Budidaya Tanaman Sayuran Wortel

Budidaya Tanaman Sayuran Wortel - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Sayuran Wortel, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Sayuran, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Sayuran Wortel
link : Budidaya Tanaman Sayuran Wortel

Baca juga


Budidaya Tanaman Sayuran Wortel


WORTEL
( Daucus carrota L )


I. UMUM

1.1. Sejarah Singkat
Wortel/carrots (Daucus carota L.) bukan tumbuhan orisinil Indonesia, berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia Timur Dekat dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu. Rintisan budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah, menyebar luas ke tempat Eropa, Afrika, Asia dan kesudahannya ke seluruh penggalan dunia yang telah populer daerah pertaniannya.

1.2. Sentra Penanaman
Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam perkembangannya menyebar luas ke daerah-daerah pusat sayuran di Jawa dan Luar Jawa.
Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tumbuhan sayuran di Indonesia (BPS, 1991) luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.

1.3. Jenis Tanaman
Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-Divisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carrota L.

Tanaman wortel banyak ragamnya, tetapi bila dilihat bentuk umbinya sanggup dipilih menjadi 3 golongan, yakni :
a) Tipe Chantenay, berbentuk bundar panjang dengan ujung yang tumpul.
b) Tipe Imperator, berbentuk bundar panjang dengan ujung runcing.
c) Tipe Nantes, merupakan tipe gabungan antara imperator dan chantenay.

1.4. Manfaat Tanaman
Wortel merupakan materi pangan (sayuran) yang digemari dan sanggup dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan mengkonsumsi wortel sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi duduk perkara kekurangan vitamin A. Dalam setiap 100 gram materi mengandung 12.000 S.I vitamin A. Merupakan materi pangan bergizi tinggi, harga murah dan mudah mendapatkannya.

Selain sebagai "gudang vitamin A serta nutrisi", juga mempunyai kegunaan untuk penyakit dan memelihara kecantikan. Wortel ini mengandung enzim pencernaan dan berfungsi diuretik. Meminum segelas sari daun wortel segar ditambah garam dan sesendok teh sari jeruk nipis mempunyai kegunaan untuk mengantisipasi pembentukkan endapan dalam kanal kencing, memperkuat mata, paru-paru, jantung dan hati. Bahkan dengan hanya mengunyah daun wortel sanggup menyembuhkan luka-luka dalam mulut/nafas bau, gusi berdarah dan sariawan.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a.Tanaman wortel merupakan sayuran dataran tinggi. Tanaman wortel pada permulaan tumbuh menghendaki cuaca hambar dan lembab. Tanaman ini sanggup ditanaman sepanjang tahun baik demam isu kemarau maupun demam isu hujan.
b.Tanaman wortel membutuhkan lingkungan tumbuh dengan suhu udara yang hambar dan lembab. Untuk pertumbuhan dan produksi umbi dibutuhkan suhu udara optimal antara 15,6-21,1 derajat C. Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menimbulkan umbi kecil-kecil (abnormal) dan berwarna pucat/kusam. bila suhu udara terlalu rendah (sangat dingin), maka umbi yang terbentuk menjadi panjang kecil.

2.2. Media Tanam
a.Keadaan tanah yang cocok untuk tumbuhan wortel yakni subur, gembur, banyak mengandung materi organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang).
b.Jenis tanah yang paling baik yakni andosol. Jenis tanah ini pada umumnya terdapat di daerah dataran tinggi (pegunungan).
c.Tanaman ini sanggup tumbuh baik pada keasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5 untuk hasil optimal dibutuhkan pH 6,0-6,8. Pada tanah yang pH-nya kurang dari 5,0, tumbuhan wortel akan sulit membentuk umbi.
d.Demikian pula tanah yang mudah becek atau mendapat perlakuan pupuk sangkar yang berlebihan, sering menimbulkan umbi wortel berserat, bercabang dan berambut.

2.3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia wortel umunya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1.000-1.200 m dpl. tetapi sanggup pula ditanam di dataran medium (ketinggian lebih dari 500 m dpl.), produksi dan kualitas kurang memuaskan.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Untuk mendapat hasil yang optimal, sumber benih yang menjadi bibit harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Tanaman tumbuh subur dan kuat.
b) Bebas hama dan penyakit/sehat.
c) Bentuknya seragam.
d) Dari jenis yang berumur pendek.
e) Berproduksi tinggi.

3.1.2. Penyiapan Benih
Wortel diperbanyak secara generatif dengan biji-bijinya. Biji (benih) wortel sanggup dibeli di toko-toko saran produksi pertanian terdekat, tetapi sanggup pula membenihkan sendiri, terutama atas jenis/varietas wortel lokal dan non hibrida.

Para petani di pusat produksi sayuran sudah umum mempraktekan pembenihan (pembijian) wortel lokal dengan tahap-tahap pekerjaan sebagai berikut :
a. Pilih tumbuhan wortel yang umurnya cukup renta (± 3 bulan), tumbuhnya subur dan sehat. Bongkar (cabut) tumbuhan wortel pilihan tadi, kemudian amati umbinya Umbi wortel yang baik dan sehat jadikan pohon induk, bentuk normal (tidak cacat), warna kulit mengkilap kuning/jingga dan halus.
b. Potong ujung umbi wortel maksimal sepertiga bagian, pangkas pula tangkai daun bersama daunnya, sisakan 10 cm yang lekat pada umbi.
c. Siapkan lahan untuk kebun pembibitan wortel sanggup bentuk bedengan-bedengan yang diolah secara tepat (dipupuk sangkar optimal).
d. Buat lubang tanam dengan alat bantu cangkul/tunggal pada jarak tanam 40-60 cm x 40-60 cm.
e. Tanam umbi wortel pada lubang tanam, padatkan tanahnya perlahan-lahan hingga menutup penggalan leher batang.
f. Buat alur-alur dangkal disepanjang barisan tumbuhan (umbi) wortel sejauh ± 5 cm dari batang (dalam bentuk lubang pupuk oleh tugal).
g. Lakukakan pertolongan pupuk buatan berupa adonan ZA+SP+KCL (1:2:2) sebanyak 10 gr/tanaman, kemudian pupuk tersebut segera ditutup dengan tanah tipis .
h. Pelihara kebun bibit wortel selama ± 3 bulan hingga menghasilkan tangkai buah dan biji dalam jumlah banyak.
i. Petik tangkai buah wortel yang sudah renta (kering), kemudian jemur hingga kering untuk diambil biji-bijinya.

Tatacara penyiapan benih wortel yakni sebagai berikut:
a. Pilih benih wortel yang baik, yakni berasal dari varietas unggul, murni, dan daya kecambahnya tinggi (lebih dari 90%).
b. Gosok-gosokan benih wortel dengan kedua belah telapak tangan semoga diantara benih satu sama lain tidak berlekatan.
c. Rendam benih wortel dalam air hambar selama 12-24 jam atau dalam air hangat suam-suam kuku (60 derajat C) selama 15 menit. Tujuan dari perendaman benih yakni mempercepat proses perkecambahannya.
d. Tiriskan benih wortel dalam suatu wadah, misal tampah hingga menjadi cukup kering. Benih wortel sudah siap ditanam (disebar) di lahan kebun.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Biji wortel di taburkan pribadi di tempat penanaman, sanggup disebarkan merata di bedengan atau dengan dicicir memanjang dalam barisan. Jarak barisan paling tidak 15 cm, kemudian kalau sudah tumbuh sanggup dilakukan penjarangan sehingga tumbuhan wortel itu berjarak 3-5 cm satu sama lain.

Kebutuhan benih untuk penanaman setiap are antara 150-200 gram. Para petani sayuran jarang memakai lebih dari 10 kg benih untuk tiap hektar. Biji wortel akan mulai berkecambah sehabis 8-12 hari.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Selama ditanam, pemeliharaan wortel relatif mudah, yakni penyiangan bersamaan dengan pemupukan pada waktu tumbuhan berumur 1 bulan semenjak tanam. Pupuk yang diberikan berupa ZA 2 kuintal dan ZK 1 kuintal/hektar diletakkan sejauh 5 cm dari batangnya, baik sejajar dengan barisan maupun dilarutkan dalam air untuk disiramkan kepada tanah.

Untuk merangsang pembentukkan umbi yang optimal perlu ditunjang pembubunan dan pengguludan sekaligus memperjarang tumbuhan yang tumbuhnya sangat rapat. Sisakan tumbuhan yang pertumbuhannya baik dan sehat pada jarak 5-10 cm.

Untuk mengendalikan hama serangga Semiaphis aphid dan S. daucisi penyerang daun serta lalat Psilarosae pelubang umbi wortel perlu disemprot insektisida yang dianjurkan, misal Folidol 0,2%.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Mula-mula tanah dicangkul sedalam 40 cm, dan diberi pupuk sangkar atau kompos sebanyak 15 ton setiap hektarnya. Tanah yang telah diolah itu diratakan dan dibentuk alur sedalam 1 cm dan jarak antara alur 15-20 cm.
Areal yang akan dijadikan kebun wortel, tanahnya diolah cukup dalam dan sempurna, kemudian diberi pupuk sangkar 20 ton/ha, baik dicampur maupun berdasarkan larikan sambil meratakan tanah. Idealnya dipersiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan selebar 100 cm dan pribadi dibentuk alur-alur/larikan jarak 20 cm, hingga siap ditanam.

3.2.2. Pembukaan Lahan
a. Membuka Lahan
1. Babat pohon-pohon atau semak-semak maupun tumbuhan lain yang tidak berguna.
2. Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma), watu kerikil dan sisa tumbuhan lain.

b. Mengolah Tanah
1. Olah tanah sedalam 30-40 cm hingga strukturnya gembur dengan alat bantu cangkul, bajak/traktor.
2. Biarkan tanah di kering anginkan selama minimal 15 hari, semoga kelak keadaan tanah benar-benar matang.

3.2.3. Pembentukan Bedengan
a. Olah tanah untuk kedua kalinya dengan cangkul hingga struktur tanah bertambah gembur.
b. Buat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 120-150 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar bedengan 50-60 cm dan panjang tergantung pada keadaan lahan.

3.2.4. Pengapuran
a. Lakukan pengapuran bila pH tanah asam di bawah 5 dengan cara menaburkan materi kapur menyerupai Calcit, Dolomit atau Zeagro 1 secara merata di permukaan tanah. Dosis kapur yang diberikan berkisar antara 0,75-10,24 ton/ha.
b. Campurkan kapur dengan lapisan tanah atas (top soil) sambil dibalikan hingga benar-benar merata. Bila tidak turun hujan, tanah yang telah dikapur sebaiknya disiram (diairi) hingga cukup basah.

3.2.5. Pemupukan
a. Sebarkan pupuk sangkar yang telah matang (jadi) sebanyak 15-20 ton/ha di permukaan bedengan, kemudian campurkan dengan lapisan tanah atas secara merata. Pada tanah yang masih subur (bekas kubis atau kentang), pertolongan pupuk sanggup ditiadakan.
b. Ratakan permukaan bedengan hingga tampak datar dan rapi.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
Tanah kebun dicangkul sedalam 30-40 cm dan digemburkan. Setelah itu di buat bedengan tumbuhan selebar kurang lebih 100 cm dan dibentuk guritan dengan jarak kurang lebih 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lobang Tanam
Tanah diolah sedalam 30-40 cm hingga strukturnya gembur dengan memakai traktor/bajak dan alat cangkul.

3.3.3. Cara Penanaman
Tata cara penanaman (penaburan) benih wortel melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Sebarkan (taburkan) benih wortel secara merata dalam alur-alur/garitan-garitan yang tersedia.
b. Tutup benih wortel dengan tanah tipis sedalam 0,5-1 cm.
c. Buat alur-alur dangkal sejauh 5 cm dari tempat benih arah barisan (memanjang) untuk meletakkan pupuk dasar. Jenis pupuk yang diberikan yakni adonan TSP ± 400 kg (± 200 kg P2 O5/ha) dengan KCl 150 kg (± 75 kg K2O/ha).
d. Sebarkan pupuk tersebut secara merata, kemudian tutup dengan tanah tipis.
e. Tutup tiap garitan (alur) dengan dedaunan kering atau pelepah daun pisang selama 7-10 hari untuk mencegah hanyutnya benih wortel oleh percikan (guyuran) air sekaligus berfungsi menjaga kestabilan kelembaban tanah. Setelah benih wortel tumbuh di permukaan tanah, epilog tadi segera di buka kembali.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan tumbuhan wortel dilakukan pada dikala tumbuhan berumur 1 bulan sehabis tanam. Tujuan penjarangan yakni untuk memperoleh tumbuhan wortel cepat tumbuh dan subur, sehingga hasil produksinya sanggup tinggi.

3.4.2. Penyiangan
Rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh disekitar kebun merupakan pesaing tumbuhan wortel dalam kebutuhan air, sinar matahari, unsur hara dan lain-lain, sehingga harus disiangi. Waktu penyiangan biasanya dikala tumbuhan wortel berumur 1 bulan, bersamaan dengan penjarangan tumbuhan dan pemupukan susulan.
Cara menyiangi yang baik yakni membersihkan rumput liar dengan alat bantu kored/cangkul. Rumput liar yang tumbuh dalam parit dibersihkan semoga tidak menjadi sarang hama dan penyakit. Tanah di sekitar barisan tumbuhan wortel digemburkan, kemudian ditimbunkan ke penggalan pangkal batang wortel semoga kelak umbinya tertutup oleh tanah.

3.4.3. Pembubunan
Pendangiran dilakukan pada dikala umur tumbuhan 1 bulan, yaitu pada dikala tumbuhan akan membentuk umbi, terutama sehabis hujan. Saat pendangiran ini dilakukan juga pembubunan.

3.4.4. Pemupukan
Jenis pupuk yang dipakai untuk pemupukan susulan yakni urea atau ZA. Dosis pupuk yang yakni urea 100 kg/ha atau ZA 200 kg/ha. Waktu pertolongan pupuk susulan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, yakni pada dikala tumbuhan wortel berumur 1 bulan.

Cara pemupukan yang baik yakni dengan membuatkan secara merata dalam alur-alur atau garitan-garitan dangkal atau dimasukkan ke dalam lubang pupuk (tugal) sejauh 5-10 cm dari batang wortel, kemudian segera ditutup dengan tanah dan disiram atau diairi hingga cukup basah.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhannya, tumbuhan wortel memerlukan air yang memadai, sehingga perlu disiram (diairi) secara kontinue 1-2 kali sehari, terutama pada demam isu kemarau. Bila tumbuhan wortel sudah tumbuh besar, maka pengairan sanggup dikurangi. Hal penting yang harus diperhatikan yakni semoga tanah tidak kekeringan.

3.4.6. Waktu Penyemprotan Pestisida
Pengendalian secara kimiawi sanggup dilakukan dengan memakai insektisida Furadan 3 G atau Indofuran 3 G pada dikala tanam atau disemprot Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)
Hama ini sering disebut uler lutung (Jawa) atau hileud taneuh (Sunda) dan "Cutworms" (Inggris). Serangga cukup umur berupa kupu-kupu berwarna coklat tua, penggalan sayap depannya bergaris-garis dan terdapat titik putih. Stadium hama yang merugikan tumbuhan yakni ulat atau larva. Ciri: ulat tanah yakni berwarna coklat hingga hitam, panjangnya antara 4-5 cm dan bersembunyi di dalam tanah. Gejala: ulat tanah menyerang penggalan pucuk atau titik tumbuh tumbuhan wortel yang masih muda. Akibat serangan, tumbuhan layu atau terkulai, terutama pada penggalan tumbuhan yang dirusak hama. Pengendalian non kimiawi: dilakukan dengan mengumpulkan ulat pada pagi atau siang hari, dari tempat yang dicurigai bekas serangannya untuk segera dibunuh, menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman. Pengendalian kimiawi: dengan memakai insektisida Furadan 3G atau Indofuran 3G pada dikala tanam atau disemprot Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.

b. Kutu daun (Aphid, Aphis spp.)
Ciri: kutu daun cukup umur berwarna hijau hingga hitam, hidup berkelompok di bawah daun atau pada pucuk tanaman. Gejala: menyerang tumbuhan dengan cara mengisap cairan selnya, sehingga menimbulkan daun keriting atau abnormal. Pengendalian: mengatur waktu tanam secara serempak dalam satu hamparan lahan untuk memutus siklus hidupnya.

c. Lalat atau magot (Psila rosae)
Gejala: stadium hama yang sering merusak tumbuhan wortel yakni larvanya. Larva masuk ke dalam umbi dengan cara menggerek atau melubanginya. Pengendalian: pergiliran tumbuhan dengan jenis yang tidak sefamili atau disemprot insektisida Decis 2,5 EC dan lain-lain dengan takaran yang dianjurkan.

3.5.2. Penyakit
a. Bercak daun Cercospora
Penyebab: cendawan (jamur) Cercospora carotae (Pass.) Solheim. Gejala: pada daun-daun yang sudah renta timbul bercak-bercak berwarna coklat muda atau putih dengan pinggiran berwarna coklat renta hingga hitam. Pengendalian: (1) disinfeksi benih dengan larutan fungisida yang mengandung tembaga klorida satu permil selama 5 menit; (2) pergiliran tumbuhan dengan jenis lain yang tidak sefamili; (3) pencucian sisa-sisa tumbuhan dari sekitar kebun; (4) penyemprotan fungisida yang mangkus dan sangkil menyerupai Dithane M-45 0,2%.
b. Nematoda bintil akar
Penyebab: mikro organisme nematoda Sista (Heterodera carotae). Gejala: umbi dan akar tumbuhan wortel menjadi salah bentuk, berbenjol-benjol abnormal. Pengendalian: melaksanakan pergiliran tumbuhan dengan jenis lain yang tidak sefamili, pemberaan lahan dan penggunaan nematisida menyerupai Rugby 10 G atau Rhocap 10 G.
c. Busuk alternaria
Penyebab: cendawan Alternaria dauci Kuhn. Gejala: Pada daun terjadi bercak-bercak kecil, berwarna coklat renta sampi hitam yang dikelilingi oleh jaringan berwarna hijau-kuning (klorotik). Pada umbi ada tanda-tanda bercak-bercak tidak beraturan bentuknya, kemudian membusuk berwarna hitam hingga hitam kelam. Pengendalian: sama dengan cara yang dilakukan pada Cercospora.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri tumbuhan wortel sudah saatnya dipanen yakni sebagai berikut:
a. Tanaman wortel yang telah berumur ± 3 bulan semenjak sebar benih atau tergantung varietasnya. Varietas Ideal dipanen pada umur 100-120 hari sehabis tanam (hst). Varietas Caroline 95 hst., Varietas All Season Cross 120 hst., Varietas Royal Cross 110 hst., Kultivar lokal Lembang 100-110 hst.
b. Ukuran umbi telah maksimal dan tidak terlalu tua. Panen yang terlalu renta (terlambat) sanggup menimbulkan umbi menjadi keras dan berkatu, sehingga kualitasnya rendah atau tidak laris dipasarkan. Demikian pula panen terlalu awal hanya akan menghasilkan umbi berukuran kecil-kecil, sehingga produksinya menurun (rendah).

Khusus bila dipanen umur muda atau "Baby Carrot" sanggup dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. umur panen sekitar 50-60 hari sehabis tanam.
b. ukuran umbi sebesar ibu jari tangan, panjangnya antara 6-10 cm dan diameternya sekitar 1-2 cm.

3.6.2. Cara Panen
Cara panen wortel relatif gampang, yaitu dengan mencabut seluruh tumbuhan bersama umbinya. Tanaman yang baik dan dipelihara secara intensif sanggup menghasilkan umbi antara 20-30 ton/hektar.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Kumpulkan seluruh rumpun (tanaman) wortel yang usai dipanen pada suatu tempat yang strategis, contohnya di pinggir kebun yang teduh, atau di gudang penyimpanan hasil.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
a) Pilih umbi yang baik sambil memisahkan umbi yang rusak, cacat, atau busuk secara tersendiri.
b) Klasifikasikan umbi wortel yang baik berdasarkan ukuran dan bentuknya yang seragam.

3.7.3. Penyimpanan
Simpan hasil panen wortel dalam wadah atau ruangan yang suhunya hambar dan berventilasi baik.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
a) Ikat umbi wortel menjadi ikatan-ikatan tertentu sehingga mudah dalam pengangkutan dan penyimpanannya.
b) Potong sebagian tangkai daun untuk disisakan sekitar 15-20 cm.
c) Angkut hasil wortel ke pasar dengan memakai alat angkut yang tersedia di daerah setempat.

Khusus untuk target pasar Swalayan, Gelael, Hero, dan lain-lain di kota-kota besar, umbi wortel biasanya dikemas dalam kantong plastik atau kontainer polietilin bening.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Prakiraan Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya wortel seluas 600 m2 per demam isu tanam (4 bulan), pada tahun 1999 di daerah Bogor.
  1. Biaya produksi
    1. Sewa lahan 600 m2
    2. Pupuk:
      - TSP: 50 kg @ Rp. 2.000,-
      - Urea: 50 kg @ Rp. 1.150,-
      - MPK: 50 kg @ Rp. 4.000,-
    3. Pestisida:
      - Antrakol dan Kulatrol: 2 botol
      - Desis: 2 botol sedang
    4. Tenaga kerja 30 OH @ Rp. 10.000,-
      Jumlah biaya produksi
  2. Pendapatan: 2.100 kg @ Rp. 600,-
  3. Keuntungan
  4. Parameter kelayakan usaha
    1. B/C Rasio

Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.

50.000,-

100.000,-
57.500,-
200.000,-

50.000,-
50.000,-
300.000,-
787.500,-
1.260.000,-
472.500,-

= 1,600

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan berdampak kasatmata terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, ekspansi kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor.

Produktivitas wortel di Indonesia masih rendah. Pada tahun 1985 hasil rata-rata nasional gres mencapai 9,43 ton/hektar, kemudian tahun 1986 hanya 8,90 ton/hektar, dan tahun 1991 sekitar 12,89 ton/hektar. Rendahnya hasil rata-rata tersebut antara lain dikarenakan masih terbatasnya varietas wortel unggul dan tehnik budidaya yang belum intensif. Disamping itu, paket teknologi budidaya hasil penelitian komoditas wortel relatif masih terbatas.

Usaha tani wortel secara intensif sistem agribisnis memperlihatkan laba yang memadai. Potensi daya hasil wortel varietas unggul sanggup mencapai antara 20-25 ton/ha. Bila harga jual rata-rata Rp 500,-/kg laba higienis usahatani wortel selama ± 3 bulan sanggup mencapai lebih dari Rp 5 juta/hektar. Bahkan akhir-akhir ini peluang pasar wortel makin luas dan beragam, diantaranya yakni bentuk umbi segar, umbi beku segar dan umbi muda segar.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar mutu: Jjnis dan standar mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.

5.2. Diskripsi
Standar mutu wortel tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01-3163-1992.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Wortel segar digolongkan dalam dua jenis mutu yaitu mutu I dan mutu II diantaranya :
a) Keasaman sifat varietas: mutu I=seragam; mutu II=seragam; cara pengujian=organoleptik.
b) Kekerasan: mutu I=keras; mutu II=keras; cara pengujian=organoleptik.
c) Warna: mutu I : normal; mutu II=normal; cara pengujian=organoleptik.
d) Kerataan permukaan: mutu I=cukup rata; mutu II=cukup rata.
e) Tekstur: mutu I=tidak mengayu; mutu II=tidak mengayu; cara pengujian=organoleptik.
f) Kerusakan (%): mutu I=5; mutu II=10; cara pengujian=SP-SMP-301-1981.
g) Busuk (%): mutu I=2; mutu II=2.

5.4. Pengambilan Contoh
Cara pengambilan rujukan diambil secara acak dari jumlah kemasan menyerupai terlihat pada daftar dibawah ini. Dari setiap kemasan diambil rujukan sebanyak 20 umbi dari penggalan atas tengah dan bawah. Khusus untuk pengujian kerusakan dan yang busuk, jumlah rujukan selesai yang diuji yakni 100 umbi. Pelaksanaan sanggup dilakukan di lapangan. Jumlah kemasan yang diambil dalam pengambilan rujukan dalam lot adalah:
a) Jumlah kemasan 1 hingga 100, rujukan yang diambil=5.
b) Jumlah kemasan 101 hingga 300, rujukan yang diambil=7.
c) Jumlah kemasan 301 hingga 500, rujukan yang diambil=9.
d) Jumlah kemasan 501 hingga 1000, rujukan yang diambil=10.
e) Jumlah kemasan lebih dari 1000, rujukan yang diambil=minimum 15.

5.5. Pengemasan
Cara pengemasan wortel disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dengan keranjang atau materi lainnya yang berat higienis maksimum 65 Kg, di tutup dengan anyaman bambu atau materi lain kemudian diikat dengan tali rotan. Isi tidak melebihi permukaan kemasan.

Untuk pertolongan merek di penggalan luar keranjang diberi label yang dituliskan antara lain:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/ eksportir.
d) Berat bersih.
e) Produksi Indonesia.
f) Negara/tempat tujuan.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Rukmana, Rahmat. Bertanam wortel. Yogyakarta : Kanisius, 1995.
b) Anonymous. Kumpulan kliping wortel. Jakarta : Trubus, 1997.



Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Sayuran Wortel

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Sayuran Wortel kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Sayuran Wortel dengan alamat link https://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-tanaman-sayuran-wortel.html

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel