d. Umur 7,0 tahun, sistim panenan: penjarangan IV (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 1.375 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7 yaitu 82,50 kg/ha.
e. Umur 8,0 tahun, sistim panenan: penjarangan V (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 1.750 kg/ha pada kadar SQ7 7 proses. Potensi produksi SQ7 yaitu 122,50 kg/ha.
f. Umur 12,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VI (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 3.125 kg/ha pada kadar SQ7 8 proses. Potensi produksi SQ7 yaitu 250,00 kg/ha.
g. Umur 18,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VII (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 6.250 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7 yaitu 375,00 kg/ha.
h. Umur 24,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VIII (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 9.375 kg/ha pada kadar SQ7 5 proses. Potensi produksi SQ7 yaitu 468,75 kg/ha.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Semua hasil panenan dikumpulkan di tempat yang teduh. Batang dibersihkan, cabang dan ranting dipotong dempe sempurna pada peratautan cabang dengan batang. Cabang dan ranting yang ukuran garis tengahnya >1 cm dibersihkan dari ranting kecil dan daun-daun, kemudian potong sepanjang 40-50 cm untuk diambil kulitnya. Batang yang akan diambil kulitnya dikumpulkan di suatu tempat yang teduh.

3.7.2. Pengemasan dan Pengangkutan
Agar gampang diangkut ke pabrik kinin tanpa terganggu mutunya, tepung kina perlu dikemas atau dipak. Pengepakan ini perlu dipilih materi yang kedap air dan sanggup melindungi alkaloid dalam kulit kina. Karung goni atau plastik yang di dalamnya dilapisi kantong plastik cukup baik digunakan. Sebelum diangkut harus disimpan di tempat kering dan dingin.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
...
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Pada tahun 1939 Indonesia merupakan pemasok 90 % kebutuhan kina dunia dengan luas areal tanam 17.000 ha dengan produksi 11.000 ton kulit kering/tahun. Akibat terlantarnya kebun kina dan terjadinya penebangan besar-besaran semenjak Perang Dunia II hingga tahun enam puluhan, areal dan produksi kina Indonesia menurun.

Kebutuhan kulit kina dirasakan semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pula. Kulit kina merupakan materi baku obat penyakit malaria dan penyakit jantung. Obat tersebut sangat diharapkan untuk kesehatan manusia. Di samping sebagai materi obat, kina sebagai materi baku kosmetika, minuman penyegar dan industri penyamakan.

Beberapa dekade yang kemudian produksi kina Indonesia kalah oleh pordusen dari Afrika. Tetapi dikala ini produksi di Afrika mengalami penurunan. Saat ini yaitu dikala yang dianggap sempurna untuk melaksanakan intensifikasi dan ekstensifikasi perkebunan kina.

Prospek agribisnis kulit kina sangat cerah, dan undangan pasar internasionalpun semakin meningkat tetapi belum sanggup terpenuhi. Dengan mengingat mutu kina Indonesia yang sangat prima, Perkebunan kina kita akan menjadi sektor agribisnis yang diperhitungkan.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.

5.2. Diskripsi
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Kulit kina kering jemur dari batang utama di perkebunan kina Indonesia mempunyai standar mutu yang memenuhi persyaratan Internasional yaitu mempunyai kadar kinin sulfat pada kelas SQ7. Kelas kualitas ini bahkan lebih besar daripada yang dihasilkan di Afrika.

5.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil pola maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua cuilan diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali hingga mencapai pola seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat pola analisa 100 gram.
5.5. Pengemasan
Kina dikemas dalam karung goni atau dari materi lain yang sesuai besar lengan berkuasa dan higienis dan mulutnyadijahit, berat netton setiap karung maksimum 75 kg, dan tahan mengalami handing baik pada pemuatan maupun pembongkaran.

Di cuilan luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan materi yang kondusif yang tidak luntur dengan terang terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Sultoni, A. 1995. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Kina. Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.

6.2. Personil
a) Bapak M. Budiman. Afdeling PTP Nusantara VIII Bukit Tunggul.
b) Ir. Yati R. PPTK Gambung.


Demikianlah Artikel Budidaya Flora Obat Kina

Sekianlah artikel Budidaya Flora Obat Kina kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Flora Obat Kina dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-flora-obat-kina.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel