Budidaya Flora Buah Rambutan

Budidaya Flora Buah Rambutan - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Flora Buah Rambutan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Buah-Buahan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Flora Buah Rambutan
link : Budidaya Flora Buah Rambutan

Baca juga


Budidaya Flora Buah Rambutan

Rambutan
( Nephelium sp. )

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Rambutan (Nephelium sp.) merupakan tumbuhan buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia. Hingga ketika ini telah menyebar luar di daerah yang beriklim tropis menyerupai Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.

1.2. Sentra Penanaman
Di Indonesia yang menjadi pusat penanaman rambutan ialah di Jawa khususnya yang sangat besar produksi buah rambutan antara lain di Bekasi, Kuningan, Malang, Probolinggo, Lumajang dan di Garut.

1.3. Jenis Tanaman
Dari survey yang telah dilakukan terdapat 22 jenis rambutan baik yang berasal dari galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Dari sejumlah jenis rambutan diatas hanya beberapa varietas rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan dengan menentukan nilai hemat relatif tinggi diantaranya:
a. Rambutan Rapiah buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulit berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan beramut agak jarang, daging buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengan daya tahan sanggup mencapai 6 hari setelah dipetik.
b. Rambutan Aceh Lebak bulus pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasil rata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus, rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok daya simpan 4 hari setelah dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan.
c. Rambutan Cimacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90-170 ikat per pohon, kulit berwarna merah kekuningan hingga merah tua, rambut bernafsu dan agak jarang, rasa manis, sedikit basah tetapi kurang tahan dalam pengangkutan.
d. Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia dengan buah cukup besar, dengan kulit berwarna merah darah hingga merah bau tanah rambut buah agak bernafsu dan jarang, rasanya manis dengan asam sedikit, hasilbuah tidak selebat aceh lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok.
e. Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai terutama orang Tionghoa, dengan batang yang besar lengan berkuasa cocok untuk diokulasi, warna kulit buah merah bau tanah hingga merah anggur, dengan rambut halus dan rapat,rasa buah manisa sam, banyak berair, lembek dan tidak ngelotok.

1.4. Manfaat Tanaman
Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang gampang terlarut dalam air, zat protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin dan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga, tetapi ada pula sementara masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung di pekarangan, sebagai tumbuhan hias.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Dalam budidaya rambutan angin berperan dalam penyerbukan bunga.
b. Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon rambutan berkisar antara 1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun
c. Sinar matahari harus sanggup mengenai seluruh areal penanaman semenjak ia terbit hingga tenggelam, intensitas pancaran sinar matahari erat kaitannya dengan suhu lingkungan.
d. Tanaman rambutan akan sanggup tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 25 derajat C yang diukur pada siang hari. Kekurangan sinar matahari sanggup menyebabkan penurunan hasil atau kurang tepat (kempes).
e. Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah lantaran kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering lantaran miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tumbuhan rambutan.

2.2. Media Tanam
a. Rambutan sanggup tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta sedikit mengandung pasir, juga sanggup tumbuh baik pada tanah yang banyak mengandung materi organik ataui pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.
b. Pada dasarnya tingkat/derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tumbuhan perkebunan lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan kalau kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
c. Kandungan air dalam tanah idealnya yang diharapkan untuk penanaman pohon rambutan antara 100-150 cm dari permukaan tanah.
d. Pada dasarnya tumbuhan rambutan tidak tergantung pada letak dan kondisi tanah, lantaran keadaan tanah sanggup dibuat sesuai dengan tata cara penanaman yang benar (dibuatkan bedengan) sesuai dengan petunjuk yang ada.

2.3. Ketinggian Tempat
Rambutan sanggup tumbuh subur pada dataran rendah dengan ketinggian antara 30-500 m dpl. Pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan sanggup tumbuh namun tidak begitu baik hasilnya.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen antara lain: Rambutan Rapiah, Rambutan Aceh, Lebak bulus, Rambutan Cimacan, Rambutan, Rambutan Sinyonya.

3.1.2. Penyiapan Benih
Persiapan benih biji yang dipergunakan sebagai pohon pangkal setelah buah dikupas dan diambil bijinya dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sehabis itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam) dan biji siap disemaikan. Disamping itu sanggup pula direndamdengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl) 25% atau Asam Sulfat (H2S04) BJ = 1.84, caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yang higienis sebanyak 3 kali berulang dengan air yang mengalir selama 10 menit dan dianginkan selama 24 jam. Untuk menghidari jamur biji sanggup dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida lainnya.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Teknik penyemaian benih dipilih lahan yang gembur dan gampang menerima pengairan serta gampang dikeringkan disamping itu gampang diawasi seperti: mencangkul tanah sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya. Kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan buatkan bedang-bedeng yang berukuran 1-1,5 m lebar dan tinggi sekitar 30 cm, panjang diubahsuaikan dengan luas pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan sekitar 10 m, dengan keadaan arah membujur dari Utara ke Selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari walaupun setelah diberi atap pelindung, dengan jarak antara bedeng 30 cm dan untuk menambah kesuburan sanggup diberi pupuk hijau, kompos/pupuk sangkar yang sudah matang dan benih siap disemaikan. Selain dengan melalui proses pengecambahan juga biji sanggup pribadi ditunggalkan pada bedeng-bedeng yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 10 X 10 cm setelah berkecambah dan berumur 1-1,5 bulan dan sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit sanggup dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng penanaman.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah bibit berkecambang dan telah berumur 1-1,5 bulan disiram pagi sore, setelah kecambah dipindah ke bedeng pembibitan penyiraman cukup 1 kali tiap pagi hari hingga menjelang mata hari terbit, dengan memakai "gembor" supaya merata dan tidak merusak bedengan dan diusahakan air sanggup menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan. Kemudian dilakukan pendangiran bedengan supaya tetap gembur dan dilakukan setiap 2-3 ahad sekali, rumput yang tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama dan penyakit, hingga umur kurang lebih 1 tahun persemaian yang dilakukan terhadap pohon gres setelah itu sanggup dilakukan pengokulasian yang ditentukan dengan sistem Fokkert yang sudah disempurnakan yang sebelumnya daun-daun dirontokkan pada pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya dan kemudian setelah disiapkan tempat untuk penempelan mata kulit tersebut hingga mata kulit itu tumbuh tunas, setelah itu tunas orisinil pada pohon induk yang telah ditempel dipangkas, kemudian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta membersihkan rumput-rumput yang ada disiangi, kemudian sanggup juga diberi pupuk urea 10 gram untuk tiap 1 m² untuk 25 tumbuhan rambutan.

3.1.5. Pemindahan Bibit
Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau di cangkok maupun diokulasi sanggup dengan mencungkil/membuka plastik yang menempel pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan hingga akar menjadi rusak dan dilakukan penyungkilan sekitar 5 cm dan semoga tumbuh akar lebih banyak maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya sanggup dipotong sedikit untuk menjaga penguapan kemudian lebar daun dipotong separuh serta keping yang menempel dibiarkan lantaran berfungsi sebagai cadangan masakan sebelum sanggup mendapatkan masakan dari tanah yang baru. Dan ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 30-40 cm dan ditutupi dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di Timur dengan impian sanggup lebih banyak kena sinar mata hari pagi.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Pilihlah tanah yang subur, hindari daerah yang berkondisi tanahnya terlampau liat dan tidak mempunyai sirkulasi yang baik, meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur dengan cara menciptakan sengkedan (teras) pada cuilan yang curam, kemudian untuk menggemburkan tanah perlu dibajak atau cukup dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata.

3.2.2. Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun rambutan dikerjakan semua secara bersama, tumbuhan pengganggu menyerupai semak-semak dan rerumputan dibuang dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak/dicangkul. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam tetapi kalau dari hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam. Kemudian dibuatkan susukan air selebar 1 meter dan kedalam diubahsuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurus dan kurang humus atau tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan dan kondisi ini dibiarkan selama kurang lebih 1 tahun sebelumnya.

3.2.3. Pembentukan Bedengan
Setelah tanah keadaan gembur dan buatkan bedeng-bedengan yang berukuran 8 m lebar dan tinggi sekitar 30 cm dengan perataan dasar atasnya guna menopang bibit yang akan ditanam, panjang diubahsuaikan dengan luas pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan sekitar 10 m, dengan keadaan arah membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi walaupun setelah diberi atap pelindung, dengan jarak antara bedeng 1 m yang diharapkan untuk lalu-lintas para pekerja dan sanggup dipergunakan sebagai susukan air pembuangan, dan untuk menambah kesuburan sanggup diberi pupuk hijau, kompos/pupuk sangkar yang sudah matang

3.2.4. Pengapuran
Pengapuran pada dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran yang gres terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum terlalu subur, setelah lobang-lobang itu digali dengan ukuran penanaman di pekarangan dan dasarnya ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lobang guna menetralkan pH tanah hingga mencapai 6-6,7 sebagai syarat tumbuhnya tumbuhan rambutan, setelah 1 ahad dari penaburan kapur diberi pupuk sangkar supaya tanah menjadi subur.

3.2.5. Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 ahad dari derma kapur pada lubang-lubang yang ditentukan kemudian diberikan pupuk sangkar sebanyak 25 kg (kurang lebih 1 blek) dan setelah 1 ahad lahan gres siap untuk ditanami bibit rambutan yang telah jadi.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
Penyiapan pohon pangkal sebaiknya melalui proses perkecambahan kemudian ditanam dengan jarak 10 x 10 cm setelah berkecambah dan berumur 1-1,5 bulan atau telah tumbuh daun sebanyak 3 helai maka bibit/zaeling sanggup dipindahkan pada bedeng ke dua dengan jarak 1-14 meter. Untuk menghindari sengatan sinar matahari secara pribadi dibuat atap yang berbentuk miring lebih tinggi ke Timur dengan maksud supaya mendapatkan sinar matahari pagi hari secara penuh.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanaman
Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempat penanaman bibit rambutan yang sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secara matang kemudian dibuat lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 m yang sebaiknya telah dipersiapkan 3-4 pekan sebelumnya dan pada waktu penggalian tanah yang diatas dan yang dibawah dipisahkan yang nantinya dipergunakan untuk epilog kembali lubang yang telah diberi tanaman, sedangkan jarak antar lubang sekitar 12-14 m.

3.3.3. Cara Penanaman
Setelah berlangsung selama 2 pekan lubang ditutup dengan susunan tanah menyerupai sedia kala dan tanah yang cuilan atas dikembalikan setelah dicampur dengan 3 blek (1 blek kurang lebih 20 liter) pupuk sangkar yang sudah matang, dan kira-kira 4 pekan dan tanah yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah mulai menurun gres rambutan ditanam dan tidak perlu terlalu dalam secukupnya, maksudnya batas antara akar dan batang rambutan diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya.

3.3.4. Lain-lain
Pada awal penanaman di kebun perlu diberi proteksi yang rangkanya dibuat dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah Timur, semoga tumbuhan mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, dan untuk atapnya sanggup dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman dilakukan pada awal animo penghujan, semoga kebutuhan air sanggup dipenuhi secara alamiah.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Karena kondisi tanah telah gembur dan gampang tumbuhan lain akan tumbuh kembali terutama Gulma (tanaman pengganggu), menyerupai rumput-rumputan dan harus disiangi hingga radius 1-2 m sekeliling tumbuhan rambutan. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan.

3.4.2. Perempalan
Agar supaya tumbuhan rambutan mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah tumbuhan berumur 2 tahun segera dilakukan peempelan/ pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang juga mempunyai kegunaan memberi bentuk tanaman, memperbanyak dan mengatur produksi semoga tumbuhan tetap terpelihara. Pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir dengan impian muncul tajuk-tajuk gres sebagai tempat munculnya bunga gres pada animo berikutnya dan hasil berikutnya sanggup meningkat.

3.4.3. Pemupukan
Untuk menjaga semoga kesuburan lahan tumbuhan rambutan tetap stabil perlu diberikan pupuk secara terpola dengan aturan:
a. Pada tahun ke 2 setelah penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan adonan 30 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 germ ZK dengan cara ditaburkan disekeliling pohon/dengan jalan menggali disekeliling pohon sedalam 30 cm selebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan adonan tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya.
b. Tahun berikutnya perlu takaran pemupukan perlu ditambah dengan komposisi 50 kg pupuk kandang, 60 kg TSP, 150 gr Urea dan 250 gr ZK dengan cara pemupukan yang sama, apabila memakai pupuk NPK maka perbandingannya 15:15:15 dengan ukuran diantara 75-125 kg untuk setiap ha, dan bila ditabur dalam animo hujan dan dengan komposisi 250-350 kg apabila dilakukan ketika awal animo penghujan.

3.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Selama dua ahad pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman sanggup dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tumbuhan rambutan telah tumbuh benar-benar besar lengan berkuasa frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang sanggup dilakukan saat-saat diharapkan saja. Dan bila turunterlalu lebat diusahakan semoga sekeliling tumbuhan tidak tegenang air dengan cara menciptakan lubang susukan untuk mengalirkan air.

3.4.5. Waktu Penyemprotan Pestisida
Guna mencegah kemungkinan tumbuhnya penyakit/hama lantaran kondisi cuaca/hewan-hewan perusak maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida umumnyadilakukan antara 15-20 hari sebelum panen dan juga apabila kelembaban udara terlalu tinggi akan tumbuh cendawan, apabila animo penghujan mulai datang perlu disemprot fungisida beberapa kali selama animo hujan pestisida dan insektisida

3.4.6. Pemeliharaan Lain
Untuk memacu munculnya bunga rambutan diharapkan larutan KNO¦ (Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNO¦ dan juga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga (tandan) rambutan pada setiap stadium (tahap perkembangan) serta mempercepat pertumbuhan buah rambutan.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1 Hama
Hama tumbuhan rambutan berupa serangga menyerupai semut, kutu, kepik, kalong dan tupai serta hama lainya seperti, keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. misal: ulat penggerek buah (Dichocricic punetiferalis) warna kecoklat-coklatan dengan ciri-ciri buah menjadi kering dan berwarna hitam, Ulat penggerek batang (Indrabela sp) menciptakan kulit kayu dan bisa menciptakan lobang sepanjang 30 cm, Ulat pemakan daun (Ploneta diducta/ulat keket) memakan daun-daun terutama pada animo kemarau. Ulat Jengkal (Berta chrysolineate) pemakan daun muda sehingga penggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning.

3.5.2. Penyakit
Penyakit tumbuhan rambutan disebabkan organisme semacam ganggang (Cjhephaleusos sp) yang diserang umumnya daun bau tanah dan muncul pada animo hujan dengan ciri-ciri adanya bercak-bercak kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan sporanya. Ganggang Chaphaleuros kesimbiose dengan lumut kerek (lichen) dan sanggup dijumpai pada daun dan batang rambutan, yang nampak menyerupai panu sehingga ranting yang diserang sanggup mati; Penyakit akar putih disebabkan oleh cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus dengan tanda rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar yang kena dikupas akan nampak warna kecoklatan.

3.5.3. Gulma
Segala macam flora pengganggu tumbuhan rambutan yang berbentuk rerumputan yang berada disekitar tumbuhan rambutan yang akan mengganggu pertumbuhan perkembangan bibit rambutan oleh lantaran itu perlu dilakukan penyiangan secara rutin.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Buah rambutan yang telah matang dengan ciri-ciri melihat warna yang disesuikan dengan jenis rambutan yang ada juga dengan mencium baunya serta yang terakhir dengan mencicipi rambutan yang sudah masak dibandingkan dengan rambutan yang belum masak, sanggup dipastikan bahwa pemanenan dilakukan sekitar bulan Nopember hingga Februari, juga sanggup dipengaruhi animo kemarau atau animo penghujan.

3.6.2. Cara Panen
Cara pemanenan yang terbaik ialah dipetik beserta tungkalnya yang sudah matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melaksanakan pemangkasan pohon semoga tidak menjadi rusak. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen semoga sanggup bertunas kembali cepat berbuah apabila pemetikan tidak terjangkau sanggup dilakukan dengan memakai galah untuk mengkait tangkai buah rambutan secara benar.

3.6.3. Periode Panen
Periode pemanenan buah rambutan dilakukan pada sekitar bulan Nopember hingga dengan Februari (masa animo penghujan). Dengan dicari buah yang masak dan yang belum masak supaya ditinggal dulu dan kemudian dipanen kembali

3.6.4. Prakiraan Produksi
Apabila penanganan dan pemeliharaan semenjak pembibitan hingga panen dilakukan secara baik dan benar serta memenuhi aturan yang ada maka sanggup diperkirakan mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap pohonnya sanggup mencapai hasil minimal 0,10 kuintal, dan maksimal dapan mencapai 1,75 kuintal setiap pohonnya.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah rambutan harus diikat secara baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan secara keseluruhan.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Tujuan penyortiran buah rambutan yang manis semoga harga jualnya tinggi, biasanya dipilih menurut ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi baik mutunya sanggup dicampur dengan buah yang besar dengan sama mutunya, yang biasanya dijual dalam bentuk ikatan dan perlu diingat bahwa dalam 1 ikatan diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Dan dilakukan sesuai dengan jenis rambutan, jangan dicampur adukkan dengan jenis yang lain.

3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan yang terbaik untuk mengawetkan buah rambutan biasanya dilakukan dengan jalan dibuat asinan/manisan dan dimasukkan dalam kaleng/botol atau sanggup juga dengan memakai kantong plastik. Hal ini sanggup menjaga kesterlilan dan ketahanan serta usang penyimpanannya.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Hasil jual sanggup tinggi tidak tergantung dari rasanya saja,tetapi pada kenampakandan cara pengikatannya,apabilaakan dijual tidak jauh dari lokasi maka cukup diikat dan kemudian di angkut dengan kendaraan/dimasukkan dalam karung. Untuk pengiriman dengan jarak yang agak jauh (antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan rambutan. Caranya di pak dengan memakai peti sebelum dipilih dan di pak sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air sabun dan dibilas kemudian dikeringkan, setelah dipisah dari tangkainya, apabila ada yang terkena jamur sebaiknya direndam dulu dengan larutan soda 1,5% selama 3-5 menit kemudian disikat dengan sikat yang lunak. Setelah itu disusun berderet berbentuk sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi dengan lumut/ sabut kelapa, setelah itu dilapisi dengan kertas minyak. Setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan kertas minyak dan dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup dengan papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibuat agak gembung, biasanya penempatan peti cuilan yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Untuk mendukung perhitungan analisis perjuangan tani rambutan secara konvensional ada beberapa hal yang perlu diketahui antara lain:
a. Tanaman rambutan dibudidayakan secara pencangkokan atau mengokulasi dengan jarak tanam 12-14 m sehingga populasi tumbuhan setiap hektar mencapai 1000 tanaman.
b. Varietas tumbuhan rambutan yang dibudidayakan merupakan jenis yang disukai konsumen.
c. Di lokasi penanaman diusahakan yang erat dengan sumber air, erat dengan sipekerja.
d. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yakni tenaga kerja laki-laki (HKP) dan tenaga kerja perempuan (HKW), dengan ongkostenaga kerja laki-laki lebih tinggi dari pada tenaga kerja perempuan dengan jam kerja per harinya 8 jam.
e. Budidaya rambutan dilakukan pada animo (Maret-September).

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Buah rambutan merupakan buah terkenal di daerah ASEAN, khususnya di tanh air dn di negara Jiran Malaysia tempat asal buah rambutan. Buah rambutan sanggup dikonsumsi pribadi (buah segar) ataupun diolah menjadi buah kalen dan manisan buah rambutan.
Rambutan selain sebagai buah segar yang digemari, hasil olahannya pun menjadi komoditi primadona yang mempunyai prospek cukup cerah di Asia dan di negara-negara lainnya. Pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri masih merupakan lahan pemasaran yang menjanjikan. Sehingga sangat tepat untuk membudidayakan buah rambutan secara intensif dengan didukung kondisi alam yang ada.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standard produksi ini meliputi: klasifikasi/penggolongan dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.

5.2. Diskripsi
Buah rambutan segar ialah buah dari tumbuhan rambutan (Nephelium lappaceum Linn) dalam tingkat ketuaan optimal, utuh, segar dan bersih. Standar buah rambutan di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3210-1992.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Buah rambutan segar untuk masing-masing kultvar, digolongkan dalam 2 buah jenis, yaitu: Mutu I dan Mutu II.
Klasifikasi menurut ukuran berat ialah sebagai berikut:
a) Binjai: besar maksimum 20 kg; kecil : > 20 kg
b) Lebak Bulus: besar maksimum 35 kg; kecil > 35 kg
c) Rapiah: besar maksimum 30 kg; kecil > 30 kg
d) Simacan: besar maksimum 40 kg; kecil > 40 kg
Persyaratan mutu untuk buah rambutan ialah sebagai berikut:
a) Keseragaman Kultivar: mutu I seragam; mutu II seragam
b) Keseragaman Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam
b) Tingkat Kesatuan Buah: mutu I tepat; mutu II kurang Tepat
c) Tingkat Kesegaran Buah: mutu I segar; mutu II kurang segar
d) Buah cacat/busuk: mutu I 0%; mutu II 0%
e) Bentuk ikatan: mutu I maksimum 10 cm; mutu II maksimum 10 cm
f) Bentuk buah lepas: mutu I maksimum. 0,5 cm; mutu II maksimum 0,5 cm
g) Kadar Kotoran: mutu I 0%; mutu II 0%
h) Serangga hidup/mati: mutu I tidak ada; mutu II tidak ada

5.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah rambutan segar terdiri dari maksimum 1.000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot.
a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5, teladan pengambilan semua
b) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6 s/d 100, teladan pengambilan sekurang-kurangnya 5
c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300, teladan pengambilan sekurang-kurangnya 7
d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301 s/d 500, teladan pengambilan sekurang-kurangnya 9
e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000, teladan pengambilan sekurang-kurangnya 10
Petugas pengambil teladan harus orang yang memenuhi persyaratan yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu tubuh hukum.

5.5. Pengemasan
Buah rambutan segar disajikan dalam bentuk ikatan atau lepas, dibungkus materi kertas, jaring plastik atau materi laian yang sesuai, kemudian dikemas dengan keranjang bambu atau kotak karton/kayu/bahan lain yang sesuai dengan atau tanpa penyangga, dengan berat higienis maksimum 10 kg.
Pada cuilan luar kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain :
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang/kultivar.
c) Golongan ukuran.
d) Jenis mutu.
e) Nama perusahaan/eksportir.
f) Berat bersih/kotor.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Mahisworo, Kusno Susanto dan Agustinus Anung, Bertanam Rambutan; Jakarta: Penebar Swadaya, 1991, cet ke-3. 80p; 21 cm.
b) Rahardi F.; Rina Nirwan S. dan Iman Satyawibawa, Agribisnis tumbuhan perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya, 1994. Vi + 67p; ilus.; 21 p.


Demikianlah Artikel Budidaya Flora Buah Rambutan

Sekianlah artikel Budidaya Flora Buah Rambutan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Flora Buah Rambutan dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-flora-buah-rambutan.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel