Budidaya Tanaman Obat Kunyit

Budidaya Tanaman Obat Kunyit - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Obat Kunyit, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Obat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Obat Kunyit
link : Budidaya Tanaman Obat Kunyit

Baca juga


Budidaya Tanaman Obat Kunyit

KUNYIT
( Curcuma domestica Val. )

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Kunyit merupakan tumbuhan obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh tempat tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang menyampaikan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tumbuhan ini sebagai Cyperus ibarat jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.

1.2. Sentra Penanaman
Di Indonesia, pusat penanaman kunyit di Jawa Tengah, dengan produksi mencapai 12.323 kg/ha. Di India, Srilanka, Cina, Haiti, dan Jamaika dengan produksi mencapai > 15 ton/ha.

1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi tumbuhan kunyit yaitu sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.

Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling populer dari jenis kunyit lainnya.
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bundar telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga beragam yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.

1.4. Manfaat Tanaman
Di tempat Jawa, kunyit banyak dipakai sebagai ramuan jamu lantaran mempunyai kegunaan menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan.

Manfaat utama tumbuhan kunyit, yaitu: sebagai materi obat tradisional, materi baku industri jamu dan kosmetik, materi bumbu masak, peternakan dll.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Tanaman kunyit sanggup tumbuh baik pada tempat yang mempunyai intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tumbuhan ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.

Pertumbuhan terbaik dicapai pada tempat yang mempunyai curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di tempat curah hujan < 1000 mm/tahun, maka sistem pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini sanggup dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik yaitu pada penanaman awal trend hujan.
Suhu udara yang optimum bagi tumbuhan ini antara 19-30 derajat C.

2.2. Media Tanam
a) Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah.
b) Jenis tanah yang diinginkan yaitu tanah ringan dengan materi organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.

2.3. Ketinggian Tempat
Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) hingga dataran tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Bibit
Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, lantaran lebih gampang tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tumbuhan yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; mempunyai kadar air cukup; benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari materi aneh (biji tumbuhan lain, kulit, kerikil).

3.1.2. Penyiapan Bibit
Rimpang materi bibit dipotong biar diperoleh ukuran dan dengan berat yang seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan bubuk dapur/sekam atau merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum mempunyai 1-3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.

3.1.3. Teknik Penyemaian Bibit
Pertumbuhan tunas rimpang kunyit sanggup dirangsang dengan cara: mengangin-anginkan rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dengan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28 derajat C). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28 derajat C. dan merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering dipakai yaitu larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) dan larutan G-3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35 derajat C. Jumlah anakan atau berat rimpang sanggup ditingkatkan dengan jalan direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.

3.1.4. Pemindahan Bibit
Bibit yang telah siap kemudian ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan muncul tunas telah tumbuhan berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3 cm maka rimpang sudah sanggup ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan secara hati-hati guna menghindari biar tunas yang telah tumbuh tidak rusak. Bila ada tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dengan hati-hati kemudian letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan jauh maka bibit perlu dilindungi biar tetap lembab dan segar ketika datang di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembukaan Lahan
Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau memakai alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 ahad biar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati lantaran terkena sinar matahari.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Lahan kemudian dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.

3.2.3. Pemupukan
Untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk sangkar 2,5-3 kg.

3.3. Teknik Penanaman
Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan yaitu 0,50-0,65 ton. Maka dibutuhkan akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha.

3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman di awal trend hujan dengan pemanenan di awal trend kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal trend hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali trend kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal trend penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.

3.3.2. Cara Penanaman
Jarak tanam untuk pola penanaman awal trend hujan dan panen awal kemarau 20-25 cm. Bila ditanam dengan pola tanam pada awal trend kemarau dan panen pada trend hujan maka jarak tanam sebaiknya yaitu 60 x 40 cm atau 60 x 60 cm.

Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata kuat faktual terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama kuat faktual terhadap pembentukan rimpang kunyit.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Apabila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain yang masih segar dan sehat.

3.4.2. Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma) yang mengganggu perembesan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada ketika tumbuhan berumur ½ bulan dan bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang biar tumbuh besar dan tanah tetap gembur.

3.4.3. Pemupukan
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tumbuhan kunyit perlu diberi pupuk susulan kedua (pada ketika tumbuhan berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang dipakai yaitu pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua dipakai pupuk sangkar dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tumbuhan yang berumur 4 bulan. Dengan kontribusi pupuk ini diperoleh peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada ketika tumbuhan berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tumbuhan atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.

Penggunaan pupuk sangkar sanggup meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan luas area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk sangkar sebanyak 45 ton/ha dengan populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.

3.4.4. Pengairan
Tanaman kunyit termasuk tumbuhan tidak tahan air. Oleh alasannya itu drainase dan pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, biar tumbuhan terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak membusuk. Perbaikan drainase baik untuk melancarkan dan mengatur fatwa air serta sebagai penyimpan air di ketika trend kemarau.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
    ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)
Gejala: pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan usang kelamaan tunas menjadi kering kemudian membusuk. Pengendalian: tumbuhan disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3.

3.5.2. Penyakit
    Busuk basil rimpang
Penyebab: oleh kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terluka akhir alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan cendawan. Gejala: kulit akar tumbuhan menjadi keriput dan mengelupas, kemudian rimpang usang kelamaan membusuk dan keropos. Pengendalian: (1) mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang; (3) penyemprotan fungisida dithane M-45.

    Karat daun kunyit
Penyebab: Taphrina macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips. Gejala: timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tumbuhan dewasa/daun yang renta maka tidak akan menghipnotis produksinya sebaliknya kalau menyerang tanaman/daun muda, mengakibatkan tumbuhan tersebut menjadi mati. Pengendalian: (1) dilakukan dengan mengurangi kelembaban; (2) penyemprotan insektisida, mirip dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, ketika panen yang terbaik yaitu pada umur tumbuhan 11-12 bulan, yaitu pada ketika gugurnya daun kedua. Saat itu produksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7-8 bulan.

Ciri-ciri tumbuhan kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif, mirip terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau bermetamorfosis kuning (tanaman kelihatan mati).

3.6.2. Cara Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih dahulu. Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang menempel kemudian dimasukkan dalam karung biar tidak rusak.

3.6.3. Periode Panen
Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau lantaran pada ketika itu sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang sudah sedikit sehingga memudahkan proses pengeringannya.

3.6.4. Prakiraan Produksi
Berat lembap rimpang bersih/rumpun yang diperoleh dari hasil panen mencapai 0,71 kg. Produksi rimpang segar/ha biasanya antara 20-30 ton.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Penyortiran dan Penggolongan
Rimpang kemudian dipilih (sortasi) menurut ukuran panjang, lebar, besar dan kecil untuk memisahkan materi yang berkualitas rendah (rusak) dengan yang baik (seragam). Sortasi pada kunyit dilakukan melalui dua tahap, yaitu sortasi lembap dan kering. Sortasi lembap dilakukan pada materi segar untuk memisahkan bahan-bahan dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma yang dimungkinkan mencemari materi hasil panen. Sortasi kering dilakukan pada materi yang telah mengalami pengeringan guna memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing, mirip kerikil, tanah dan kotoran-kotoran lain. Setelah bersih, rimpang dikumpulkan dalam wadah berupa karung untuk memudahkan pengangkutan dan mempertahankan kebersihan rimpang hasil panen selama pengangkutan.

3.7.2. Penyimpanan
Rimpang disimpan dalam gudang yang mempunyai ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi materi lain yang menurunkan kualitas materi yang bersangkutan, mempunyai penerangan yang cukup, serta higienis dan terbebas dari hama gudang. Untuk mencegah timbul hama gudang mirip rayap, dilakukan dengan mengoleskan oli bekas pada lantai gudang. Setelah oli itu kering gres dipasang alas dari kayu, untuk meletakkan kunyit yang telah dimasukkan dalam karung. Upaya yang dilakukan untuk menghindari serangan hama/cendawan yaitu dengan melaksanakan penyemprotan insektisida/fumigasi sebelum gudang digunakan.

3.7.3. Pengemasan dan Pengangkutan
Rimpang selanjutnya dikemas dalam karung/plastik atau materi yang kedap udara.

3.7.4. Lain-lain
    Pembersihan
Rimpang hasil panen dibersihkan dari kotoran yang menempel, mirip tanah dan sisa akar tumbuhan bersamaan pada ketika dicuci. Tujuannya untuk menurunkan jumlah mikroba patogen penyebab pembusukan dan menciptakan tampilan fisiknya menjadi lebih menarik. Rimpang disemprot dengan air bertekanan tinggi dan hindari pembersihan yang terlalu usang biar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari lantaran dikhawatirkan telah terkotori dan banyak mengandung bakteri, mirip Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter, dan Escherichia. Rimpang yang telah higienis selanjutnya ditiriskan dan jangan eksklusif dijemur untuk menghindari terjadinya fermentasi/pembusukan. Penirisan dilakukan pada rak/bambu/kawat dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang teduh.

    Pengawetan
Pengawetan rimpang kunyit dengan cara merubah bentuk rimpang menjadi irisan, serutan, dan potongan rimpang, lebih ditujukan untuk memudahkan dalam proses pengeringan, pengepakan, dan pengolahan lebih lanjut. Rimpang yang diiris yaitu seluruh rimpang, baik empu (umbi induk) maupun rimpang tunas. Tebal irisan antara 1-3 mm. Selanjutnya rimpang dikeringkan secara tradisional dengan panas sinar matahari selama 5-8 hari atau dengan memakai pengering buatan (oven) selama 5-12 jam pada suhu udara 50-80 derajat C. Semakin tipis irisan semakin cepat proses pengeringan. Bila pengirisan terlalu tipis menjadikan senyawa aktif yang terkandung didalamnya menjadi gampang menguap. Pengeringan secara tradisional dilakukan dengan menghamparkan irisan kunyit pada kain katun hitam (tebal + 2-5 cm), tikar/rak. Pengeringan ini dilakukan dengan membolak-balik irisan hingga kering. Penjemuran dilarang sesudah kadar air materi tinggal 8-10 %.

Penanganan pascapanen kunyit dilakukan dengan cara merebus rimpang sesudah dibersihkan. Sebelum direbus, kulit ari rimpang terlebih dahulu dibuang dengan diremas-remas/diinjak-injak, sehingga warna rimpang yang semula kecoklatan bermetamorfosis jingga cerah. Rimpang kemudian direbus dalam air mendidih selama 40-60 menit hingga lunak atau hingga air rebusan berbusa dan mengeluarkan busuk khas kunyit. Selanjutnya rimpang direbus dalam larutan alkalis (basa) yang ditambah kapur, soda kue/soda bubuk (Na2CO3) antara 0,05-0,10%. Setelah itu dikeringkan dibawah sinar matahari atau memakai alat pengering buatan hingga kadar airn 8-10%. Perebusan tidak perlu terlalu usang lantaran sanggup mengakibatkan penampilan/warna rimpang menjadi tidak menarik atau pada ketika kering rimpang menjadi gampang hancur.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun 1999 di tempat Bogor.

  1. a) Biaya produksi
    1. Sewa lahan 1 trend tanam
    2. Bibit 50 kg @ Rp.
    3. Pupuk
      - Pupuk sangkar 4.000 kg @ Rp. 150,-
      - Pupuk buatan: Urea 32 kg @ Rp. 1.100,-
      - TSP 16 kg @ Rp. 1800,-
      - KCl 16 kg @ Rp. 1.600,-
    4. Pestisida
    5. Alat
    6. Tenaga kerja
    7. Panen dan pasca panen
    8. Lain-lain
      Jumlah biaya produksi
  2. Pendapatan 2.500 kg @ Rp. 750,-
  3. Keuntungan
  4. Parameter kelayakan usaha
    1. Rasio output/input

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.

150.000,-


600.000,-
35.200,-
28.800,-
25.600,-
100.000,-
60.000,-
200.000,-
100.000,-
100.000,-
1.399.600,-
1.875.000,-
475.400,-

= 1,399
Usaha budidaya tumbuhan kunyit skala besar (komersial) atau yang dilakukan secara intensif, di Indonesia belum ada dan sebagian besar petani cenderung menanam tumbuhan ini sebagai tumbuhan sampingan saja.

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Dewasa ini rata-rata kebutuhan materi baku kunyit untuk industri kosmetik/jamu tradisional yang ada di Indonesia antara 1,5-6 ton/bulan. Tingkat kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan persentase peningkatan 10-25% per tahunnya. Kebutuhan lebih tinggi pada ketika menjelang hari-hari besar/hari raya. Permintaan kebutuhan industri di atas sebagian besar berasal dari pasokan para petani.

Melihat dari kebutuhan rata-rata industri jamu dan kosmetik yang ada di dalam negeri, suplai dan usul terhadap kunyit tidak seimbang, apalagi memenuhi usul pasar luar negeri. Sementara kebutuhan kunyit dunia hingga ketika ini mencapai ratusan ribu ton/tahun. Sebagian kecil dari jumlah tersebut dipenuhi oleh negara India, Haiti, Srilanka, Cina, dan negara-negara lainnya.

Indonesia sekarang sudah selayaknya membudidayakan tumbuhan ini, terutama dengan sistem monokultur/tumpang sari sehingga produksi yang dicapai lebih cepat dan tinggi, biar kebutuhan minimal dalam negeri terpenuhi secara optimal. Walaupun di tempat Jawa Tengah sekarang sudah diupayakan sistem penanaman tersebut, juga diperhitungkan dari sudut produktivitas dan jalur tata niaganya, namun luas lahan tanam yang ada belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri yang mencapai ratusan ribu ton/ha-nya.

Indonesia bekerjsama mulai mengekspor kunyit. Negara yang dituju antara lain Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda). Pada tahun 1987, nilai ekspor tumbuhan kunyit Indonesia menyumbangkan devisa yang besar bagi negara. Namun pada tahun berikutnya jumlah ekspor tersebut mulai mengalami penurunan dan sempat terhenti pada tahun 1989. Negara India, Cina, Haiti, Srilanka, dan Jamaika sekarang mulai membudidayakan tumbuhan kunyit secara besar-besaran dan mereka sudah sanggup mengestimasikan produksinya hingga +20 ton/ha.

Dari segi jalur tata niaga, kunyit tergolong efisien, lantaran dari petani eksklusif disalurkan ke pedagang pengumpul, kemudian ke pabrik/pedagang besar. Maka harga yang diterima petani mencapai 70% dari harga tingkat pabrik, dimana 30% merupakan marjin tata niaga yang terdiri atas 12% marjin biaya dan 18% merupakan marjin keuntungan. Berdasarkan kondisi ini, tata niaga kunyit sanggup ditingkatkan lagi, lantaran marjin terbesar berada pada laba pedagang.

Peluang agribisnis kunyit di Indonesia sanggup dikembangkan. Kenyataan ini dilandaskan pada tingkat produktivitas, jalur tata niaga, dan kebutuhan kunyit dari banyak sekali industri yang membutuhkannya.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan pola dan syarat pengemasan.
5.2. Diskripsi
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
5.4. Pengambilan Contoh
  1. Pengambilan contoh
    Dari jumlah kemasan dalam satu partai kunyit segar siap ekspor diambil sejumlah kemasan secara acak mirip dibawah ini, dengan maksimum berat tiap partai 20 ton.
    1. Untuk jumlah kemasan dalam partai 1-100, pola yang diambil 5.
    2. Untuk jumlah kemasan dalam partai 101-300, pola yang diambil 7
    3. Untuk jumlah kemasan dalam partai 301-500, pola yang diambil 9
    4. Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, pola yang diambil 10
    5. Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, pola yang diambil minimum 15
      Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk kemasan kunyit segar berat 10 kg atau kurang, maka pola yang diambil sebanyak 5 rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya.

  1. Petugas pengambil contoh
    Petugas pengambil pola harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu tubuh hukum.

5.5. Pengemasan
Kunyit disajikan dalam bentuk rimpang utuh, dikemas dengan jala plastik yang kuat, dengan berat maksimum 15 kg tiap kemasan, atau dikemas dengan keranjang bambu dengan berat sesuai komitmen anatara penjual dan pembeli.

Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan materi yang tidak luntur, terperinci terbaca antara lain:
a) BuatanIndonesia.
b) Nama/Kode Perusahaan/Eksportir.
c) Nama barang.
d) Negara tujuan.
e) Berat kotor.
f) Berat bersih.
g) Nama Pembeli.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
  1. Darwis SN. 1991. Tumbuhan obat famili Zingiberaceae. Bogor, Puslitbang Tanaman Industri: 39-61.
  2. Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya tumbuhan mempunyai kegunaan obat: kunyit (kunir). Jakarta, PT. Rineka Cipta: 60.
  3. Kloppenburg-Versteegh, J. 1988. Petunjuk lengkap mengenai tanaman-tanaman di Indonesia dan khasiatnya sebagai obat-obatan tradisional (kunir atau kunyit-Curcuma domestica Val.). Jilid 1: cuilan Botani. Yogyakarta, CD.RS. Bethesda: 102-103.
  4. Moko, Hidayat; Mulyoto; Ismiyatiningsih. 1993. Pengaruh beberapa zat pengatur tumbuh dan mulsa terhadap pertumbuhan tumbuhan kunyit. Buletin Tanaman Rempah dan Obat, 8 (1) 1993: 30-38.
  5. Muhlisah, Fauziah. 1996. Tanaman obat keluarga (toga): kunyit. Cet.2. Jakarta, Penebar Swadaya: 40-41.
  6. Nugroho, Nurfina A. 1998. Manfaat dan prospek pengembangan kunyit. Ungaran, Trubus Agriwidya. 86 hal.
  7. Soedibyo, BRA Mooryati. 1998. Alam sumber kesehatan, manfaat dan kegunaan: kunyit. Cet.1. Jakarta, Balai Pustaka: 230-231.
  8. Wijayakusuma, H.M. Hembing; Dalimartha, Setiawan; Wirian, A.S. 1992. Tanaman mempunyai kegunaan obat di Indonesia: kunyit; Curcuma longa Linn (Jiang Huang). Jilid 4. Jakarta, Pustaka Kartini: 93-94.
  9. Wiroatmodjo, Joedojono; Lontoh, A.P.; Nurdin. 1993. Kajian kontribusi pupuk sangkar dan tingkat populasi terhadap pertumbuhan produksi kunyit (Curcuma domestica Val.) yang ditumpangsarikan dengan jagung cantik (Zea mays Soccharata). Buletin Agronomi, 21 (2) 1993: 59-63.
  10.  
6.2. Personil
a) Tri Margono, PDII-LIPI Cibinong, d/a. Puslitbang Bioteknologi LIPI, Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong, 16911, Telp. 021-8751527; Fax. 021-8754588
b) Perum LIPI Pondok Rajeg Indah Blok G/5, Cibinong, 16914, Telp. 021-8758084



Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Obat Kunyit

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Obat Kunyit kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Obat Kunyit dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-tanaman-obat-kunyit.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel