Budidaya Tanaman Buah Sawo

Budidaya Tanaman Buah Sawo - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Buah Sawo, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Buah-Buahan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Buah Sawo
link : Budidaya Tanaman Buah Sawo

Baca juga


Budidaya Tanaman Buah Sawo

Sawo
( Acrhras zapota. L )

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Sawo yang disebut neesbery atau sapodilas yaitu tumbuhan buah berupa yang berasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Mexico dan Hindia Barat. Namun di Indonesia, tumbuhan sawo telah usang dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataran rendah hingga tempat dengan ketinggian 1200 m dpl, ibarat di Jawa dan Madura.

1.2. Sentra Penanaman
Pengembangan budidaya sawo sudah meluas hampir di seluruh Indonesia. Pada tahun 1990 areal penanaman sawo terdapat di 22 propinsi, kecuali N.T.T, Maluku, Irian Jaya, dan Timor Timur. Provinsi yang termasuk katagori lima besar pusat produsen sawo pada tahun 1993 yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, dan Kalimantan Barat.
Produksi dan perdagangan mancanegara sawo manila sangat terkenal di Asia Tenggara. Data statistik memperlihatkan bahwa wilayah Asia Tenggara merupakan produsen utama buah sawo manila ini. Pada tahun 1987, Thailand menghasilkan 53.650 ton dari jumlah 18.950 ha, Filipina menghasilkan 11.900 ton dari lahan 4.780 ha, dan Semenanjung Malaysia menghasilkan 15.000 ton dari lahan 1.000 ha.

1.3. Jenis Tanaman
Tanaman sawo dalam taksonomi flora diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Ebenales
Famili : Sapotaceae
Genus : Achras atau Manilkara
Spesies : Acrhras zapota. L sinonim dengan Manilkara achras
Kerabat akrab sawo sanggup dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Sawo Liar atau Sawo Hutan
Kerabat akrab sawo liar antara lain: sawo kecik dan sawo tanjung. Sawo kecik atau sawo jawa (Manilkara kauki L. Dubard.) Sawo kecik dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias atau tumbuhan peneduh halaman. Tinggi pohon mencapai 15 - 20 meter, merimbun dan tahan kekeringan. Kayu pohonnya sangat manis untuk dibentuk gesekan dan harganya mahal. Sawo tanjung (Minusops elingi) mempunyai buah kecil-kecil berwarna kuning keungu-unguan, jarang dimakan, sering dipakai sebagai tumbuhan hias, atau tumbuhan pelindung di pinggir-pinggir jalan.
b. Sawo Budidaya
Berdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. Sawo Manilas
Buah sawo manila berbentuk lonjong, daging buahnya tebal, banyak mengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam kelompok sawo manila antara lain adalah: sawo kulon, sawo betawi, sawo karat, sawo malaysia, sawo maja dan sawo alkesa.
2. Sawo Apel
Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bundar atau bundar telur ibarat buah apel, berukuran kecil hingga agak besar, dan bergetah banyak. Termasuk dalam kelompok sawo apel adalah: sawo apel kelapa, sawo apel lilin dan sawo Duren

1.4. Manfaat Tanaman
Manfaat tumbuhan sawo yaitu sebagai masakan buah segar atau materi makan olahan ibarat es krim, selai, sirup atau difermentasi menjadi anggur atau cuka. Selain itu, manfaat lain tumbuhan sawo dalam kehidupan insan adalah:
a) Tanaman penghijauan di lahan-lahan kering dan kritis.
b) Tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga;
c) Tanaman penghasil getah untuk materi baku industri permen karet;
d) Tanaman penghasil kayu yang sangat manis untuk pembuatan perabotan rumah tangga.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a) Tanaman ini optimal dibudidayakan pada kawasan yang beriklim berair hingga kering.
b) Curah hujan yang dikehendaki yaitu 12 bulan berair atau 10 bulan berair dengan 2 bulan kering atau 9 bulan berair dengan 3 bulan kering atau 7 bulan berair dengan 5 bulan kering dan 5 bulan berair dengan 7 bulan kering atau membutuhkan curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun.
c) Tanaman sawo sanggup berkembang baik dengan cukup mendapat sinar matahari namun toleran terhadap keadaan teduh (naungan).
d) Tanaman sawo tetap sanggup berkembang baik pada suhu antara 22-32 derajat C.

2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang paling baik untuk tumbuhan sawo yaitu tanah lempung berpasir (latosol) yang subur, gembur, banyak materi organik, aerasi dan drainase baik. Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian cocok untuk ditanami sawo, ibarat jenis tanah andosol (daerah vulkan), alluvial loams (daerah pemikiran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung).
b. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk perkembangan tumbuhan sawo yaitu antara 6-7.
c. Kedalaman air tanah yang cocok untuk perkembangan tumbuhan sawo, yaitu antara 50 cm hingga 200 cm.

2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman sawo sanggup hidup baik di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga dengan ketinggian 1.200 m dpl. Tetapi ada daerah-daerah yang cocok sehingga tumbuhan sawo sanggup berkembang dan berproduksi dengan baik, yaitu dari dataran rendah hingga dengan ketinggian 700 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Bibit
Saat ini tumbuhan sawo sudah sanggup dikembangkan dalam dua tempat, yaitu di kebun dan di dalam pot. Bibit yang dipilih sebaiknya bibit yang berasal dari cangkok atau sambung, alasannya bibit yang berasal dari biji lambat dalam menghasilkan buah. Bibit dipilih yang sehat dengan daun yang kelihatan hijau segar dan mengembang tepat serta bebas hama dan penyakit. Bibit dari cangkok dipilih yang mempunyai cabang atau ranting yang manis dan sehat.

3.1.2. Penyiapan Bibit
Untuk memperoleh bibit tumbuhan sawo ada beberapa cara, contohnya dari biji, sambung, dan cangkok.
a. Pembenihan biji
Bibit yang berasal dari biji mempunyai perakaran yang berpengaruh dan dalam. Akan tetapi perbanyakan secara generatif hampir selalu memperlihatkan keturunan yang berbeda dengan induknya lantaran ada pencampuran sifat kedua tetua atau terjadi proses segregasi genetis. Tanaman sawo yang berasal dari biji mulai berbuah pada umur ± 7 tahun. Teknik pembibitan tumbuhan sawo dari biji melalui tahap tahap sebagai berikut:
1. Pemilihan buah
Pilih buah renta yang matang di pohon, sehat, bentuknya normal dan berasal dari pohon induk varietas unggul yang telah berbuah.
2. Pengambilan biji
- Belah buah menjadi beberapa bagian.
- Ambil dan kumpulkan biji-biji sawo yang baik saja, kemudian tampung dalam wadah.
- Cuci dalam air yang mengalir atau air yang disemprotkan hingga biji benar-benar bersih.
- Keringkan biji selama 3 hari hingga 7 hari semoga kadar air biji berkisar antara 12-14%.
- Masukkan biji ke dalam wadah tertutup rapat untuk disimpan beberapa waktu.
3. Pengecambahan benih
- Siapkan kolam pengecambahan yang telah diisi media pasir higienis setebal 10-15 cm.
- Sebarkan biji sawo pada permukaan media, kemudian tutup dengan pasir setebal 1-2 cm.
- Siram media dalam kolam pengecambahan dengan air higienis hingga cukup basah.
- Tutup permukaan kolam pengecambahan dengan lembaran plastik bening (tembus cahaya) untuk menjaga kestabilan kelembaban media.
- Biarkan biji berkecambah ditempat yang teduh selama 7 hari hingga 15 hari. Biji sawo yang telah berkecambah atau keluar akar sepanjang
2-5 mm sanggup segera dipindahsemikan.
b. Bibit Asal Enten (Grafting)
Penyambungan tumbuhan sawo sebagai batang atas dilakukan dengan tumbuhan ketiau atau melali (Bassia sp.) sebagai batang bawahnya. Metoda penyambungan yang dilakukan yaitu metoda sambung pucuk (top grafting). Tata laksana memproduksi bibit sawo dengan cara sambung pucuk (top grafting) yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan
Siapkan alat dan materi berupa pisau tajam, tali rafia atau lembar plastik, gunting, kantong plastik bening, batang bawah melali atau bassia umur 3-6 bulan atau berdiameter batang 0,3-0,7 cm, dan cabang atau tunas entres.
2. Pelaksanaan sambung pucuk
- Potong ujung batang tumbuhan bassia pada ketinggian 15-20 cm dari permukaan tanah.
- Sayat batang bawah membentuk celah atau aksara V sepanjang 3-5 cm.
- Sayat cabang entres sepanjang 4 cm membentuk baji seukuran sayatan batang bawah dan buang sebagian daunnya.
- Masukkan pangkal cabang entres ke celah batang bawah hingga pas benar.
- Ikat erat-erat hasil sambungan tadi dengan tali rafia atau lembaran plastik.
- Kerudungi hasil sambungan dengan kantong plastik bening selama 10-15 hari.
3. Pengakhiran
Hasil sambungan sanggup diperiksa sesudah 10 hari hingga 15 hari kemudian. Caranya yaitu dengan membuka kerudung kantong plastik, kemudian mata entres atau bidang sambungan diperiksa. Jika mata entres berwarna hijau dan segar berarti penyambungan berhasil. Sebaliknya, bila mata entres berwarna coklat dan kering berarti penyambungan gagal.
c. Bibit Cangkok
Perbanyakan tumbuhan secara vegetatif dengan cangkok paling umum dipraktekkan oleh pembibit tumbuhan tahunan, khususnya buah-buahan. Kelemahan bibit cangkok yaitu sistem perakaran kurang berpengaruh lantaran tidak mempunyai akar tunggang. Keuntungan perbanyakan tumbuhan dengan cangkok, antara lain yaitu sebagai berikut: (1) cangkok mempercepat kemampuan berbuah lantaran pada umur kurang dari satu tahun tumbuhan sudah mulai berbunga atau berbuah; (2) cangkok memperoleh kepastian kelamin serta sifat genetiknya sama dengan pohon induk; (3) Habitus tumbuhan pada umumnya pendek (dwarfing) sehingga memudahkan pemeliharaan dan panen. Tata laksana pembibitan tumbuhan sawo dengan cangkok yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan
Siapkan alat dan materi yang terdiri dari pisau, sabut kelapa atau lembaran plastik, tali pembalut, kotak alat, tali, media atau adonan tanah subur dengan pupuk sangkar (1:1), dan cabang yang cukup umur.
2. Pelaksanaan mencangkok
- Pilih cabang yang memenuhi persyaratan, yaitu berukuran cukup besar, tidak terlalu muda ataupun tua, pertumbuhannya baik, sehat dan tidak cacat, serta lurus.
- Tentukan tempat untuk keratan pada cuilan cabang yang licin.
- Buat dua keratan (irisan) melingkar cabang dengan jarak antara 3-5 cm.
- Lepaskan kulit cabang bidang keratan tadi.
- Kerik kambium hingga tampak kering.
- Biarkan bekas keratan mengering antara 3 hari hingga 5 hari.
- Olesi bidang sayatan dengan zat pengatur tumbuh akar, ibarat Rootone F.
- Ikat pembalut cangkok pada cuilan bawah keratan.
- Letakkan media pada bidang karatan sambil dipadatkan membentuk bulatan setebal ± 6 cm.
- Bungkus media dengan pembalut sabut kelapa atau lembaran plastik.
- Ikat ujung pembalut (pembungkus) di cuilan ujung keratan.
- Ikat cuilan tengah pembungkus cangkok, dan buat lubang-lubang kecil dengan cara ditusuk-tusuk lidi.
3. Pemotongan bibit cangkok
Setelah bibit cangkok memperlihatkan perakarannya (1,5-3,5 bulan dari pencangkokan), potong bibit cangkok dari pohon tepat dibawah bidang keratan.
4. Pendederan bibit cangkok
- Siapkan polybag berdiameter antara 15-25 cm atau sesuai dengan ukuran bibit cangkok.
- Isi polybag dengan media berupa adonan tanah dan pupuk sangkar matang (1:1) hingga mencapai setengah cuilan polybag.
- Lepaskan (buka) pembalut bibit cangkok.
- pangkas sebagian dahan, ranting, dan daun yang berlebihan untuk mengurangi penguapan.
- Tanamkan bibit cangkok tepat di tengah-tengah polybag sambil mengatur perakarannya secara hati-hati.
- Penuhi polybag dengan media hingga cukup penuh sambil memadatkan pelan-pelan pada cuilan pangkal batang bibit cangkok.
- Siram media dalam polybag dengan air higienis hingga cukup basah.
- Simpan bibit cangkok di tempat yang teduh dan lembab.
- Biarkan dan pelihara bibit cangkok selama 1-1,5 bulan semoga menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat dan tumbuh tunas-tunas dan akar baru.
- Pindah tanamkan bibit cangkok yang sudah tumbuh cukup berpengaruh ke kebun atau dalam pot.
5. Pengakhiran
Berhasil tidaknya cangkok sanggup diketahui sesudah 1,5-3,5 bulan kemudian. Berdasarkan pengalaman para pembibit tumbuhan buah-buahan, pembungkus (pembalut) cangkok yang berupa lembaran plastik lebih cepat menumbuhkan akar dibandingkan sabut kelapa.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
a. Pembuatan media persemaian
Persemaian sanggup dilakukan pada bedengan persemaian atau memakai polybag. Tata laksana penyiapan lahan persemaian berupa bedengan yaitu sebagai berikut:
1. Buat bedengan persemaian berukuran 100-150 cm, tinggi 30-40 cm, panjang tergantung keadaan lahan, dan jarak tanam antar bedengan 50-60 cm.
2. Sebarkan pupuk sangkar sebanyak 2 kg/m2 hingga 3 kg/m2 luas bedengan, kemudian campurkan merata dengan lapisan tanah atas.
3. Buat tiang-tiang persemaian setinggi 100-150 cm di sebelah dan 75-100 cm di sebelah barat, kemudian pasang palang-palang dan atap persemaian yang terbuat dari plastik atau daun kering.
4. Ratakan dan rapikan bedengan persemaian, kemudian siram dengan air higienis hingga cukup basah.
Tata cara penyiapan tempat semai dalam polybag yaitu sebagai berikut:
1. Siapkan polybag berdiameter 10-15 cm, media adonan tanah subur, pupuk sangkar halus (diayak), dan pasir (1:1:1), atau adonan tanah dengan pupuk sangkar (1:1).
2. Lubangi cuilan dasar polybag untuk pembuangan air.
3. Isikan media ke dalam polybag hingga cukup penuh.
4. Simpan polybag yang telah diisi media di tempat yang rata ibarat bedengan dan diberi naungan.
b. Penyemaian
1. Semaikan biji sawo yang sudah berkecambah (7-15 hari sesudah tahap pengecambahan biji) pada bedengan penyemaian atau dalam polybag sedalam 1-2 cm. Jarak semai antar biji yang disemai pada bedengan penyemaian diatur 10 cm x 10 cm atau 15 cm x 15 cm. Penyemaian dalam polybag cukup diisi satu butir biji sawo tiap polybag.
2. Siram media dengan air higienis hingga cukup basah.
3. Biarkan biji tumbuh menjadi bibit muda.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Tata laksana pemeliharaan bibit dalam tempat penyemaian yaitu sebagai berikut:
a. Lakukan penyiraman secara kontinu tiap hari 1 kali hingga 2 kali, atau tergantung pada cuaca dan keadaan media.
b. Pupuklah tumbuhan muda tiap 1 bulan hingga 3 bulan sekali dengan pupuk NPK (15-15-15 atau 16-16-16) sebanyak 10 gram hingga 25 gram, yang dilarutkan dalam 10 liter air untuk disiramkan pada media.
c. Lakukan penyemprotan pestisida bila ditemukan serangan hama dan penyakit dengan memakai takaran rendah (30-50% dari takaran anjuran).
d. Pindah tanamkan bibit dari bedengan persemaian secara cabutan ke dalam polybag, atau dari polybag usang ke polybag gres yang ukurannya lebih besar.
e. Pelihara bibit sawo hingga cukup besar atau setinggi 50-100 cm untuk siap ditanam.

3.1.5. Pemindahan Bibit
Bibit sawo yang telah siap dipindahkan yaitu bibit yang telah mencapai ketinggian 50-100 cm.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Penetapan areal untuk perkebunan sawo harus memperhatikan faktor fasilitas transportasi dan sumber air.

3.2.2. Pembukaan Lahan
a) Membongkar tumbuhan yang tidak dibutuhkan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.
b) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Untuk tujuan mendapat buah yang banyak, menanam sawo di kebun memang lebih tepat. Penanaman tidak hanya dilakukan dengan satu atau dua buah pohon, tetapi dalam jumlah yang banyak.
Tanaman sawo di kebun sanggup tumbuh besar dengan tajuk yang lebar. Mengingat hal ini maka penanaman sawo harus dilakukan dengan jarak yang tidak terlalu rapat antara tumbuhan yang satu dengan tumbuhan yang lain. Jarak tanam untuk sawo yang dianggap cukup yaitu 12 m x 12 m. Dengan jarak tanam ibarat ini, antara tumbuhan sawo yang satu dengan yang lain tidak bersentuhan yang sanggup menjadikan terganggunya pertumbuhan. Penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu demam isu penghujan.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dimaksudkan untuk membuat lingkungan yang lebih baik bagi bibit yang akan ditanam. Untuk itu tanah tempat penanaman dalam lubang tanam haru gembur lantaran sistem perakaran bibit yang masih lemah.
Lubang tanam untuk sawo sanggup dibentuk dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Tanah galian cuilan atas ± 30 cm dipisah dengan tanah cuilan bawah. Keduanya kemudian dicampur dengan pupuk sangkar sebanyak 20 kg hingga rata. Pupuk sangkar ini berfungsi sebagai pupuk dasar. Selama dua ahad lubang tanam ini dibiarkan terjemur sinar matahari.
Bila bibit telah siap, bisa pribadi ditanam di lubang tanam. Tetapi bila bibit belum siap tanam, maka tanah galian cuilan bawah dikembalikan ke bawah dan tanah galian atas dikembalikan ke cuilan atas. Sebagai tanda bahwa di tempat itu ada lubang tanam, sanggup ditandai dengan kayu yang ditancapkan pada lubang tersebut. Setelah bibit siap tanam maka lubang tanam digali lagi.

3.3.3. Cara Penanaman
Sebelum ditanam, pembungkus (polybag) harus dilepas dengan hati-hati semoga tanahnya tidak awut-awutan dan perakaran tidak rusak. Penanaman dilakukan sedalam leher akar tegak di tengah lubang tanam.Masukkan tanah cuilan atas bekas galian lebih dahulu, gres disusul tanah cuilan bawah bekas galian. Tanah di sekeliling akar tumbuhan dipadatkan semoga tidak terjadi rongga-rongga udara yang sanggup menyulitkan akar mencari makan.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyiangan
Setelah satu bulan hingga dua bulan tanam, perlu dilakukan penyiangan tumbuhan sawo untuk membersihkan rumput dan gulma yang menggangu. Jika tumbuhan sudah tumbuh besar gangguan tersebut tidak berarti, tetapi bila tumbuhan masih kecil akan sangat berarti lantaran akan mengganggu pertumbuhan tumbuhan sawo.
Gangguan flora parasit ibarat parasit juga harus diperhatikan. Jika kelihatan pada ranting pohon sawo terdapat parasit atau parasit semoga segera dibersihkan dengan cara memotong ranting tempat parasit menempel. Pemotongan sebaiknya dilakukan sebelum parasit berbunga. Perlu pula dilakukan pemberantasan parasit pada pohon lain di akrab tumbuhan sawo untuk mencegah penularan.

3.3.2. Pembubunan
Pada dikala melaksanakan penyiangan tumbuhan sawo, sanggup juga dilakukan pembubunan tanah di sekitar tanaman. Pembubunan dilakukan untuk menggemburkan tanah di sekitar tumbuhan sawo dan untuk memperkokoh batang tumbuhnya.

3.3.3. Pemupukan
Sebagai pedoman pemupukan sanggup diberikan 250-500 gram urea/pohon/tahun sebelum tumbuhan sawo berbuah. Pemupukan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun, lantaran urea yaitu sumber N yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun.
Bila tumbuhan sudah waktunya berbuah, kurang lebih berumur 4 tahun, dilakukan pemupukan dengan memakai pupuk beragam NPK (10-20-15) yang kandungan fosfor (P) dan kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gram per pohon tiap tahun. Bila tidak ada NPK bisa diganti dengan pupuk urea, DS, dan KCl sebanyak 108 gram, 277 gram, dan 144 gram. Unsur P bagi tumbuhan berfungsi untuk mempercepat pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi untuk menjaga bunga dan buah supaya tidak gampang gugur.
Jumlah pupuk tersebut secara sedikit demi sedikit ditingkatkan hingga 2 kg/pohon tiap tahun untuk tumbuhan sawo yang telah berumur 15 tahun. Selain urea dan NPK yang diberikan, perlu juga diberikan pupuk sangkar sebanyak 10 kg/pohon untuk memperbaiki struktur tanah. Pemberian pupuk lanjutan tersebut dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada awal dan final demam isu hujan. Dosis yang diberikan setengah dari yang disebutkan di atas.
Cara santunan pupuk dengan menaburkan pupuk ke dalam parit yang digali di bawah pohon mengelilingi lingkaran tajuk dengan lebar dan kedalaman ± 10 cm. Dapat juga ditanam pada empat lubang di bawah tajuk pohon dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm untuk tiap lubang.

3.3.4. Penyiraman
Pada awal tumbuhan sawo memulai kehidupannya, perlu dilakukan penyiraman paling sedikit dua ahad sekali bila tidak ada hujan. Pemberian air pada tumbuhan sawo perlu dilakukan hingga tumbuhan berumur 3-4 tahun. Semakin renta tanaman, semakin tahan terhadap kekeringan.
Kekurangan air pada waktu tumbuhan sawo sedang berbunga atau berbuah sanggup mengakibatkan bunga atau buah gampang gugut. Pemberian air yang baik dan teratur akan menghasilkan buah dengan jumlah dan kualitas yang baik.

3.3.5. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan dengan pestisida atau insektisida sanggup dilakukan bila pada tumbuhan sawo terdapat hama dan penyakit yang menyerangnya, yaitu:
a. Penyemprotan dengan insektisida jenis Agrothion 50 EC dengan takaran 3-4 cc/liter air untuk membunuh lalat buah (Ceratitis capitata atau Dacus sp.).
b. Penyemprotan dengan insektisida jenis Diasinon 60 EC dengan takaran 1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan takaran 2 cc/liter air untuk membunuh kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan kutu coklat (Saissetia nigra) yang menyerang ranting muda dan daun-daun tumbuhan sawo yang mengakibatkan ranting dan daun mengkerut, layu, kering, dan terhambat pertumbuhannya.
c. Penyemprotan dengan fungisida Cuspravit OB 21 dengan takaran 4 gram/liter air setiap tiga ahad sekali untuk mengatasi dan mencegah serangan jamur upas yang disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor.
d. Penyemprotan dengan fungisida Antracol 70 WP dengan takaran 2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WP dengan takaran 1,8-2,4 gram/liter air untuk mengatasi penyakit jamur jelaga yang disebabkan oleh jamur Capnodium sp.
Penyemprotan dengan fungisida Dithane M-45 80 WP dengan takaran 1,8-2,4 gram/liter air untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh jamur Phytopthora valmivora Butl. Yang mengakibatkan anyir buah sawo.

3.3.6. Pemangkasan
Jika dibiarkan tumbuh secara alami, tumbuhan sawo sanggup mencapai ketinggian 20 m. Pohon dengan ketinggian ibarat itu akan menyulitkan dalam pemetikan buah. Agar tumbuhan sawo tidak terlalu tinggi, maka dilakukan pemangkasan. Pemangkasan juga bertujuan membentuk sistem percabangan yang baik dan kuat.
Ada dua tahap pemangkasan pada tumbuhan sawo, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan.
a. Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk ditujukan untuk mengatur tinggi rendah dan bentuk tajuk untuk memudahkan dalam pemetikan buah serta pengontrolan terhadap hama dan penyakit.
Pemangkasan pertama dilakukan ketika tumbuhan telah mencapai tinggi 100-160 cm. Pemangkasan dilakukan pada demam isu penghujan dengan memotong ujung batang hingga ketinggiannya tinggal 75-150 cm. Tempat pemangkasan harus sedikit di atas ruas batang. Untuk mencegah penyakit, luka bekas pangkasan sanggup ditutup dengan cat meni atau parafin. Beberapa hari sesudah pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru. Tiga dari tunas yang tumbuh sehat dan tidak saling berdekatan dipilih sebagai cabang primer dan tunas lainnya dibuang.
Pemangkasan ke dua dilakukan pada awal demam isu penghujan berikutnya, tunas yang telah berumur satu tahun dipangkas lagi hingga panjangnya tinggal 25-40 cm. Pemangkasan ini dilakukan tepat di atas mata tunas. Akibat pemangkasan ini akan muncul tunas-tunas baru. Tiga hingga empat tunas yang sehat dibiarkan tumbuh menjadi cabang sekunder dan tunas yang lain dipotong.
Pemangkasan ke tiga yang merupakan pemangkasan terakhir dilakukan pada awal demam isu penghujan berikutnya, cabang-cabang sekunder dipotong untuk membentuk cabang-cabang tersier. Pemotongan dilakukan hingga jumlah cabang-cabang sekunder tinggal dua pertiganya. Setelah pemangkasan ini akan muncul tunas-tunas baru. Dua atau tiga tunas dari masing-masing cabang sekunder dibiarkan tumbuh, yang lainnya dibuang sesudah tumbuh sepanjang 10 cm.
b. Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan ditujukan untuk mencegah serangan penyakit, menumbuhkan tunas gres untuk mengganti cabang renta yang tidak berproduktif lagi, serta mengurangi kerimbunan sehingga sinar matahari sanggup dimasukkan ke mahkota tajuk.
Dalam pemangkasan ini yang perlu dipangkas yaitu cabang-cabang air yaitu cabang-cabang yang tumbuh lurus ke atas dengan kecepatan pertumbuhan lebih besar dibandingkan cabang-cabang lain. Warna cabang air ini lebih muda dengan jarak antar ruas cabang yang lebih panjang. Selain cabang air yang perlu dihilangkan yaitu cabang yang tumbuh liar, cabang yang sakit atau rusak, dan cabang yang terlalu rendah. Pemangkasan pemeliharaan ini sanggup dilakukan setiap dikala bila diperlukan.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Lalat buah(Dacus sp.)
Gejala: terdapat bintik-bintik kecil berwarna hitam atau cokelat pada permukaan kulit, tetapi dagin buah sudah membusuk. Pengendalian: (1) membersihkan (sanitasi) sisa-sisa tumbuhan di sekitar tumbuhan dan kebun; (2) membungkus buah semenjak stadium muda; (3) memasang perangkap lalat buah yang mengandung materi metyl eugenol, contohnya M-Atraktan, dalam botol plastik bekas; (4) menyemprotkan perangkap lalat buah, ibarat Promar yang dicampur dengan insektisida kontak atau sistemik; (5) menginfus akar tumbuhan dengan larutan insektisida sistemik, ibarat Tamaron, dengan konsentrasi 3-5% pada fase sebelum berbunga; (6) menyemprot tumbuhan dengan insektisida kontak, ibarat Agrothion 50 EC dengan takaran 3-4 cc/liter air.
b. Kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat(Saissetia nigra)
Menyerang ranting muda dan daun tumbuhan sawo dengan cara menghisap cairan yang terdapat di dalamnya. Selain menghisap cairan, kutu-kutu ini juga menghasilkan embun madu yang sanggup mengundang kehadiran cendawan jelaga. Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida, ibarat Diasinon 60 EC dengan takaran 1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan takaran 2 cc/liter air yang disemprotkan pribadi ke kutu-kutu tersebut.

3.5.2. Penyakit
a. Jamur upas
Penyebab: jamur Corticium salmonocolor. Spora dari jamur ini menular kemana-mana oleh hembusan angin. Gejala: (1) Stadium rumah laba-laba, yaitu ditandai dengan munculnya meselium tipis berwarna mengkilat ibarat sutera atau perak. pada stadium ini jamur belum masuk ke dalam kulit tumbuhan sawo; (2) Stadium bongkol, yaitu stadium dimana jamur membentuk gumpalan-gumpalan hifa di depan lentisel; (3) Stadium corticium, yaitu stadium dimana jamur membentuk kerak berwarna merah muda yang berangsur-angsur menjelma lebih muda kemudian menjadi putih. Kerak yang terbentuk terdiri dari lapisan basidium yang pada setiap basidiumnya terdapat basidiospora. Kulit tumbuhan sawo yang terdapat di bawah kerak tersebut hasilnya busuk; (4) Stadium necator, yaitu stadium dimana jamur membentuk banyak piknidium yang berwarna merah. Piknidium ini terdapat pada sisi cabang atau ranting yang lebih kering. Pengendalian: (1) Pada stadium laba-laba, penyakit ini sanggup diatasi dengan cara menggosok tempat yang terjangkit jamur hingga hilang. Bekas luka gosokan diolesi dengan cat meni, ter, atau carbolineum; (2) Penyemprotan dengan fungisida yang mengandung tembaga berkadar tinggi ibarat Cupravit OB 21 dengan takaran 4 gram/liter air setiap tiga ahad sekali untuk menghindari munculnya serangan lagi; (3) Pemotongan pada cuilan tumbuhan yang terjangkit apabila jamur sudah mencapai stadium bongkol, corticium, atau necator. Pemotongan dilakukan pada cuilan yang sehat jauh dari batas cuilan yang sakit. Bagian yang dipotong kemudian diolesi dengan fungisida dan dibakar.
b. Jamur jelaga
Penyebab: jamur Capnodium sp. Gejala: serangan jamur ini berupa warna hitam ibarat beludru yang menutupi permukaan daun sawo. Serangan lebih lanjut sanggup menutupi seluruh daun dan ranting tumbuhan sawo.Jika serangan jamur ini berjumlah banyak, proses fotosintesa tumbuhan sawo akan terganggu sehingga pertumbuhan terhambat. Serangan yang terjadi pada dikala tumbuhan berbunga sanggup menjadikan buah yang terbentuk hanya sedikit. Jika yang terjangkit yaitu buah, sanggup mengakibatkan kerontokan atau berkurangnya kualitas buah. Pengendalian: (1) melenyapkan serangga yang menghasilkan embun madu terlebih dahulu dengan insektisida; (2) dilakukan penyemprotan dengan fungisida ibarat Antracol 70 WP dengan takaran 2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WP dengan takaran 1,8-2,4 gram/liter air.
c. Busuk buah
Penyebab: jamur Phytopthora palmivora Butl. Gejala: mula-mula kulit buah berbercak-bercak kecil berwarna hitam atau cokelat, kemudian melebar dan menyatu secara tidak beraturan, daging buah membusuk dan berair, serta kadang kala buah berjatuhan (gugur). Pengendalian: (1) dengan cara pemotongan buah yang sakit berat, pengumpulan dan pemusnahan buah yang terserang; (2) penyemprotan fungisida, ibarat Dithane M-45 80 WP dengan takaran 1,8 gr - 2,4 gram/liter air.
d. Hawar benang putih
Penyebab: jamur (cendawan) Marasmius scandens Mass, yang tumbuh pada permukaan batang dan cabang tumbuhan sawo. Gejala: daun-daun mengering dan berguguran. Pada ranting yang mengering terdapat benang-benang jamur berwarna putih. Pengendalian: (1) dengan cara mengurangi kelembaban kebun, memotong cuilan tumbuhan yang sakit berat; (2) mengoleskan atau menyemprotkan fungisida, ibarat Benlate dengan takaran 2 gr/1 air.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman sawo yang dikembangbiakkan dengan pencangkokan sanggup menghasilakan buah hanya hingga 3-5 tahun, sedangkan yang melalui penyambungan antara 5-6 tahun.
Buah sawo kadang kala matang tidak serempak sehingga pemanenan dilakukan dengan sedikit demi sedikit dengan cara menentukan buah yang sudah memperlihatkan ciri fisiologis untuk dipanen (tua). Ciri-ciri buah sawo yang sudah renta yaitu ukuran buah maksimal, kulit berwarna cokelat muda, daging buah agak lembek, bila dipetik gampang terlepas dari tangkainya, serta bergetah relatif sedikit. Pemetikan buah yang masih muda sebaiknya dihindari lantaran memerlukan waktu yang usang untuk pemeramannya dan rasa buah tidak manis (sepat).

3.6.2. Cara Panen
Umumnya pohon sawo cukup tinggi, buahnya terdapat di ujung batang muda yang jumlahnya hanya sedikit, sehingga untuk mengetahui buah yang cukup renta sangat sulit. Oleh lantaran itu, pemanenan dilakukan dengan cara memanjat pohon. Apabila belum mencapai buahnya, sanggup disambung dengan galah. Namun penggunaan galah ini sering mengakibatkan buah jatuh dan pecah.
Pada buah yang jatuh tetapi tidak pecah, akan terjadi penggumpalan getah di sekitar bijinya. Ada anggapan bahwa penggumpalan getah ini disebabkan lantaran buah terjangkit penyakit. Walapun terdapat gumpalan getah di sekitar biji, tetapi tidak mengurangi rasa manis buah sawo tersebut.
Untuk menjaga semoga buah tidak pecah sewaktu dipetik, sebaiknya sebelum pemetikan, pada cuilan bawah pohon diberi jaring semoga buah tidak pribadi jatuh ke tanah dan sebaiknya pemetikan dilakukan sebelum buah terlalu tua.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Setelah semua buah yang sudah renta dipanen, kemudian dilakukan pengumpulan buah-buah tersebut. Kumpulkan buah-buah tersebut dalam suatu wadah atau tempat, sesudah semua terkumpul, kemudian dilakukan pembersihan untuk menghilangkan kulit yang bernafsu atau kulit gabusnya.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dan penggolongan buah sawo hasil panen dilakukan untuk memisahkan buah yang baik dari yang buruk dan memisahkan buah yang berukuran sama. Untuk buah yang sudah sangat rusak, sebaiknya dibuang, tetapi buah yang rusak sedikit sanggup dipisahkan untuk dijual ketempat yang akrab dengan harga murah.

3.7.3. Penyimpanan
Buah sawo yang sudah diberi perlakuan (pencucian dan pengasapan) mempunyai kulit yang sangat tipis sehingga gampang rusak dan tidak tahan usang dalam penyimpanannya. Ada beberapa cara penyimpanan semoga buah lebih tahan lama, salah satunya dengan mengatur temperatur ruang penyimpanan.
Buah sawo yang masak bila disimpan dalam temperatur ruang hanya tahan 2 hari hingga 3 hari, tetapi bila dalam ruangan yang mempunyai temperatur 0 derajat C, buah sawo tetap dalam keadaan baik selama 12 hari hingga 14 hari. Kelembaban (nisbi) yang dibutuhkan dalam ruang penyimpanan yaitu 85-90%. Buah sawo yang yang belum masak akan tahan disimpan selama 17 hari dalam ruangan yang bertemperatur 15 derajat C.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
a. Pengemasan
Pengemasan buah-buahan di Indonesia, masih memakai keranjang bambu. Bentuk dan kapasitasnya bervariasi, biasanya kapasitas kemasan antara 40 kg hingga 100 kg. Dalam pengemasan buah dipakai bahan-bahan pembantu, contohnya daun kering, daun pisang, merang, dan kertas koran.
b. Pengangkutan
Umumnya, petani penghasil buah di Indonesia mengangkut hasil panennya dengan kreativitas sendiri. Pengangkutan hasil ini dalam volume kecil, yaitu dari ladang ke tempat penampungan, pembeli, atau ke pusat-pusat pengumpul sehingga pemasaran tahap pertama sanggup berlangsung.

3.7.5. Pengasapan dan Pemeraman
Pengasapan dan pemeraman dilakukan semoga buah cepat masak dan empuk. Tata laksana pengasapan dan pemeraman yaitu sebagai berikut:
a) Buat lubang pada tanah berbentuk segi empat. Ukuran lubang diubahsuaikan dengan jumlah buah sawo.
b) Hamparkan dan gamal (Glyricidae) atau daun pisang di cuilan dasar dan semua sisi lubang.
c) Masukkan buah sawo secara teratur ke dalam lubang, kemudian tutup dengan daun gamal atau daun pisang.
d) Masukkan potongan bambu gelondongan untuk menghembuskan asap ke dalam lubang.
e) Timbun lubang tanah hingga cukup tebal.
f) Bakar dedaunan kering, kemudian asapnya diarahkan ke dalam lubang melalui potongan bambu.
g) Tutup atau ambil gelondongan bambu.
h) Biarkan buah sawo diperam selama sehari semalam.

3.7.6. Penanganan Lain
Buah sawo sanggup diawetkan dalam air gula atau dibentuk selai untuk pengoles roti, dan sanggup juga dibentuk bandrek atau dicampur ke dalam es krim. Sari buah sawo sanggup digodok menjadi sirup dan difermentasikan menjadi anggur dan cuka.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sawo dalam lima tahun pertama seluas 0,5 ha di kawasan Bogor pada tahun 1999.
  1. Biaya produksi lima tahun pertama
    1. Nilai tanah : 1/2 ha, @ m2 x Rp. 10.000,-
    2. Nilai sarana produksi
      - Bibit: 35 batang @ Rp. 12.000,-
      - Pupuk kandang: 1500 kg @ Rp. 100,-
      - Urea: 150 kg @ Rp. 1.500,-
      - NPK: 150 kg @ Rp. 1.500,-
      - Hormon/mineral: 40 liter @ Rp. 3.500,-
      - Insektisida: 35 liter @ Rp. 5.000,-
      - Fungisida: 35 liter @ Rp. 5.000,-
    3. Nilai bangunan dan alat/perkakas
      - Bangunan dan sumur @ Rp. 7.500,-
      - Alat semprot: 2 unit @ Rp. 4.000,-
      - Cangkul: 2 buah @ Rp. 5.000,-
      - Sabit: 2 buah @ Rp. 3.500,-
      - Garpu: 2 buah @ Rp. 3.000,-
      - Golok: 2 buah @ Rp. 7.500,-
      - Gunting pangkas: 3 buah @ Rp. 5.000,-
      - Gergaji pangkas: 2 buah @ Rp. 6.000,-
      - Ember: 5 buah @ Rp. 3.000,-
    4. Tenaga kerja tetap
      - Upah 12 x 2 orang @ Rp. 250.000,-
      - Pakaian 2 x 2 x Rp. 100.000,-
      - THR 2 x Rp. 250.000,-
    5. Tenaga kerja lepas
      - Buat lubang tanam 15 OH Rp 10.000,-
      - Pupuk dan tanam 25 OH Rp 10.000,-
      Jumlah seluruh investasi
  2. Penerimaan dan keuntungan
    1. Penerimaan th. ke-4 produk ke-1: 50%x35x60 kg x Rp.6.000,-
      Keuntungan:
    2. Penerimaan th. ke-5 produk ke-2: 50%x 35 x 80 kg x Rp.6.000,-
      Keuntungan:
    3. Penerimaan th. ke-6 produk ke-3: 50%x 35 x 120 kg x Rp.6.000,-
      Keuntungan:
  3. Break Event Point BEP
  4. R/C Rasio = Jumlah Penerimaan / Jumlah Biaya

Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

5.000.000,-

420.000,-
150.000,-
240.000,-
240.000,-
140.000,-
175.000,-
175.000,-

2.000.000,-
150.000,-
10.000,-
7.000,-
6.000,-
15.000,-
15.000,-
12.000,-
15.000,-

6.000.000,-
400.000,-
500.000,-

150.000,-
250.000,-
16.070.000,-

6.300.000,-
- 15.770.000,-
8.400.000,-
- 8.870.000,-

12.600.000,-
2.230.000,-166.666.666.7
= 0,33
Catatan:
Biaya perawatan setiap tahun kurang lebih sekitar = Rp 1.500.000,-
Pada tahun ke-6 keuntungan sudah sanggup menutupi investasi yang dikeluarkan


4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Permintaan buah-buahan umumnya meningkat dengan makin meningkatnya pendapatan. Hal ini memperlihatkan bahwa pertanaman buah-buahan memperlihatkan keuntungan dan peluang bisnis yang baik. Beberapa hal yang mendorong perjuangan pengembangan pertanaman buah-buahan antara lain sebagai berikut:
a) Harga buah cukup baik, terutama di kota-kota besar dan jarang mengalami penurunan harga.
b) Makin banyak sarana perhubungan, maka jalur pemasarannya makin lancar.
c) Adanya pengembangan industri pengolahan buah-buahan.
d) Sarana teknologi yang tersedia, contohnya pupuk dan obat-obatan.
Buah sawo di Indonesia hingga dikala ini belum banyak diekspor ke luar negeri. Hasil panennya hanya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri saja. Sebenarnya perkembangan produksi buah sawo cenderung mengalamai peningkatan, tetapi semua itu belum sanggup memenuhi kebutuhan atau undangan masyarakat. Dengan demikian masih dibutuhkan investor yang mau menanamkan modalnya untuk ekspansi tumbuhan sawo.
Peluang bisnis buah sawo sangat besar lantaran konsumsi buah-buahan berkembang dengan pesatnya. Untuk penduduk DKI Jakarta saja, konsumsi buah pada tahun 1988 sebanyak 8.438 orang dan telah berkembang menjadi 13.745 orang pada tahun 1993. Apalagi begitu mudahnya menanam sawo dan sanggup menghasilkan buah sepanjang tahun.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar mutu: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.

5.2. Diskripsi

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

5.4. Pengambilan Contoh
Satu Partai/lot mangga terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot ibarat terlihat dibawah ini:
a) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot hingga dengan 100 : teladan yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101-300: teladan yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301-500: teladan yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501-1000: teladan yang diambil 10.

5.5. Pengemasan
Pengemasan buah sawo dalam peti kayu, berat higienis setiap peti kayu maksimum 25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang diberi pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara, susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat higienis kotak karton maksimum 10 kg.
Untuk santunan merek di cuilan luar kotak kayu di beri label yang dituliskan antara lain:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/eksportir.
d) Berat bersih.
e) Produksi Indonesia.
f) Tempat/negara tujuan.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : PT. Penebar Swadaya
b) Rahardi, F. 1990. 'Trend Baru Pohon Sawo dalam Pot', Trubus (Agustus) No. 249 Th. XXI
c) Tim Penulis PS. 1993. Menanam Sawo di Pot dan di Kebun. Jakarta : PT. Penebar Swadaya
d) Wudianto, Rini. 1987. Membuat Cangkok, Stek, dan Okulasi . Jakarta : PT. Penebar Swadaya


Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Buah Sawo

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Buah Sawo kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Buah Sawo dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-tanaman-buah-sawo.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel