Budidaya Flora Buah Durian

Budidaya Flora Buah Durian - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Flora Buah Durian, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Buah-Buahan, Artikel Pertanian All, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Flora Buah Durian
link : Budidaya Flora Buah Durian

Baca juga


Budidaya Flora Buah Durian

Durian
( Lansium domesticum Corr. )

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Durian merupakan tumbuhan buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam.

Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tumbuhan liar. Penyebaran durian ke arah Barat yaitu ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara semenjak kurun 7 M. Nama lain durian yaitu duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).

1.2. Sentra Penanaman
Di Indonesia, tumbuhan durian terdapat di seluruh pelosok Jawa dan Sumatra. Sedangkan di Kalimantan dan Irian Jaya umumnya hanya terdapat di hutan, di sepanjang pedoman sungai. Di dunia, tumbuhan durian tersebar ke seluruh Asia Tenggara, dari Sri Langka, India Selatan hingga New Guenea. Khusus di Asia Tenggara, durian diusahakan dalam bentuk perkebunan yang dipelihara intensif oleh negara Thailand.

Jumlah produksi durian di Filipina yaitu 16.700 ton (2.030 ha), di Malaysia 262.000 ton (42.000 ha) dan di Thailand 444.500 ton (84.700 ha) pada tahun 1987-1988. Di Indonesia pada tahun yang sama menghasilkan 199.361 ton (41.284 ha) dan pada tahun 1990 menghasilkan 275.717 ton (45.372 ha).

1.3. Jenis Tanaman
Tanaman durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan. Yang lazim disebut durian yaitu flora dari marga (genus) Durio, Nesia, Lahia, Boschia dan Coelostegia.

Ada puluhan durian yang diakui keunggulannya oleh Menteri dan disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan. Macam varietas durian tersebut adalah: durian sukun (Jawa Tengah), petruk (Jawa Tengah), sitokong (Betawi), simas (Bogor), sunan (Jepara), otong (Thailand), kani (Thailand), sidodol (Kalimantan Selatan), sijapang (Betawi) dan sihijau (Kalimantan Selatan).

1.4. Manfaat Tanaman
Manfaat durian selain sebagai masakan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat dari belahan lainnya, yaitu:
a) Tanamannya sebagai pencegah abrasi di lahan-lahan yang miring.
b) Batangnya untuk materi bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu sengon lantaran kayunya cenderung lurus.
c) Bijinya yang mempunyai kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif pengganti masakan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya).
d) Kulit digunakan sebagai materi debu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur hingga kering dan dibakar hingga hancur.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Curah hujan untuk tumbuhan durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan minimal 1500-3000 mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus menerus.

b. Intensitas cahaya matahari yang diperlukan durian yaitu 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru ditanam di kebun), tumbuhan durian tidak tahan terik sinar matahari di animo kemarau, sehingga bibit harus dilindungi/dinaungi.

c. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30 derajat C. Pada suhu 15oC durian sanggup tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35 derajat C daun akan terbakar.

2.2. Media Tanam
a. Tanaman durian menghendaki tanah yang subur (tanah yang kaya materi organik). Partikel penyusunan tanah seimbang antara pasir liat dan debu sehingga gampang membentuk remah.
b. Tanah yang cocok untuk durian yaitu jenis tanah grumosol dan ondosol. Tanah yang mempunyai ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas bebutir-butir, sedangkan belahan bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat air tinggi.
c. Derajat keasaman tanah yang dikehendaki tumbuhan durian yaitu (pH) 5-7, dengan pH optimum 6-6,5.
d. Tanaman durian termasuk tumbuhan tahunan dengan perakaran dalam, maka membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalam cukup, (50-150 cm) dan (150-200 cm). Jika kedalaman air tanah terlalu dangkal/ dalam, rasa buah tidak manis/tanaman akan kekeringan/akarnya busuk akhir selalu tergenang.

2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian kawasan untuk bertanam durian dihentikan lebih dari 800 m dpl. Tetapi ada juga tumbuhan durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian. Tanah yang berbukit/yang kemiringannya kurang dari 15 kurang mudah daripada lahan yang datar rata.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Biji untuk bibit dipilih dari biji yang memenuhi persyaratan:
a) Asli dari induknya.
b) Segar dan sudah tua.
c) Tidak kisut.
d) Tidak terjangkit hama dan penyakit.

3.1.2. Penyiapan Benih dan Bibit
Pernanyakatan tumbuhan durian sanggup dilakukan melalui cara generatif (dengan biji) atau vegetatif (okulasi, penyusuan atau cxangkokan).
a. Pengadaan benih dengan cara generatif
Memilih biji-biji yang tulen/murni dilakukan dengan mencuci biji-biji dahulu semoga daging buah yang melekat terlepas. Biji yang dipilih dikeringkan pada kawasan terbuka, tidak terkena sinar matahari langsung. Penyimpanan diusahakan semoga tidak berkecambah/rusak dan merosot daya tumbuhnya. Proses pemasakan biji dilakukan dengan baik (dengan cara diistirahatkan beberapa saat), dalam kurun waktu 2-3 ahad setelah diambil dari buahnya. Setelah itu biji ditanam.

b. Pengadaan bibit dengan cara okulasi
Persyaratan biji durian yang akan diokulasi berasal dari biji yang sehat dan tua, dari tumbuhan induk yang sehat dan subur, sistem perakaran anggun dan produktif. Biji yang ditumbuhkan, dipilih yang pertumbuhannya sempurna. Setelah umur 8-10 bulan, sanggup diokulasi, dengan cara:
1. Kulit batang bawah disayat, tepat di atas matanya (± 1 cm). Dipilih mata tunas yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
2. Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3 cm sehingga menyerupai lidah.
3. Kulit yang menyerupai pengecap dipotong menjadi 2/3-nya.
4. Sisipan "mata" yang diambil dari pohon induk untuk batang atas (disayat dibuat perisai) diantara kulit. Setelah selesai dilakukan okulasi, 2 ahad kemudian di periksa apakah perisai mata tunas berwarna hijau atau tidak. Bila berwarna hijau, berarti okulasi berhasil, jikalau coklat, berarti okulasi gagal.

c. Penyusuan
1. Model tusuk/susuk
Tanaman calon batang atas dibelah setengah belahan menuju kearah pucuk. Panjang belahan antara 1-1,5 cm diukur dari pucuk. Tanaman calon batang bawah sebaiknya mempunyai diameter sama dengan batang atasnya. Tajuk calon batang bawah dipotong dan dibuang, kemudian disayat hingga runcing. Bagian yang runcing disisipkan kebelahan calon batang atas yang telah dipersiapkan. Supaya calon batang bawah tidak gampang lepas, sambungannya harus diikat kuat-kuat dengan tali rafia.

Selama masa penyusuan batang yang disatukan dihentikan bergeser. Sehingga, tumbuhan batang bawah harus disangga atau diikat pada tumbuhan induk (batang tumbuhan yang besar) supaya tidak goyah setelah dilakukan penyambungan. Susuan tersebut harus disiram semoga tetap hidup. Biasanya, setelah 3-6 bulan tumbuhan tersebut bisa dipisahkan dari tumbuhan induknya, tergantung dari usia batang tumbuhan yang disusukan. Tanaman muda yang kayunya belum keras sudah bisa dipisahkan setelah 3 bulan. Penyambungan model tusuk atau susuk ini sanggup lebih berhasil kalau diterapkan pada batang tumbuhan yang masih muda atau belum berkayu keras.

2. Model sayatan
 Pilih calon batang bawah (bibit) dan calon batang atas dari pohon induk yang sudah berbuah dan besarnya sama.
 Kedua batang tersebut disayat sedikit hingga belahan kayunya. Sayatan pada kedua batang tersebut diupayakan semoga bentuk dan besarnya sama.
 Setelah kedua batang tersebut disayat, kemudian kedua batang itu ditempel tepat pada sayatannya dan diikat sehingga keduanya akan tumbuh bersama-sama.
 Setelah 2-3 minggu, sambungan tadi sanggup dilihat karenanya kalau batang atas dan batang bawah ternyata bisa tumbuh bahu-membahu berarti penyusuan tersebut berhasil.
 Kalau sambungan berhasil, pucuk batang bawah dipotong/dibuang, pucuk batang atas dibiarkan tumbuh subur. Kalau pertumbuhan pucuk batang atas sudah sempurna, pangkal batang atas juga dipotong.
 Maka akan terjadi bibit durian yang batang bawahnya yaitu tumbuhan biji, sedangkan batang atas dari ranting/cabang pohon durian dewasa.

d. Cangkokan
Batang durian yang dicangkok harus dipilih dari cabang tumbuhan yang sehat, subur, cukup usia, pernah berbuah, mempunyai susunan percabangan yang rimbun, besar cabang tidak lebih besar daripada ibu jari (diameter=2-2,5 cm), kulit masih hijau kecoklatan. Waktu mencangkok yaitu awal animo hujan sehingga terhindar dari kekeringan, atau pada animo kering, tetapi harus disiram secara rutin (2 kali sehari), pagi dan sore hari. Adapun tata cara mencangkok yaitu sebagai berikut:
1. Pilih cabang durian sebesar ibu jari dan yang warna kulitnya masih hijau kecoklatan.
2. Sayap kulit cabang tersebut mengelilingi cabang sehingga kulitnya terlepas.
3. Bersihkan lendir dengan cara dikerok kemudian biarkan kering angin hingga dua hari.
4. Bagian bekas sayatan dibungkus dengan media cangkok (tanah, serabut gambut, mos). Jika memakai tanah tambahkan pupuk kandang/kompos perbandingan 1:1. Media cangkok dibungkus dengan plastik/sabut kelapa/bahan lain, kedua ujungnya diikat semoga media tidak jatuh.
5. Sekitar 2-5 bulan, akar cangkokan akan keluar menembus pembungkus cangkokan. Jika akar sudah cukup banyak, cangkokan bisa dipotong dan ditanam di keranjang persemaian berisi media tanah yang subur.
 
3.1.3. Teknik Penyemaian dan Pemeliharaan
Bibit durian sebaiknya tidak ditanam eksklusif di lapangan, tetapi disemaikan terlebih dahulu ditempat persemaian. Biji durian yang sudah dibersihkan dari daging buah dikering-anginkan hingga kering tidak ada air yang menempel. Biji dikecambahkan dahulu sebelum ditanam di persemaian atau eksklusif ditanam di polibag. Caranya biji dideder di plastik/anyaman bambu/kotak, dengan media tanah dan pasir perbandingan 1:1 yang diaduk merata. Ketebalan lapisan tanah sekitar 2 kali besar biji (6-8 cm), kemudian media tanam tadi disiram tetapi (tidak boleh terlalu basah), suhu media diupayakan cukup lembab (20-23 derajat C). Biji ditanam dengan posisi miring tertelungkup (bagian calon akar tunggang melekat ke tanah), dan sebagian masih kelihatan di atas permukaan tanah (3/4 belahan masih harus kelihatan). Jarak antara biji satu dengan lainnya yaitu 2 cm membujur dan 4-5 cm melintang. Setelah biji dibenamkan, kemudian disemprot dengan larutan fungisida, kemudian kotak sebelah atas ditutup plastik supaya kelembabannya stabil. Setelah 2-3 ahad biji akan mengeluarkan akar dengan tudung akar eksklusif masuk ke dalam media yang panjangnya ± 3-5 cm. Saat itu tutup plastik sudah bisa dibuka. Selanjutnya, biji-biji yang sudah besar siap dibesarkan di persemaian pembesar atau polibag.

3.1.4. Pemindahan Bibit
Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya sudah tumbuh setinggi 75-150 cm atau berumur 7 - 9 bulan setelah diokulasi, kondisinya sehat dan pertumbuhannya bagus. Hal ini tercermin dari pertumbuhan batang yang kokoh, perakarannya banyak dan kuat, juga adanya helaian daun bersahabat pucuk tumbuhan yang telah menebal dan warnanya hijau tua.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Penanaman durian, perlu perencanaan yang cermat. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu pengukuran pH tanah, analisis tanah, penetapan waktu/jadwal tanam, pengairan, penetapan luas areal penanaman, pengaturan volume produksi.

3.2.2. Pembukaan Lahan
Pembersihan dan pengolahan lahan dilakukan beberapa ahad sebelum penanaman bibit berlangsung. Batu-batu besar, alang-alang, pokok-pokok batang pohon sisa penebangan disingkirkan. Perlu dibersihkan dari tumbuhan liar yang akan menganggu pertumbuhan.

3.2.3. Pembentukan Bedengan
Tanah untuk bedengan pembesaran harus dicangkul dulu sedalam 30 cm hingga menjadi gembur, kemudian dicampur dengan pasir dan kompos yang sudah jadi. Untuk ukuran bedengan lebar 1 m panjang 2 m, diberi 5 kg pasir dan 5 kg pupuk kompos. Setelah tanah, pasir dan kompos tercampur merata dan dibiarkan selama 1 minggu. Pada ketika itu juga tanah disemprot Vapan/Basamid untuk mencegah serangan jamur/bakteri pembusuk jamur.

Di sekeliling bedengan, perlu dibuatkan terusan untuk penampung air. Jika bedengan sudah siap, biji yang telah tumbuh akarnya tadi segera ditanam dengan jarak tanam 20 x 30 cm. Penanaman biji durian dilakukan dengan cara dibuatkan lubang tanam sebesar biji dan kedalamannya sesuai dengan panjang akar masing-masing. Setelah biji tertanam semua, belahan permukaan bedengan ditaburi pasir yang dicampur dengan tanah halus (hasil ayakan) setebal 5 cm.

3.2.4. Pengapuran
Keadaan tanah yang kurang subur, contohnya tanah podzolik (merah kuning) dan latosol (merah-coklat-kuning), yang cenderung mempunyai pH 5 - 6 dan penyusunannya kurang seimbang antara kandungan pasir, liat dan debu, sanggup diatasi dengan pengapuran. Sebaiknya dilakukan menjelang animo kemarau, dengan kapur pertanian yang mempunyai kadar CaCO3 hingga 90%.

Dua hingga 4 ahad sebelum pengapuran, sebaiknya tanah dipupuk dulu dan dilsiram 4-5 kali. Untuk mencegah kekurangan unsur Mg dalam tanah, sebaiknya dua ahad setelah pengapuran, segera ditambah dolomit.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam sangat tergantung pada jenis dan kesuburan tanah, kultivar durian, serta sistem budidaya yang diterapkan. Untuk kultivar durian berumur genjah, jarak tanam: 10 m x 10 m. Sedangkan kultivar durian berumur sedang dan dalam jarak tanam 12 m x 12 m.

Intensifikasi kebun durian, terutama waktu bibit durian masih kecil (berumur kurang dari 6 tahun), sanggup diupayakan dengan budidaya tumpangsari. Berbagai budidaya tumpangsari yang biasa dilakukan yakni dengan tumbuhan horti (lombok, tomat, terong dan tumbuhan pangan: padi gogo, kedelai, kacang tanah dan ubi jalar.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Pengolahan tanah terutama dilakukan di lubang yang akan digunakan untuk menanam bibit durian. Lubang tanam dipersiapkan 1 m x 1 m x 1 m. Saat menggali lubang, tanah galian dibagi menjadi dua. Sebelah atas dikumpulkan di kiri lubang, tanah galian sebelah bawah dikumpulkan di kanan lubang. Lubang tanam dibiarkan kering terangin-angin selama ± 1 minggu, kemudian lubang tanam ditutup kembali.

Tanah galian belahan atas lebih dahulu dimasukkan setelah dicampur pupuk kompos 35 kg/lubang, diikuti oleh tanah belahan bawah yang telah dicampur 35 kg pupuk sangkar dan 1 kg fospat.
Untuk menghindari gangguan rayap, semut dan hama lainnya sanggup dicampurkan insektisida butiran menyerupai Furadan 3 G. Selanjutnya lubang tanam diisi penuh hingga tampak membukit setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah. Tanah tidak perlu dipadatkan. Penutupan lubang sebaiknya dilakukan 7-15 hari sebelum penanaman bibit.

3.3.3. Cara Penanaman
Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya tumbuh 75-150 cm, kondisinya sehat, pertumbuhan bagus, yang tercermin dari batang yang kokoh dan perakaran yang banyak serta kuat.

Lubang tanam yang tertutup tanah digali kembali dengan ukuran yang lebih kecil, sebesar gumpalan tanah yang membungkus akar bibit durian. Setelah lubang tersedia, dilakukan penanaman dengan cara sebagai berikut :
a) Polybag/pembungkus bibit dilepas (sisinya digunting/diiris hati-hati)
b) Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam hingga batas leher
c) Lubang ditutup dengan tanah galian. Pada sisi tumbuhan diberi ajir semoga pertumbuhan tumbuhan tegak ke atas sesuai arah ajir.
d) Pangkal bibit ditutup rumput/jerami kering sebagai mulsa, kemudian disiram air.
e) Di atas bibit sanggup dibangun naungan dari rumbia atau materi lain. Naungan ini sebagai pelindung semoga tumbuhan tidak layu atau kering tersengat sinar matahari secara langsung.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan buah bertujuan untuk mencegah ajal durian semoga tidak menghabiskan energinya untuk proses pembuahan. Penjarangan kuat terhadap kelangsungan hidup, rasa buah, ukuran buah dan frekuensi pembuahan setiap tahunnya.

Penjarangan dilakukan bersamaan dengan proses aborsi bunga, begitu gugur bunga selesai, besoknya harus dilakukan penjarangan (tidak boleh ditunda-tunda).

Penjarangan sanggup dilakukan dengan menyemprotkan hormon tertentu (Auxin A), pada ketika bunga atau bakal buah gres berumur sebulan. Pada ketika itu sebagian bunga sudah terbuka dan sudah dibuahi. Ketika hormon disemprotkan, bunga yang telah dibuahi akan tetap meneruskan pembuahannya sedangkan bunga yang belum sempat dibuahi akan mati dengan sendirinya. Jumlah buah durian yang dijarangkan ± 50-60% dari seluruh buah yang ada.

3.4.2. Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara tumbuhan dan rumput disekeliling selama pertumbuhan, perlu dilakukan penyiangan (± diameter 1 m dari pohon durian).

3.4.3. Pemangkasan/Perempelan
a. Akar durian
Pemotongan akar akan menghambat pertumbuhan vegetatif tumbuhan hingga 40% selama ± 1 musim. Selama itu pula tumbuhan tidak dipangkas. Pemangkasan akar selain menciptakan tumbuhan menjadi cepat berbuah juga meningkatkan kualitas buah, menarik, buah lebih keras dan lebih tahan lama. Waktu pemotongan akar paling baik pada ketika tumbuhan mulai berbunga, paling lambat 2 ahad setelah berbunga. Jika dilakukan melewati batas, hasil panen berkurang dan pertumbuhan terhambat. Cara pemotongan: kedua sisi barisan tumbuhan durian diiris sedalam 60-90 cm dan sejauh 1,5-2 meter dari pangkal batang.

b. Peremajaan
Tanaman yang sudah renta dan kurang produktif perlu diremajakan. Tanaman durian tidak harus dibongkar hingga ke akar-akarnya, tetapi cukup dilakukan pemangkasan. Luka pangkasan dibuat miring supaya air hujan tidak tertahan.Untuk mencegah terjadinya bisul batang, bekas luka tersebut sanggup diolesi meni atau ditempeli lilin parafin.

Setelah 2-3 ahad dilakukan pemangkasan (di animo hujan) maka pada batang tersebut akan tumbuh tunas-tunas baru. Setelah tunas gres mencapai 2 bulan, tunas tersebut sanggup diokulasi. Cara okulasi cabang sama dengan cara okulasi tumbuhan muda (bibit). Tinggi okulasi dari tanah ± 1 - 1,5 m atau 2 - 2,5 m tergantung pada pemotongan batang pokok. Pemotongan batang pokok dihentikan terlalu bersahabat dengan tanah.

c. Pembentukan tumbuhan yang terlanjur tua
Dahan-dahan yang akan dibuat tidak usah dililiti kawat, tetapi cukup dibanduli atau ditarik dan dipaksa ke bawah semoga pertumbuhan tumbuhan tidak mengarah ke atas. Cabang yang akan dibuat dibalut dengan kalep semoga dahan tersebut tidak terluka. Balutan kalep tadi diberi tali, kemudian ditarik dan diikat dengan pasak. Dengan demikian, dahan yang tadinya tumbuh tegak ke atas akan tumbuh ke bawah mengarah horizontal.

3.4.4. Pemupukan
Sebelum melaksanakan pemupukan kita harus melihat keadaan tanah, kebutuhan tumbuhan akan pupuk dan unsur hara yang terkandung dalam tanah.
a. Cara memupuk
Pada tahap awal buatlah selokan melingkari tanaman. Garis tengah selokan diadaptasi dengan lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat 20-30 cm. Tanah cangkulan disisihkan di pinggirnya. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam selokan, tanah tadi dikembalikan untuk menutup selokan. Setelah itu tanah diratakan kembali, bila tanah dalam keadaan kering segera lakukan penyiraman.

b. Jenis dan takaran pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan untuk memupuk durian yaitu pupuk kandang, kompos, pupuk hijau serta pupuk buatan. Pemupukan yang tepat sanggup menciptakan tumbuhan tumbuh subur. Setelah tiga bulan ditanam, durian membutuhkan pemupukan susulan NPK (15:15:15) 200 gr perpohon. Selanjutnya, pemupukan susulan dengan NPK itu dilakukan rutin setiap empat bulan sekali hingga tumbuhan berumur tiga tahun.

Setahun sekali tumbuhan dipupuk dengan pupuk organik kompos/pupuk sangkar 60-100 kg per pohon pada animo kemarau. Pemupukan dilakukan dengan cara menggali lubang mengelilingi batang bawah di bawah mahkota tajuk paling luar dari tanaman.

Tanaman durian yang telah berumur ³ 3 tahun biasanya mulai membentuk batang dan tajuk. Setelah itu, setiap tahun durian membutuhkan suplemen 20-25% pupuk NPK dari takaran sebelumnya.

Apabila pada tahun ke-3, durian diberi pupuk 500 gram NPK per pohon maka pada tahun ke-4 dosisnya menjadi 600-625 gram NPK per pohon. Kebutuhan pupuk sangkar juga meningkat, berkisar antara 120-200 kg/pohon menjelang berbunga durian membutuhkan NPK 10:30:10. Pupuk ini ditebarkan pada ketika tumbuhan selesai membentuk tunas gres (menjelang tumbuhan akan berbunga).

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Durian membutuhkan banyak air pada pertumbuhannya, tapi tanah dihentikan tergenang terlalu usang atau hingga terlalu basah. Bibit durian yang gres ditanam membutuhkan penyiraman satu kali sehari, terutama kalau bibit ditanam pada animo kemarau. Setelah tumbuhan berumur satu bulan, air tumbuhan sanggup dikurangi sekitar tiga kali seminggu.

Durian yang dikebunkan dengan skala luas mutlak membutuhkan tersedianya sumber air yang cukup. Dalam pengairan perlu dibuatkan terusan air drainase untuk menghindari air menggenangi bedengan tanaman.

3.4.6. Waktu Penyemprotan Pestisida
Untuk mendapat pertumbuhan bibit tumbuhan yang baik, setiap 2 ahad sekali bibit disemprot zat pengatur tumbuh Atonik dengan takaran 1 cc/liter air dan ditambah dengan Metalik dengan takaran 0,5 cc/liter air. Hal ini dilakukan untuk merangsang pertumbuhan tumbuhan semoga lebih sempurna.

Jenis insektisida yang digunakan yaitu Basudin yang disemprot sesuai hukum yang ditetapkan dan berkhasiat untuk pencegahan serangga.

Untuk cendawan cukup melaburi batang dengan fungisida (contohnya Dithane atau Antracol) semoga sehat. Lebih baik bila pada ketika melaksanakan penanaman, batang durian dilaburi oleh fungisida tersebut.

3.4.7. Pemeliharan Lain
Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) berfungsi mempengaruhi jaringan-jaringan pada banyak sekali organ tanaman. Zat ini sama sekali tidak menawarkan unsur suplemen hara pada tanaman. ZPT sanggup menciptakan tumbuhan menjadi lemah sehingga penggunannya harus diadaptasi dengan petunjuk pemakaian yang tertera pada label yang ada dalam kemasan, lantaran pemakaian ZPT ini hanya dicampurkan saja.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Penggerek buah (Jawa : Gala-gala)
Ciri: telur diletakkan pada kulit buah dan dilindungi oleh jaring-jaring menyerupai rumah laba-laba. Larva yang telah menetas dari telur eksklusif menggerek dan melubangi dinding-dinding buah hingga masuk ke dalam. Larva tersebut tinggal di dalam buah hingga menjadi dewasa. Buah yang diserang kadang kala jatuh sebelum tua. Penyebaran: serangga penggerek buah menyebar dengan cara terbang dari pohon durian yang satu ke pohon lainnya. Serangga penggerek buah ini bertelur pada buah durian yang dihinggapinya. Kegiatan bertelur ini dilakukan secara periodik setiap menjelang animo kemarau. Pengendalian: dilakukan dengan insektisida, menyerupai Basudin, Sumithion 50 AC, Thiodan 35 EC, dengan takaran 2-3 cc/liter air.

b. Lebah mini
Ciri: hama ini berukuran kecil, tubuhnya berwarna coklat kehitaman dan sayapnya bergaris putih lebar. Setelah lebah menjadi merah violet, ukuran panjangnya menjadi 3,5 cm. Pada fase ulat (larva), hama ini menyerang daun-daun durian muda. Selama hama tersebut mengalami masa istirahat (bentuk kepompong), mereka akan melekat erat pada kulit buah. Setelah menjadi lebah serangga ini mencari makan dengan cara menggerek ranting-ranting muda dan memakan daun-daun muda. Pengendalian: memakai parvasida, menyerupai Hostathion 40 EC (Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, menyerupai Supracide 40 EC takaran 420 gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).

c. Ulat penggerek bunga (Prays citry)
Ulat ini menyerang tumbuhan yang gres berbunga, terutama belahan kuncup bunga dan calon buah. Ciri: ulat ini warna tubuhnya hijau dan kepalanya merah coklat, setelah menjadi kupu-kupu berwarna merah sawo agak kecoklatan, abu-abu dan bertubuh langsing. Gejala: kuncup bunga yang terjangkit akan rusak dan putiknya banyak yang berguguran. Demikian pula, benang sari dan tajuk bunganya pun rusak semua, sedangkan kuncup dan putik patah lantaran luka digerek ulat. Penularan ke tumbuhan lain dilakukan oleh kupu-kupu dari hama tersebut. Pengendalian: dengan menyemprotkan obat-obatan menyerupai Supracide 40 EC, nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter).

d. Kutu loncat durian
Ciri: serangga berwarna kecoklatan dan tubuhnya diselimuti benang-benang lilin putih hasil sekresi tubuhnya; bentuk tubuh, sayap dan tungkainya menyerupai dengan kutu loncat yang menyerang tumbuhan lamtoro. Gejala: kutu loncat bergerombol menyerang pucuk daun yang masih muda dengan cara menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga daun-daun akan kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap cairan, kutu ini mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya manis dan merata ke seluruh permukaan daun sehingga mengundang semut-semut bergerombol. Pengendalian: daun dan ranting-ranting yang terjangkit dipangkas untuk dimusnahkan. Pengendalian secara kimia sanggup dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC takaran 100-150 gram/5 liter air.

3.5.2. Penyakit
a. Phytopthora parasitica dan Pythium complectens
Penyebab: Pythium complectens, yang menyerang belahan tumbuhan menyerupai daun, akar dan percabangan. Penularan dan penyebab: penyakit ini menular dengan cepat ke pohon lain yang berdekatan. Penularan terjadi bila ada akar yang terluka. Penularan terjadi bahu-membahu dengan larutnya tanah atau materi organik yang terangkut air. Gejala: daun durian yang terjangkit menguning dan gugur mulai dari daun yang tua, cabang pohon kelihatan sakit dan ujung-ujungnya mati, diikuti dengan berkembangnya tunas-tunas dari cabang di bawahnya. Kulit di atas permukaan tanah menjadi coklat dan membusuk. Pembusukan pada akar hanya terbatas pada akar-akar sebelah bawah, tetapi sanggup meluas dari ujung akar lateral hingga ke akar tunggang. Jika dilihat dari luar akar yang sakit tampak normal, tetapi jaringan kulitnya menjadi colat renta dan jaringan pembuluh menjadi merah jambu. Pengendalian: (1) upayakan drainase yang baik semoga tanah tidak terlalu lembap dan air tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu hujan; (2) pohon yang sakit dibongkar hingga ke akarnya dan dibakar; (3) pilih bibit durian kerikil untuk batang bawah lantaran jenis ini lebioh tahan terhadap serangan jamur sehingga sanggup terhindar dari serangan penyakit busuk.

b. Kanker bercak
Penyebab: Pythium palvimora, terutama menyerang belahan kulit batang dan kayu. Penyebaran oleh spora sembara bersamaan dengan butir-butir tanah atau materi organik yang tersangkut air. Penyebaran penyakit ini dipacu oleh curah hujan yang tinggi dalam cuaca kering. Jamur sanggup tumbuh dengan baik pada suhu antara 12-35 derajat C. Gejala: kulit batang durian yang terjangkit mengeluarkan blendok (gum) yang gelap; jaringan kulit bermetamorfosis merah kelam, coklat renta atau hitam; belahan yang sakit sanggup meluas ke dalam hingga ke kayu; daun-daun rontok dan ranting-ranting muda dari ujung mulai mati. Pengendalian: (1) perbaikan drainase semoga air hujan tidak mengalir dipermukaan tanah dan untuk batang yang sakit; (5) dilakukan dengan cara memotong kulit yang sakit hingga ke kayunya yang sehat dan potongan tumbuhan yang sakit harus dibakar, sedangkan belahan yang terluka diolesi fungisida, contohnya difolatan 4 F 3%.

c. Jamur upas
Gejala: pada cabang-cabang dan kulit kayu terdapat benang-benang jamur mengkilat menyerupai sarang laba-laba pada cabang-cabang. Jamur berkembang menjadi kerak berwarna merah jambu dan masuk ke dalam kulit dan kayu sehingga menjadikan matinya cabang. Pengendalian: (1) serangan jamur yang masih pada tingkat sarang laba-laba sanggup dikendalikan dengan cara melumasi cabang yang terjangkit degan fungisida, contohnya calizin RM; (2) jikalau jamur sudah membentuk kerak merah jambu, sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kira-kira lebih 30 cm ke bawah belahan yang berjamur; (3) dengan menyemprotkan Antrocol 70 WP (propineb 70,5%), takaran 100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur sekitar 8 tahun, tumbuhan durian sudah mulai berbunga. Musim berbunga jatuh pada waktu kemarau, yakni bulan Juni-September sehingga bulan Oktober-Februari buah sudah berakal balig cukup akal dan siap dipetik. Panen durian diusahakan sebelum animo hujan tiba lantaran air hujan sanggup merusak kualitas buah.
Warna durian yang hampir masak agak berbeda-beda tergantung pada kultivarnya. Buah yang sudah masak umumnya ditandai dengan busuk harum yang menyengat. Pada durian yang sudah masak bila diketuk duri atau buahnya akan terdengar dentang udara antara isi dan kulitnya.

3.6.2. Cara Panen
Buah durian yang sudah matang akan jatuh sendiri. Untuk menjaga semoga buah tidak eksklusif jatuh, kira-kira sebulan sebelum matang buah sanggup diikat dengan tali plastik. Tujuan pengikatan tersebut semoga tangkai buah yang terlepas dari batang atau ranting pohon tetap menggantung pada tali sehingga buah durian tersebut sanggup diambil dalam keadaan utuh.

Buah durian dari pohon rendah sanggup dipetik dengan memakai pisau tajam. Tangkai buah dipotong mulai dari belahan paling atas, ± 1,5 cm dari dahan. Pemotongan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati lantaran di kawasan ini terdapat materi tunas yang akan berbunga pada animo berikutnya.

Buah durian yang terletak pada belahan pohon yang tinggi sebaiknya dipetik dengan memakai alat bantu yang sesuai semoga tidak jatuh ke tanah. Durian yang jatuh ke tanah biasanya retak, daging buahnya menjadi asam/pahit lantaran terjadi fermentasi pembentukan alkohol dan asam.

3.6.3. Prakiraan Produksi
Jumlah durian yang sanggup dipanen dalam satu pohon yaitu 60-70 butir perpohon pertahun dengan bobot rata-rata 2,7 kg. Apabila diinginkan jumlah buah yang lebih banyak lagi maka bobot buah akan turun.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Di kawasan pengumpulan setiap tangkai durian diberi label khusus atau dicat dengan warna tertentu untuk memperlihatkan kebun asal durian. Bila kualitasnya kurang baik sanggup diperbaiki pada tahun berikutnya.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Hasil panen dikumpulkan, diseleksi dan dipilah-pilah menurut ukuran. Seleksi perlu dilakukan semoga tidak ada buah cacat yang ikut terkirim, terutama bila buah ini akan dijual atau diekspor.

3.7.3. Penyimpanan
Durian yang sudah terpilih dicuci dan disemprot dengan air semoga kotoran yang melekat pada kulitnya menjadi bersih. Selanjutnya buah dicelupkan ke dalam air yang telah diberi fungisida Aliette 800 WP yang berbahan aktif Aluminium tris (Oethy/phosphonate) 22 cc/liter. Tujuan pencelupan ini yaitu untuk menghindari serangan busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phytophtora sp selama pemeraman dan transportasi. Lalu buah dikeringanginkan. Durian beserta petinya dimasukkan ke dalam gudang yang cukup mendatangkan penerangan.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Buah durian yang akan diekspor diberi perlakuan: setelah buah kering, buah dibungkus kantong plastik dan diikat dengan tali rafia Setiap kantung plastik berisi satu butir buah durian. Buah yang sudah dibungkus kantung plastik dibungkus lagi dengan kantung kertas semen. Setelah itu, dimasukkan ke dalam kotak karton setebal 3 mm. Setiap ungkus berisi 5-6 butir durian sehingga setiap kotak karton berisi 10-15 kg durian. Kotak ini dilekat dengan lakban (perekat plastik) tebal yang tidak gampang robek jikalau terkena gesekan.
Teknologi pengemasan ini memperhatikan adanya lubang udara semoga ada sirkulasi udara, tetapi juga ada lapisan plastik luar untuk menahan keluarnya bau, sehingga tidak ada kontak antar udara di dalam kotak pengepakan dengan udara luar maka jikalau di dalam ada durian yang matang baunya tidak tercium menyengat hingga keluar.

3.7.5. Penanganan Lain
Bila ingin menghasilkan durian beku untuk dipasarkan ke kawasan yang jauh, maka sanggup dilakukan cara pengepakan fakum udara, cara ini banyak digunakan oleh petani Thailand. Setelah dikupas kulitnya, durian dimasukkan ke dalam alat fakum udara selama 35-40 menit dengan suhu 40oC di bawah nol. Setelah itu, buah durian dimasukkan ke dalam plastik berukuran 300 gram dan diletakkan dalam kamar pendingin dengan suhu 18 derajat C di bawah nol.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis perjuangan tani tumbuhan durian seluas 1 ha pada tahun 1998.

  1. Biaya produksi
    1. Tanah 1 ha @ m2 x Rp. 15.000,-
    2. Bibit :150 pohon @ Rp. 50.000,-
    3. Pupuk
      - Pupuk kandang: 9500 kg @ Rp. 60,-
      - UREA: 1400 kg @ Rp. 1.600,-
      - TSP: 1400 kg @ Rp. 1.500,-
      - KCl: 1400 kg @ Rp. 1.600,-
      - NPK: 1400 kg @ Rp. 2.800,-
      - Hormon/mineral: 70 liter @ Rp. 3.500,-
    4. Obat dan pestisida
      - Insektisida: 150 liter @ Rp. 5.000,-
      - Fungisida: 150 liter @ Rp. 5.000,-
    5. Alat dan bangunan
      - Bangunan dan sumur
      - Alat semprot: 2 unit @ Rp. 75.000,-
      - Cangkul: 2 buah @ Rp. 5.000,-
      - Sabit: 2 buah @ Rp. 3.500,-
      - Garpu: 2 buah @ Rp. 3.000,-
      - Golok: 2 buah @ Rp. 7.500,-
      - Gunting pangkas: 3 buah @ Rp. 5.000,-
      - Gergaji pangkas: 2 buah @ Rp. 6.000,-
      - Ember: 5 buah @ Rp. 3.000,-
    6. Tenaga kerja tetap
      - Upah 5 bok 12 x 2 orang x Rp. 30.000,-
      - Pakaian 5 x Rp. 45.000,-
      - THR 5 x Rp. 25.000,-
    7. Tenaga kerja lepas
      - Membuat lubang tanam 15 OH @ Rp. 3.000,-
      - Memupuk dan menanam 25 OH @ Rp. 3.000,-Jumlah biaya produksi
  2. Pendapatan
    1. Tahun ke-5 produk ke 1 =25/100 x 150 x 30 x Rp. 30.000= Rp. 33.750.000,-
      Rp. 33.750.000 - Rp. 42.115.000 = - Rp. 8.365.000,-
    2. Tahun ke-6 produk ke 2 =25/100 x 150 x 60 x Rp. 30.000= Rp. 67.500.000,-
      Rp. 67.500.000 - (Rp.8.365.000 + Rp. 16.765.000) = Rp. 42.370.000
    3. Pada tahun ke-7 keuntungan sudah sanggup menutupi investasi yang dikeluarkan
  3. Investasi rata-rata/pohon:

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.










Rp.

15.000.000,-
7.500.000,-

570.000,-
2.240.000,-
2.100.000,-
2.240.000,-
3.920.000,-
245.000,-

750.000,-
750.000,-

2.500.000,-
150.000,-
10.000,-
7.000,-
6.000,-
15.000,-
15.000,-
12.000,-
15.000,-

3.600.000,-
225.000,-
125.000,-

45.000,-
75.000,-
42.115.000,-










175.097,-
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Peluang bisnis durian sangat bagus. Untuk pasar luar negeri pada tahun 1983-1987 dikirim ke negara Taiwan, Singapura, Malaysia dan Hongkong. Dan pada tahun 1989 permintaan meningkat ke negara Prancis, Belanda, Brunei, australia, Saudi Arabia dan Jepang. Bahkan pada tahun 1999 di Jepang harga durian sanggup mencapai 10.000 yen (Rp 700.000,-).

Peluang pasar di Indonesia juga sangat bagus, harga durian berkualitas sanggup mencapai Rp 30.000,-/kg. Sedangkan untuk buah durian dipasaran dan kualitasnya biasa-bisa saja mencapai Rp. 15.000,-/buah.

Selama ini perdagangan durian lebih dikuasai oleh negara Thailand, hal ini disebabkan oleh mutu buah yang bagus. Padahal Indonesia sanggup melaksanakan hal yang sama apabila mutu ditingkatkan. Bahkan Indonesia mempunyai varietas yang bermacam-macam dan berbuah sepanjang tahun. Dengan penanganan yang profesional dan dibantu oleh kemudahan-kemudahan dari pemerintah durian Indonesia bisa menguasai pasar dunia.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: pembagian terstruktur mengenai dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, pengemasan dan syarat penandaan.

5.2. Diskripsi
Standar mutu buah durian di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-4482-1998.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

  • Buah durian diklasifikasikan dalam 3 jenis mutu, yaitu Mutu I, Mutu II dan Mutu III.
  • Kerusakan: mutu I=tidak ada (bebas penyakit dan serangga); mutu II=tidak ada (bebas penyakit dan serangga); mutu III=tidak ada (bebas penyakit dan serangga).
  • Cacat: mutu I=tidak ada; mutu II=ada; mutu III=ada.
  • Rasa dan aroma: mutu I=baik sesuai kultivar; mutu II=baik sesuai kultivar; mutu III=baik sesuai kultivar.
  • Kekerasan daging: mutu I=keras/sedang; mutu II=keras/sedang; mutu III=keras/sedang.
  • Kesegaran buah: mutu I=segar; mutu II=segar; mutu III=segar.
  • Warna daging buah: mutu I=sesuai kultivar/kuning; mutu II=sesuai kultivar/kuning; mutu III=sesuai kultivar/kuning.
  • Kesegaman Kultivar: mutu I=seragam; mutu II=seragam; mutu III=seragam.
  • Perbandingan berat dengan biji: mutu I >2; mutu II >1; mutu III=boleh < 1.

Pengujian buah durian dilakukan menurut pengamatan dari bentuk fisik dan visualisasi dari standar mutu yang ada.

5.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah durian segar yang terdiri maksimum 1.000 kemasan atau 1000 buah, teladan diambil secara acak dari jumlah kemasan atau jumlah buah dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 1-5, pengambilan teladan semua.
b) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 6-100, pengambilan teladan minimum 5.
c) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 101-300, pengambilan teladan minimum 7.
d) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 301-500, pengambilan teladan minimum 9.
e) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 501-1001, pengambilan teladan minimum 10.

Dari setiap kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya tiga buah kemudian dicampur. Untuk kemasan dengan isi kurang dari tiga buah diambil satu buah.

Petugas pengambil teladan harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan diberi wewenang untuk melaksanakan hal tersebut.

5.5. Pengemasan
Buah durian seyogyanya dikemas sesuai dengan pasar yang dituju. Untuk Pasar Eropa, Ameriak dan Kanada, disukai buah durian yang beratnya 2,5-3,5 kg/buah dan dikemas dengan kotak karton berkapasitas 10-12 kg. Untuk pasaran Hongkong dipilih buah durian yang beratnya 2-4 kg/buah dan dikemas dalam keranjang bambu berkapasitas 35-50 kg. Sedangkan untuk Malaysia dan Singapura atau pasar lokal dikehendaki buah durian dengan berat 2,0-5,0 kg/buah yang dikemas dalam keranjang bambu atau peti kayu, atau tanpa kemasan eksklusif ditumpuk ai atas kolam truk.

Label atau gantungan yang menyertai setiap kemasan harus gampang dilihat dan berisi informasi :
a) Dihasilkan di Indonesia.
b) Nama perusahaan/eksportir.
c) Nama kultivar durian.
d) Kelas mutu.
e) Jumlah buah dalam kemasan.
f) Berat kotor.
g) Berat bersih.
h) Identitas pembeli di kawasan tujuan.
i) Tanggal panen.
j) Tanggal buah itu lezat dimakan.
k) Tanggal buah itu tidak lezat lagi dimakan.
l) Petunjuk cara penanganan (suhu, kelembaban) yang dianjurkan.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) AAK. Bertanam Pohon Buah-buahan II. Kanisius : Yogyakarta, 1997.
b) AAK. Budi daya Durian. Kanisius : Yogyakarta, 1997.
c) Rambe, Sri Suryani Maphilindowati. " Pasca Panen Buah Durian ". Trubus, 1988
d) Redaksi Trubus. Berkebun Durian Ala Petani Thailand. Jakarta : Penebar Swadaya, 1998.
e) _____________ Mengebunkan Durian Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya, 1997

6.2. Personil
a) Soewarso Pawaka (petani durian), Desa Cihideung Kel. Cipelang Kecamatan Cijeruk, Telp. (0251) 211343, Jawa Barat.
b) Dinas setempat.


Sumber dari warintek


Demikianlah Artikel Budidaya Flora Buah Durian

Sekianlah artikel Budidaya Flora Buah Durian kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Flora Buah Durian dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/07/budidaya-flora-buah-durian.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel