Budidaya Tanaman Buah Pisang

Budidaya Tanaman Buah Pisang - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Buah Pisang, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Buah-Buahan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Buah Pisang
link : Budidaya Tanaman Buah Pisang

Baca juga


Budidaya Tanaman Buah Pisang

Pisang
( Musa spp )

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Pisang ialah tumbuhan buah berupa herba yang berasal dari daerah di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.

1.2. Sentra Penanaman
Hampir di setiap tempat sanggup dengan gampang ditemukan tumbuhan pisang. Pusat produksi pisang di Jawa Barat ialah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Tidak diketahui dengan niscaya berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997 ialah ke Cina.

1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tumbuhan pisang ialah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Jenis pisang dibagi menjadi tiga:
a. Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
b. Pisang yang dimakan sehabis buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
c. Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang watu dan klutuk.
d. Pisang yang diambil seratnya contohnya pisang manila (abaca).

1.4. Manfaat Tanaman
Pisang ialah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang sanggup dimanfaatkan untuk menciptakan cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang digunakan sebagi pembungkus banyak sekali macam makanan trandisional Indonesia.
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang sanggup dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada ketika isu terkini kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih sanggup tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh alasannya ialah air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak sanggup diharapkan.
b. Angin dengan kecepatan tinggi menyerupai angin kumbang sanggup merusak daun dan menghipnotis pertumbuhan tanaman.
c. Curah hujan optimal ialah 1.520-3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah biar tanah tidak tergenang.

2.2. Media Tanam
a. Pisang sanggup tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
b. Air harus selalu tersedia tetapi dihentikan menggenang alasannya ialah pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah berair ialah 50 - 200 cm, di daerah setengah berair 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150 cm. Tanah yang telah mengalami pengikisan tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus gampang meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.

2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya sanggup tumbuh di dataran rendah hingga pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik hingga ketinggian 1.000 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).

3.1.1. Persyaratan Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit ialah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit akan kuat terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik digunakan alasannya ialah sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih berbentuk menyerupai pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar.

3.1.2. Penyiapan Bibit
Bibit sanggup dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri. Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk dibiarkan mempunyai tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.

3.1.3. Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai berikut:
a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang melekat di akar.
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam biar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yang lebar.
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5-1% selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.2. Pembukaan Lahan
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial.
Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan sengkedan dan pembuatan jalan masuk pengeluaran air.

3.2.3. Pembentukan Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan bila tersedia. Dianjurkan untuk menanam tumbuhan legum menyerupai lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.

3.2.4. Pembuatan Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibentuk pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah datar. Di atas landasan dan sisi jalan masuk ditanam rumput untuk menghindari pengikisan dari landasan jalan masuk itu sendiri.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tumbuhan pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan digunakan pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tumbuhan pisang. Tanaman tumpang sari/lorong sanggup berupa sayur-sayuran atau tumbuhan pangan semusim.
Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bahu-membahu dengan tumbuhan perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen dengan kelapa.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang ialah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.

3.3.3. Cara Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang isu terkini hujan (September-Oktober). Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik menyerupai pupuk kandang/kompos sebanyak 15-20 kg. Pemupukan organik sangat kuat terhadap kualitas rasa buah.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan
Untuk mendapat hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tumbuhan yang baru.

3.4.2. Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi biar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah biar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.

3.4.3. Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas biar kebersihan tumbuhan dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.

3.4.4. Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg watu kapur sebagai sumber kalsium.
Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan sehabis tanam (dua kali dalam setahun).

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan tumbuhan pisang.

3.4.7. Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa mempunyai kegunaan untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menimbulkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tumbuhan merana. Karena itu mulsa dihentikan dipasang terus menerus.

3.4.8. Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong biar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik ialah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga biar tumbuhan tidak rebah akhir beratnya tandan, batang tumbuhan disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang ialah daun. Gejala: daun menggulung menyerupai selubun g dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan memakai insektisida yang cocok belum ada, sanggup dicoba dengan insektisida Malathion.
b. Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang ialah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian: sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan.
c. Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang ialah akar. Gejala: tumbuhan kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
d. Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang ialah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang. Pengendalian: dengan memakai insektisida.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit darah
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang ialah jaringan tumbuhan kepingan dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan menyerupai berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan memperabukan tumbuhan yang sakit.
b. Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang ialah daun. Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar kemudian daun di kepingan dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian: membongkar dan memperabukan tumbuhan yang sakit.
c. Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang ialah daun dengan tanda-tanda bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan memakai fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB).
d. Layu
Penyebab: basil Bacillus . Bagian yang diserang ialah akar. Gejala: tumbuhan layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan memperabukan tumbuhan yang sakit.
e. Daun pucuk
Penyebab: virus dengan mediator kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang diserang ialah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan memperabukan tumbuhan yang sakit.

3.5.3. Gulma
Tidak usang sehabis tanam dan sehabis kanopi dewasa terbentuk, gulma akan menjadi kasus yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:
a. Penggunaan herbisida menyerupai Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.
b. Menanam tumbuhan epilog tanah yang sanggup menahan erosi, tahan naungan, tidak gampang diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.
c. Menutup tanah dengan plastik polietilen.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen ialah mengeringnya daun bendera. Buah yang remaja untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih terang hingga hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diharapkan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang ketika hingga di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari sehabis diterima konsumen.

3.6.2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bahu-membahu dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil ialah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan higienis waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang sanggup diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah.
Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang sanggup saja dipotong hingga setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.

3.6.3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen sanggup dilakukan 3-10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tumbuhan produktif.

3.6.4. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di pusat pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya irit untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang irit harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
3.7. Pascapanen
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan memakai kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah menurut ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan memakai wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.
  1. Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 hingga ke-4 adalah:
    1. Tahun ke-1
    2. Tahun ke-2
    3. Tahun ke-3
    4. Tahun ke-4
  2. Penerimaan tahun ke I hingga IV *)
    1. Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan
    2. Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan
    3. Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan
    4. Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan
  3. Keuntungan
    1. Keuntungan selama 4 tahun penanaman
    2. Keuntungan/tahun
  4. Parameter kelayakan usaha
    1. Output/Input rasio


Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.


5.338.000,-
4.235.000,-
4.518.000,-
4.545.300,-

6.000.000,-
12.000.000,-
12.000.000,-
12.000.000,-

23.363.700,-
5.840.925,-

= 2,150
Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan gampang sanggup ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia, Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat mustahil diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis pisang Cavendish yang mencakup 80% dari seruan total dunia.

Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, ketika ini ekspor pure pisang juga memperlihatkan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibentuk dari pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%. Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil ialah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat mendukung penanaman pisang, alasannya ialah itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkin dilakukan. V. STANDAR PRODUKSI 5.1. Ruang Lingkup Standar ini meliputi: pembagian terstruktur mengenai dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan. 5.2. Diskripsi Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996. 5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80
b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0
e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0
f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus
g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas

Adapun persyaratan menurut pembagian terstruktur mengenai pisang ialah sebagai berikut:
a) Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0
b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C < 2,5 c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C < 2,5

Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang mencakup :
- Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian ialah ; Hitung jumlah dari seluruh rujukan buah pisang segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
- Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah rujukan dan dihitung mulai dari ujung buah hingga pangkal tangkai dari seluruh rujukan uji dengan memakai alat pengukur yang sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan memakai mistar geser. Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.
- Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut lagi (hampir bulat) berati sudah bau tanah 100%, sedangkan yang masih sangat kasatmata sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
- Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh rujukan buah pisang. Amati satu persatu jari buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak kemudian bagi dengan jumalh keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
- Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh rujukan buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada, pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya menyerupai tanah, getah, batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang melekat pada buah dan kemasan, kemudian timbang seluruh kotorannya. Berat kotoran per berat seluruh rujukan buah yang diuji kali dengan 100%.

5.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
a) Jumlah minimal kemasan dalam partai ialah 1-5 : rujukan semua
b) Jumlah minimal kemasan dalam partai ialah 6-100 : rujukan : sekurang-kurangnya 5
c) Jumlah minimal kemasan dalam partai ialah 101-300 : rujukan sekurang-kurangnya 7
d) Jumlah minimal kemasan dalam partai ialah 301-500 : rujukan sekurang-kurangnya 9
e) Jumlah minimal kemasan dalam partai ialah 501-1000 : rujukan sekurang-kurangnya 10

5.5. Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg. Kardus sanggup dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang. Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi kepingan bawah dan sisi dalam kardus dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton.
Pada kepingan luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:
a) Produksi Indonesia
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung
b) Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V. Sinar Baru. Bandung.
c) Stover, R.H & N.W. Simmonads. 1993. Banana. Tropical Agriculture Series. Longman Scientific ang Technical. New York.
d) Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang biar Berkualitas Baik. Trubus no. 341.

6.2. Personil
a) Slamet Hariyanto. PT. Horti Nusantara. Jl. Bengawan 10 Surabaya.


Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Buah Pisang

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Buah Pisang kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Buah Pisang dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-tanaman-buah-pisang.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel