Budidaya Tanaman Buah Salak

Budidaya Tanaman Buah Salak - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Buah Salak, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel lainnya, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Buah Salak
link : Budidaya Tanaman Buah Salak

Baca juga


Budidaya Tanaman Buah Salak

Salak
( Salacca edulis )

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Tanaman salak merupakan salah satu tumbuhan buah yang disukai dan mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Daerah asal nya tidak jelas, tetapi diduga dari Thailand, Malaysia dan Indonesia. Ada pula yang menyampaikan bahwa tumbuhan salak (Salacca edulis) berasal dari Pulau Jawa. Pada masa penjajahan biji-biji salak dibawa oleh para saudagar hingga menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan hingga ke Filipina, Malaysia, Brunei dan Muangthai.

1.2. Sentra Penanaman
Tanaman salak banyak terdapat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Bali, NTB dan Kalimantan Barat.

1.3. Jenis Tanaman
Di dunia ini dikenal salak liar, menyerupai Salacca dransfieldiana JP Mo-gea; S. magnifera JP Mogea; S. minuta; S. multiflora dan S. romosiana. Selain salak liar itu, masih dikenal salak liar lainnya menyerupai Salacca rumphili Wallich ex. Blume yang juga disebut S. wallichiana, C. Martus yang disebut rakum/kumbar (populer di Thailand) sebagai pembuat masam segar pada masakan. Kumbar ini tidak berduri, bunganya berumah 2 (dioeciious). Salak termasuk famili: Palmae (palem-paleman), monokotil, daun-daunnya panjang dengan urat utama besar lengan berkuasa menyerupai pada kelapa yang disebut lidi. Seluruh pecahan daunnya berduri tajam Batangnya pendek, lama-kelamaan meninggi hingga 3 m atau lebih, alhasil roboh tidak bisa membawa beban mahkota daun terlalu berat (tidak sebanding dengan batangnya yang kecil).
Banyak varietas salak yang bisa tumbuh di Indonesi. Ada yang masih muda sudah terasa manis, Varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah untuk dikembangkan ialah: salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, gula watu (Bali), dan lain-lain. Sebenarnya jenis salak yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yang menyolok, yakni: salak Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3 butir, salak Bali Slacca amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir, dan salak Padang Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis salak itu mempunyai nilai komersial yang tinggi.

1.4. Manfaat Tanaman
Buah salak hanya dimakan segar atau dibentuk manisan dan asinan. Pada ketika ini manisan salak dibentuk beserta kulitnya, tanpa dikupas. Batangnya tidak sanggup digunakan untuk materi bangunan atau kayu bakar. Buah matang disajikan sebagai buah meja. Buah segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau telah dilepas (petilan). Buah salak yang dipetik pada bulan ke 4 atau ke 5 biasanya untuk dibentuk manisan.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Tanaman ssalak sesuai bila ditanam di kawasan berzona iklim Aa bcd, Babc dan Cbc. A berarti jumlah bulan berair tinggi (11-12 bulan/tahun), B: 8-10 bulan/tahun dan C : 5-7 bulan/tahun.
b. Salak akan tumbuh dengan baik di kawasan dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban yang tinggi.
c. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70%, lantaran itu diharapkan adanya tumbuhan peneduh.
d. Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi, tetapi tidak tahan genangan air.

2.2. Tanah
a. Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab.
b. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak yaitu 4,5 - 7,5. Kebun salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi.

2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tumbuhan salak yaitu penggunaan hibrida dan bermutu. Tanaman salak merupakan tumbuhan tahunan, lantaran itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat jelek dalam pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan memperlihatkan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan kembali lantaran adanya kerugian dalam perjuangan tani. Untuk menghindari duduk kasus tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan salak yang baik. Pembibitan salak sanggup berasal dari biji (generatif) atau dari anakan (vegetatif).
Pembibitan secara generatif yaitu pembibitan dengan memakai biji yang baik diperoleh dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah, berbuah sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tumbuhan baik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta imbas lingkungan yang kurang menguntungkan.
Keuntungan perbanyakan bibit secara generatif:
a) sanggup dikerjakan dengan gampang dan murah
b) diperoleh bibit yang banyak
c) tumbuhan yang dihasilkan tumbuh lebih sehat dan hidup lebih lama
d) untuk transportasi biji dan penyimpanan benih lebih mudah
e) tumbuhan yang dihasilkan mempunyai perakaran besar lengan berkuasa sehingga tahan rebah dan kekeringan
f) memungkinkan diadakan perbaikan sifat dalam bentuk persilangan.
Kekurangan perbanyakan secara generatif:
a) kualitas buah yang dihasilkan tidak persis sama dengan pohon induk lantaran mungkin terjadi penyerbukan silang
b) agak sulit diketahui apakah bibit yang dihasilkan jantan atau betina.

3.1.1. Persyaratan Bibit
Untuk mendapat bibit yang baik harus dilakukan seleksi terhadap biji yang akan dijadikan benih. Syarat-syarat biji yang akan dijadikan benih :
a) Biji berasal dari pohon induk yang memenuhi syarat.
b) Buah yang akan diambil bijinya harus di petik pada waktu cukup umur.
c) Mempunyai daya tumbuh minimal 85 %.
d) Besar ukuran biji seragam dan tidak cacat.
e) Biji sehat tidak terjangkit hama dan penyakit.
f) Benih murni dan tidak tercampur dengan kotoran lain.

3.1.2. Penyiapan Bibit
a. Bibit dari Biji:
1. Biji salak dibersihkan dari sisa-sisa daging buah yang masih melekat.
2. Rendam dalam air higienis selama 24 jam, kemudian dicuci.
b. Bibit dari Anakan:
1. Pilih anakan yang baik dan berasal dari induk yang baik
2. Siapkan potongan bambu, kemudian diisi dengan media tanah

3.1.3. Teknik Penyemaian Bibit
a. Bibit dari Biji:
1. Biji salak yang telah direndam dan dicuci, masukkan kedalam kantong plastik yang sudah dilubangi (karung goni basah), kemudian diletakkan di tempat teduh dan lembab hingga kecambah berumur 20-30 hari
2. Satu bulan kemudian diberi pupuk Urea, TSP dan KCl, masing-masing 5 gram, tiap 2-3 ahad sekali
3. Agar kelembabannya terjaga, lakukan penyiraman setiap hari
b. Bibit dari Anakan dengan pesemaian kolam kayu:
1. Buat kolam kayu dengan ukuran tinggi 25 cm, lebar dan panjang diubahsuaikan dengan kebutuhan
2. Diisi dengan tanah subur dan gembur setebal 15-20 cm
3. Diatas tanah diiisi pasir setebal 5-10 cm
4. Arah pesemaian Utara Selatan dan diberi naungan menghadap ke Timur
5. Benih direndam dalam larutan hormon menyerupai Atonik selama 1 jam, konsentrasi larutan 0,01-0,02 cc/liter air
6. Tanam biji pada kolam pesemaian dengan jarak 10 x 10 cm
7. Arah biji dibenamkan dengan posisi tegak, miring/rebah dengan mata tunas berada dibawah.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Untuk pembibitan dari biji, media pembibitan yaitu polybag dengan ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan tanah campur pupuk sangkar dengan perbandingan 2:1. Setelah bibit atau kecambah berumur 20-30 hari gres bibit dipindahkan ke polibag.
Pembibitan dengan sistem anakan, bambu diletakkan sempurna di bawah anakan salak, kemudian disiram setiap hari. Setelah 1 bulan akar telah tumbuh dan anakan dipisahkan dari induknya, kemudian ditanam dalam polybag. Pupuk Urea, TSP, KCl diberikan 1 bulan sekali sebanyak 1 sendok teh.

3.1.5. Pemindahan Bibit
Untuk bibit dari biji, sehabis bibit salak berumur 4 bulan gres dipindahkan ke lahan pertanian. Untuk persemaian dari anakan, sehabis 6 bulan bibit gres bisa dipindahkan ke lapangan.

3.2. Pengolahan Lahan
3.2.1. Persiapan
Penetapan areal untuk perkebunan salak harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan sumber air.

3.2.2. Pembukaan Lahan
a) Membongkar tumbuhan yang tidak diharapkan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.
b) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibentuk dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dengan jarak tanam 1 x 4 m; 2 x 2 m atau 1,5 x 2,5 m. Ukuran lubang sanggup juga dibentuk 50 x 50 x 40 cm, dengan jarak antar 2 x 4 m atau 3 x 4 m. Setiap lubang diberi pupuk sangkar yang telah jadi sebanyak 10 kg.

3.3.2. Cara Penanaman
Biji ditanam pribadi dalam lubang sebanyak 3- 4 biji per lubang. Sebulan kemudian biji mulai tumbuh

3.3.4. Lain-lain
Untuk menghindari sinar matahari penuh, tumbuhan salak ditanam di bawah tumbuhan peneduh menyerupai tumbuhan kelapa, durian, lamptoro dan sebagainya. Apabila lahan masih belum ada tumbuhan peneduh, sanggup ditanam tumbuhan peneduh sementara menyerupai tumbuhan pisang. Jarak tanam pohon peneduh diubahsuaikan berdasarkan ukuran luas tajuk contohnya kelapa ditanam dengan jarak 10 x 10 m, durian 12 x 12 m dan lamtoro 12 x 12 m.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
Setelah selesai ditanam, tumbuhan salak perlu dipelihara dengan benar dan teratur sehingga diperoleh produksi kebin yang baik dan produktif. Pemeliharaan ini dilakukan hingga berakhirnya masa produksi tumbuhan salak.

3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Untuk memperoleh buah yang berukuran besar, maka bila tandan sudah mulai rapat perlu dilakukan penjarangan. Biasanya penjarangan dilakukan pada bulan ke 4 atau ke 5.
Penyulaman dilakukan pada tumbuhan muda atau yang gres ditanam, tetapi mati atau pertumbuhannya kurang anggun atau kerdil, atau contohnya terlalu banyak tumbuhan betinanya. Untuk keperluan penyulaman kita perlu tumbuhan cadangan (biasanya perlu disediakan 10%) dari jumlah keseluruhan, yang seumur dengan tumbuhan lainnya. Awal ekspresi dominan hujan sangat sempurna untuk melaksanakan penyulaman. Tanaman cadangan dipindahkan dengan cara putaran, yaitu mengikutsertakan sebagian tanah yang menutupi kawasan perakarannya. Sewaktu membongkar tanaman, pecahan pangkal serta tanahnya kita bungkus dengan plastik semoga akar-akar di pecahan dalam terlindung dari kerusakan, dilakukan dengan hati-hati.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan yaitu membuang dan memebersihan rumput-rumput atau tumbuhan pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu yang lazim di sebut gulma ini bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tumbuhan salak dalam memperebutkan unsur hara dan air.
Penyiangan pertama dilakukan pada ketika tumbuhan berumur 2 bulan sehabis bibit ditanam, penyiangan berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali hingga tumbuhan berumur setahun. Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 2 kali dalam satu tahun, dilakukan pada awal dan selesai ekspresi dominan penghujan.

3.4.3. Pembubunan
Sambil melaksanakan penyiangan, dilakukan pula penggemburan dan pembumbunan tanah ke pokok tumbuhan salak. Hal ini dilakukan untuk menghemat ongkos kerja juga untuk efisiensi perawatan. Tanah yang digemburkan dicangkul membentuk gundukan atau bumbunan yang berfungsi untuk menguatkan akar dan batang tumbuhan salak pada tempatnya. Bumbunan jangan hingga merusak parit yang ada.

3.4.4. Perempalan dan Pemangkasan
Daun-daun yang sudah renta dan tidak bermanfaat harus dipangkas. Juga daun yang terlalu rimbun atau rusak diserang hama. Tunas-tunas yang terlalu banyak harus dijarangkan, terutama mendekati saat-saat tumbuhan berbuah (perempalan). Dengan pemangkasan, rumpun tumbuhan salak tidak terlalu rimbun sehingga kebun yang lembab serta pengap akhir sirkulasi udara yang kurang lancar diperbaiki. Pemangkasan juga membantu penyebaran makanan semoga tidak hanya ke daun atau pecahan vegetatif saja, melainkan juga ke bunga, buah atau pecahan generatif secara seimbang.
Pemangkasan dilakukan setiap 2 bulan sekali, tetapi pada ketika mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan kita lakukan lebih sering, yaitu 1 bulan 1 kali.
Apabila dalam rumpun salak terdapat beberapa anakan, lakukanlah pengurangan anakan menjelang tumbuhan berbuah. Satu rumpun salak cukup kita sisakan 1 atau 2 anakan. Jumlah anakan maksimal 3-4 buah pada 1 rumpun. Bila lebih dari itu anakan akan mengganggu produktivitas tanaman.
Pemangkasan daun salak sebaiknya hingga pada pangkal pelepahnya. Jangan hanya memotong setengah atau sebagian daun, alasannya yaitu pecahan yang disisakan bersama-sama sudah tidak ada gunanya bagi tanaman.
Pemangkasan pada ketika lewat panen harus tetap dilakuakan. Alat pangkas sebaiknya memakai golok atau gergaji yang tajam. Pemangkasan yang dilaksanakan pada waktu dan cara yang sempurna akan membantu tumbuhan tumbuh baik dan optimal.

3.4.5. Pemupukan
Semua materi yang diberikan pada tumbuhan dengan tujuan memberi pemanis unsur hara untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tumbuhan disebut pupuk. Ada pupuk yang diberikan melalui kawasan perakaran tumbuhan (pupuk akar). Pupuk yang diberikan dengan cara penyemprotan lewat daun tumbuhan (pupuk daun). Jenis pupuk ada 2 macam: pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yaitu pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, debu tanaman, tepung darah dan sebagainya. Pupuk anorganik adalah: Ure, TSP, Kcl, ZA, NPK Hidrasil, Gandasil, Super Fosfat, Bay folan, Green Zit, dan sebagainya. Pupuk organik yang sering diberikan ke tumbuhan salak yaitu pupuk kandang.
Umur tumbuhan :
a) 0-12 bulan (1 x sebulan): Pupuk sangkar 1000, Urea 5 gram, TSP 5 gram, KCl 5 gram.
b) 12-24 bulan (1 x 2 bulan): Urea 10 gram, TSP 10 gram, KCl 10 gram.
c) 24-36 bulan (1 x 3 bulan): Urea 15 gram, TSP 15 gram, KCl 15 gram.
d) 36-dst (1 x 6 bulan): Urea 20 gram, TSP 20 gram, KCl 20 gram.

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Air hujan yaitu siraman alami bagi tanaman, tetapi sulit untuk mengatur air hujan semoga sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Air hujan sebagian besar akan hilang lewat penguapan, perkolasi dan fatwa permukaan. Sebagian kecil saja yang tertahan di kawasan perakaran, air yang tersisa ini sering tidak memenuhi kebutuhan tanaman. Dalam budidaya salak, selama pertumbuhan, kebutuhan akan air harus tercukupi, untuk itu kita perlu memberi air dengan waktu, cara dan jumlah yang sesuai.

3.4.7. Pemeliharaan Lain
Setelah ditanam di kebun kita buatkan penopang dari bambu atau kayu untuk menjaga semoga tumbuhan tidak roboh.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Kutu wol /putih (Cerataphis sp.)
Hama ini bersembunyi di sela-sela buah.
b. Kumbang penggerek tunas (Omotemnus sp..)
c. Kumbang penggerek batang
Menyerang ujung daun yang masih muda (paling muda), kemudian akan masuk ke dalam batang. Hal ini tidak menimbulkan kematian tanaman, tetapi akan tumbuh anakan yang banyak di dalam batang tersebut. Pengendalian: dimatikan atau dengan cara meneteskan larutan insektisida (Diazenon) dengan takaran 2 cc per liter pada ujung daun yang terjangkit atau dengan cara menyemprot. Dalam hal ini diusahakan insektisida sanggup masuk ke dalam bekas lubang yang digerek. Memasukkan kawat yang ujungnya lancip ke dalam lubang yang dibentuk kumbang hingga mengenai hama.
d. Babi hutan, tupai, tikus dan luwak
Pengendalian: (1) untuk memberantas babi hutan, dilaksanakan dengan penembakan khusus, atau memagari kebun salak dengan salak-salak jantan yang rapat. Akan lebih baik lagi kalau memagari kebun salak dengan kawat berduri; (2) untuk memberantas Tikus, digunakan Zink phosphit, klerat dan lain-lain; (3) untuk memberantas Luwak dan Tupai, sanggup digunakan umpan buah pisang yang dimasuki Furadan 3 G. Caranya: buah pisang dibelah, kurang lebih 0,5 gram Furadan dimasukkan ke dalamnya, kemudian buah pisang tersebut dijahit dan dijadikan umpan.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit yang sering menyerang salak yaitu sebangsa cendawan putih,
Gejala: busuknya buah. Buah yang terjangkit penyakit ini kualitasnya jadi menurun, lantaran warna kulit salak jadi tidak menarik. Pengendalian: mengurangi kelembaban tanah, yaitu mengurangi pohon-pohon pelindung.
b. Noda hitam
Penyebab: cendawan Pestalotia sp. Gejala: adanya bercak-bercakhitam pada daun salak.
c. Busuk merah (pink)
Penyebab: cendawan Corticium salmonicolor. Gejala: adanya pembusukan pada buah dan batang. Pengendalian: tumbuhan yang sakit dan daun yang terjangkit harus dipotong dan dibakar di tempat tertentu.

3.5.3. Gulma
Di beberapa tempat di Pulau Jawa, lahan salak dibangun di bekas persawahan. Sehingga otomatis gulma yang merajai kebun yaitu gulma-gulma yang biasa terdapat di sawah. Karena lahan sawah yang biasa tergenang air dikeringkan dan dibumbun tanahnya maka gulma yang bisa bertahan yaitu gulma berdaun sempit dan tumbuh menjalar yang sedikit sekali terdapat di sawah. Gulma yang berbatang kurus tegak, berdaun panjang yang umumnya di persawahan kurang bisa bertahan. Itulah sebabnya mengapa gulma di lahan bekas persawahan relatif lebih sedikit. Pengendalian secara manual dengan dikored atau dicangkul pun sudah memadai.
Pemberantasan gulma secara kimia di kebun-kebun salak belum lazim dilaksanakan. Untuk lahan yang tidak seberapa luas, para petani masih memakai cara manual (mencabuti rumput-rumputan dengan tangan, dikored atau dicangkul). Bila lahan salak cukup luas, serta gres dibuka, gulma yang terdapat tentu banyak sekali dan sulit diberantas hanya dengan cara manual. Untuk situasi menyerupai ini perlu memakai herbisida, alasannya yaitu biaya tenaga kerja relatif murah dan hasilnya lebih cepat. Reaksi materi kimia dalam membunuh tumbuhan liar juga sangat cepat. Herbisida mempunyai pengruh negatif, alasannya yaitu racun yang dikandungnya sanggup membahayakan mahluk hidup lain termasuk ternak dan manusia. Herbisida yang akan digunakan perlu sesuai dengan jenis gulma yang akan diberantas. Pilihan yang kurang sempurna akan memboroskan biaya. Gulma dari golongan rumput-rumputan sanggup dibasmi dengan herbisida Gramoxone, Gesapas, Basta atau Diuron. Dari golongan teki-tekian sanggup diberantas dengan Goal. Alang-alang sanggup dibasmi dengan Round-up atau Sun-up. Sedangkan tumbuhan yang berdaun lebar sanggup diatasi dengan Fernimine. Ada juga herbisida yang sanggup memberantas beberapa jenis gulma.

3.6. Panen
Mutu buah salak yang baik diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat kemasakan yang baik. Buah salak yang belum masak, bila dipungut akan terasa sepet dan tidak manis. Maka pemanenan dilakukan dengancara petik pilih, disinilah letak kesukarannya. Kaprikornus kita harus benar-benar tahu buah salak yang sudah renta tetapi belum masak.

3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Buah salak sanggup dipanen sehabis matang benar di pohon, biasanya berumur 6 bulan sehabis bunga mekar (anthesis). Hal ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Tanda buah yang sudah tua, berdasarkan sumber lain adalah: warnanya mengkilat (klimis), bila dipetik gampang terlepas dari tangkai buah dan beraroma salak.

3.6.2. Cara Panen
Cara memanen: lantaran buah salak masaknya tidak serempak, maka dilakukan petik pilih. Yang perlu diperhatikan dalam pemetikan apakah buah salak tersebut akan disimpan usang atau segera dimakan. Bila akan disimpan usang pemetikan dilakukan pada ketika buah salak renta (Jawa: gemadung), jadi jangan terlalu renta dipohon. Buah salak yang masir tidak tahan usang disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengan cara memotong tangkai tandannya.

3.6.3. Periode Panen
Tanaman salak dalam masa panennya terdapat 4 musim:
a. Panen raya pada bulan Nopember, Desember dan Januari
b. Panen sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli
c. Panen kecil pada bulan-bulan Pebruari, Maret dan April.
d. Masa kosong/istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober. Bila pada bulan-bulan ini ada buah salak maka dinamakan buah slandren. Menurut sumber lain panen besar buah salak yaitu antara bulan Oktober - Januari.

3.6.4. Prakiraan Produksi
Dalam budidaya tumbuhan salak, hasil yang sanggup dicapai dalam satu ekspresi dominan tanam yaitu 15 ton per hektar.

3.7. Pascapanen
Seperti buah-buahan lainnya, buah salak gampang rusak dan tidak tahan lama. Kerusakan ditandai dengan wangi busuk dan daging buah menjadi lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses hidupnya berupa proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan perombakan fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik). Sehingga buah salak tidak sanggup disimpan usang dalam keadaan segar, maka diharapkan penanganan pascapanen.

3.7.1. Pengumpulan
Gudang pengumpulan berfungsi sebagai tempat peserta buah salak yang berasal dari petani atau kebun. Dalam gudang pengumpulan ini dilakukan: sortasi, grading dan pengemasan.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Sortasi/pemilihan bertujuan untuk menentukan buah yang baik, tidak cacat, dan layak ekspor. uga bertujuan untuk membersihkan buah-buah dari banyak sekali materi yang tidak berkhasiat menyerupai tangkai, ranting dan kotoran. Bahan-bahan tersebut dipotong dengan pisau, sabit, gunting pangkas tajam tidak berkarat sehinga tidak menimbulkan kerusakan pada buah.
Grading/penggolongan bertujuan untuk:
a). mendapat hasil buah yang seragam (ukuran dan kualitas)
b). mempermudah penyusunan dalam wadah/peti/alat kemas
c). mendapat harga yang lebih tinggi
d). merangsang minat untuk membeli
e). semoga perhitungannya lebih mudah
f). untuk menaksir pendapatan sementara.
Penggolongan ini sanggup berdasarkan pada : berat, besar, bentuk, rupa, warna, corak, bebas dari penyakit dan ada tidaknya cacat/luka. Semua itu dimasukkan kedalam kelas dan golongan sendiri-sendiri.
a. Salak mutu AA (betul-betul super, kekuningan, 1kg= 12 buah)
b. Salak mutu AB (tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, dan sehat)
c. Salak mutu C (untuk manisan, 1kg = 25 - 30 buah)
d. Salak mutu BS (busuk atau 1/2 pecah), tidak dijual.

3.7.3. Pengemasan dan Pengangkutan
Tujuan pengemasan yaitu untuk melindungi buah salak dari kerusakan, mempermudah dalam penyusunan, baik dalam pengangkutan maupun dalam gudang penyimpanan dan untuk mempermudah perhitungan. Ada pengemasan untuk buah segar dan untuk manisan salak.
Pengemasan untuk buah segar:
a). alat pengemas harus berlubang
b). harus kuat, semoga buah salak terlindung tekanan dari luar
c). sanggup diangkut dengan mudah
d). ukuran pengemas harus diubahsuaikan dengan jumlah buah.
Pengemasan untuk manisan salak: dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat yang telah dipastursasi sehingga semua mikroba menyerupai jamur, ragi, basil dan enzim sanggup mati dan tidak akan menimbulkan proses pembusukan. Untuk manisan yang dikeringkan, umumnya dikemas dalam plastik.
Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan dan distribusi buah-buahan. Syarat-syarat pengangkutan untuk buah-buahan:
a) Pengangkutan harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
b) Pengemasan dan kondisi pengangkutan yang sempurna untuk menjamin terjaganya mutu yang tinggi.
d) Harapan adanya laba yang cukup dengan memakai akomodasi pengangkutan yang memadai.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Prakiraan anilisis budidaya salak dengan luas lahan 1 ha selama masa produksi 5 tahun di kawasan Jawa Barat tahun 1999.
  1. Biaya produksi
    1. Bibit
      - Bibit salak 2.000 pohon/ha @ Rp 15.000,-
    2. Pupuk
      - Pupuk sangkar 20 ton @ Rp. 150.000,-
      - Urea tahun ke-1, 150 kg @ Rp. 1.500,-
      - Urea tahun ke-2, 150 kg
      - Urea tahun ke-3, 150 kg
      - Urea tahun ke-4, 100 kg
      - Urea tahun ke-5, 100 kg
      - TSP tahun ke-1, 150 kg @ Rp.1.800,-
      - TSP tahun ke-2, 150 kg
      - TSP tahun ke-3, 150 kg
      - TSP tahun ke-4, 100 kg
      - TSP tahun ke-5, 100 kg
      - KCl tahun ke-1, 150 kg @ Rp. 1.650,-
      - KCl tahun ke-2, 150 kg
      - KCl tahun ke-3, 150 kg
      - KCl tahun ke-4, 100 kg
      - KCl tahun ke-5, 100 kg
    3. Obat dan pestisida : tahun ke-1 s.d. tahun ke-5
    4. Peralatan
    5. Tenaga kerja
      - Penanaman
      - Pengolahan tanah
      - Penyulaman
      - Penyiangan: tahun ke-1 s.d. tahun ke-5
      - Pemangkasan tahun ke-1 s.d. tahun ke-5
      - Pemberantasan hama/penyakit tahun ke-1 s.d. tahun ke-5
      - Pemupukan tahun ke-1 s.d. tahun ke-5
      - Panen dan pascapanen tahun ke-2
      - Panen dan pascapanen tahun ke-3
      - Panen dan pascapanen tahun ke-4
      - Panen dan pascapanen tahun ke-5
      Jumlah biaya produksi selama 5 tahun
  2. Pendapatan
    1. Produksi tahun ke-2 rata-rata 1 kg/pohon @ Rp. 4.250,-
    2. Produksi tahun ke-3 rata-rata 1,5 kg/pohon
    3. Produksi tahun ke-4 rata-rata 1,5 kg/pohon
    4. Produksi tahun ke-2 rata-rata 2 kg/pohon
      Jumlah pendapatan selama 5 tahun
  3. Keuntungan
    1. Keuntungan dalam 5 tahun
    2. Keuntungan rata-rata per tahun
  4. Parameter kelayakan usaha
    1. B/C ratio


Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.


30.000.000,-

3.000.000,-
225.000,-
225.000,-
225.000,-
150.000,-
150.000,-
270.000,-
270.000,-
270.000,-
180.000,-
180.000,-
247.500,-
247.500,-
247.500,-
165.000,-
165.000,-
500.000,-
600.000,-

700.000,-
1.400.000,-
105.000,-
315.000,-
210.000,-
210.000,-
420.000,-
525.000,-
700.000,-
700.000,-
875.000,-
43.477.500,-

8.500.000,-
12.750.000,-
12.750.000,-
17.000,000,-
51.000.000,-

7.522.500,-
1.504.500,-

= 1,17

4.2. Analisis Agrobisnis
Sebagai tumbuhan orisinil Indonesia salak mempunyai masa depan yang cerah untuk dikembangkan baik untuk memenuhi pasaran lokal ataupun pasaran luar negeri. Di Indonesia produksi buah ini mengalami peningkatan yang tajam dari tahun 1983-1987. Bila di tahun 1983 produksinya hanya 52.014 ton dan menurun sedikit di tahun 1984 menjadi 46.456 ton, maka tahun-tahun berikutnya produksi buah salak melonjak dengan sangat pesat. Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih banyak dari produksi tahun 1983. Akan tetapi, produksi pada tahun 1988 dan tahun 1989 mengalami penurunan. Data pada tabel di bawah ini.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar ini mencakup syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan pola dan cara pengemasan salak.

5.2. Diskripsi
Salak yaitu buah dari tanamn salak (Salacca adulia Reinw) dalam keadaan cukup tua, utuh, segar dan bersih. Standar mutu salak di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3167-1992.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Jenis mutu salak dalam tiga ukuran, yaitu ukuran besar, sedang dan kecil. Berdasarkan berat, masing-masing digolongkan menjadi dua jenis mutu yaitu Mutu I dan Mutu II, ukuran besar, berat 61 gram atau lebih per buah, ukuran sedang, berat 33 - 60 gram per buah dan ukuran kecil, berat 32 gram atau kurang per buah.
a) Tingkat Ketuaan: mutu I seragam tua, mutu II tidak terlalu matang, cara uji organoleptik
b) Kekerasan: mutu I keras, mutu II keras, cara uji organoleptik
c) Kerusakan Kulit Buah: mutu I kulit buah utuh, mutu II utuh , cara uji Organoleptik
d) Ukuran: mutu I seragam, mutu II seragam, cara uji SP-SMP-310-1981
e) Busuk (bobot/bobot) : mutu I 1%, mutu II 1 %, cara uji SP-SMP-311-1981
f) Kotoran: mutu I bebas, mutu II bebas, cara uji organoleptik

5.4. Pengambilan Contoh
a. Salak Dalam Kemasan
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan menyerupai terlihat d bawah ini. Dari setiap kemasan diambil pola sebanyak 2 kg dari pecahan atas,tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (stratified random sampling) hingga diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisa.
1. Jumlah kemasan dalam partai (lot): s/d100, pola yang diambil 5.
2. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 101-300 pola yang diambil 7.
3. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 301-500 pola yang diambil 9.
4. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 501-1000 pola yang diambil 10.
5. Jumlah kemasan dalam partai (lot) >1000 pola yang diambil min 15.
b. Salak dalam Curah (in bulk)
Contoh diambil secara acak sesuai dengqan jumlah berat total menyerupai terlihat di bawah ini. Contoh-contoh tersebut yang diambil pecahan atas, tengah, bawah serta banyak sekali sudut dicampur, kemudian diacak bertingkat (stratified random sampling) hingga diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisa.
1. Jumlah berat lot (kg): < 200, pola yang diambil <10. 2. Jumlah berat lot (kg): 201-500, pola yang diambil 20. 3. Jumlah berat lot (kg): 501-1000, pola yang diambil 30. 4. Jumlah berat lot (kg): 1.001-5.000, pola yang diambil 60. 5. Jumlah berat lot (kg): > 5.000, pola yang diambil min. 100.
5.5. Pengemasan
Salak dikemas dalam besek, keranjang bambu, peti kayu ataupun kemasan lain yang sesuai dengan berat higienis maksimum 40 kg. Daun kering, kertas atau materi lain sanggup digunakan sebagai penyekat. Isi dari kemasan tidak melebihi tutupnya
Dibagian luar keranjang/kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain :
a) Nama barang
b) Jenis mutu
c) Nama/kode perusahaan/eksportir
d) Golongan ukuran
e) Berat bersih
f) Produksi Indonesia
g) Negara/tempat tujuan
h) Daerah asal

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Balai Informasi . (1992). Budidaya Tanaman Salak. LIPTAN Lembar Informasi . Palangkaraya-Kalimantan Tengah. Nopember.
b) Balai Informasi (1994-1995). Pembibitan Tanaman Salak. LIPTAN. Lembar Informasi . Sumatera Barat.
c) Departemen . (1995). Salak Pondoh. Proyek Informasi . Daerah spesial Yogyakarta.
d) Sunarjono, Hendro. (1998). Prospek Berkebun Buah. Jakarta, Penebar Swadaya.
e) Tim Penulis Penebar Swadaya. (1998). 18 Varietas Salak: Budidaya, Prospek Bisnis, Pemasaran. Jakarta, Penebar Swadaya.


Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Buah Salak

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Buah Salak kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Buah Salak dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-tanaman-buah-salak.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel