Budidaya Tanaman Hias Melati

Budidaya Tanaman Hias Melati - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Hias Melati, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel lainnya, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Hias Melati
link : Budidaya Tanaman Hias Melati

Baca juga


Budidaya Tanaman Hias Melati

Melati
( Jasmine officinalle )

I. UMUM
1.1. Sejarah singkat
Melati merupakan tumbuhan bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de' Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di daerah India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923.

Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati yaitu Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura).

1.2. Sentra Penanaman
Di Indonesia Pusat penyebaran tumbuhan melati terkonsentrasi di Jawa Tengah, terutama di Kabupaten Pemalang, Purbalingga dan Tegal.

1.3. Jenis Tanaman
Diantara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para jago botani gres sekitar 9 jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat 8 jenis melati yang potensial untuk dijadikan tumbuhan hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan alasannya yaitu belum terungkap potensi hemat dan sosialnya. Tanaman melati termasuk suku melati-melatian atau famili Oleaceae.

Kedudukan tumbuhan melati dalam sistematika/taksonomi tumbuhan yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac (L) W. Ait..

Jenis, Varietas dan Ciri-ciri penting (karakteristik) tumbuhan melati yaitu sebagai berikut:
a. Jasmine sambac Air (melati putih, puspa bangsa)
b. Jasmine multiflora Andr (melati hutan:melati gambir, poncosudo, Star Jasmine, J,. pubescens willd).
c. Jasmine officinale (melati casablanca, Spanish Jasmine) sinonim dengan J. floribundum=Jasmine grandiflorum).
perdu setinggi 1, 5 meter.
d. Jasmine rex (melati Raja, King Jasmine).
e. Jasmine parkeri Dunn (melati pot).
f. Jasmine mensyi (Jasmine primulinum, melati pimrose).
g. Jasmine revolutum Sims (melati Italia)
h. Jasmine simplicifolium ( melati Australia, J. volibile, m. bintang)
i. Melati hibrida. Bunga pink dan harum.

Adapun jenis dan varietes Melati yang ada di Pulau Jawa antara lain:
j. Jasmine. Sambac (melati Putih), antara lain varietas: Maid of Orleans, Grand Duke of Tuscany, Menur dan Rose Pikeke
k. Jasmine. multiflorum (Star Jasmine)
l. Jasmine officinale (melati Gambir)

1.4. Manfaat Tanaman
Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur, materi industri minyak wangi, kosmetika, parfum, farmasi, penghias rangkaian bunga dan materi adonan atau pengharum teh.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a) Curah hujan 112-119 mm/bulan dengan 6-9 hari hujan/bulan, serta mempunyai iklim dengan 2-3 bulan kering dan 5-6 bulan basah.
b) Suhu udara siang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30 derajat C,
c) Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tumbuhan ini 50-80 %.
d) Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di daerah yang cukup menerima sinar matahari.

2.2. Media Tanam
a. Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), latosol dan andosol.
b. Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir hingga liat, aerasi dan drainase baik, subur, gembur, banyak mengandung materi organik dan memiliki.
c. Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tumbuhan ini yaitu pH=5-7.

2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman melati sanggup tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian, tiap jenis melati mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Melati putih (J,sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl, sedangkan melati Star Jasmine (J.multiflorum) sanggup mengikuti keadaan dengan baik hingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi melati, mirip di Kabupaten Tegal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga dataran menengah (0-700 m dpl).

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Teknik Penyemaian Benih
Tancapkan tiap stek pada medium semai 10-15 cm/sepertiga dari panjang stek. Tutup permukaan wadah persemaian dengan lembar plastik bening (transparan) semoga udara tetap lembab.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a. Penyiapan tempat semai:
a. Siapkan tempat/wadah semai berupa pot berukuran besar/polybag, medium semai (campuran tanah, pasir steril/bersih).
b. Periksa dasar wadah semai dan berilah lubang kecil untuk pembuangan air yang berlebihan.
c. Isikan medium semai ke dalam wadah hingga cukup penuh/setebal 20-30 cm. Siram medium semai dengan air higienis hingga basah.
b. Pemeliharaan bibit stek:
1. Lakukan penyiraman secara kontinu 1-2 kali sehari.
2. Usahakan bibit stek menerima sinar matahari pagi.
3. Pindahkan tumbuhan bibit stek yang sudah berakar cukup kuat (umur 1-23 bulan) ke dalam polybag berisi medium tumbuh adonan tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1).
4. Pelihara bibit melati secara intensif (penyiraman, pemupukan dan penyemprotan pestisida takaran rendah) hingga bibit berumur 3 bulan.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembukaan Lahan
a) Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yang tidak berguna/batu-batuan semoga gampang pengelolaan tanah.
b) Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur, kemudian biarkan kering angin selama 15 hari

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng 40-60 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.

3.2.3. Pengapuran
Tanah yang pH-nya masam sanggup diperbaiki melalui pengapuran, contohnya dengan kapur kalsit (CaCO3) dolomit {CaMg (CO3)2}, kapur bakar (Quick lime, CaO)/kapur hidrat (Slakked lime,{Ca(OH)2}. Fungsi/kegunaan pengapuran tanah masam yaitu untuk menaikan pH tanah, serta untuk menambah unsur-unsur Ca dan Mg.

3.2.4. Pemupukan
Tebarkan pupuk sangkar di atas permukaan tanah, kemudian campurkan secara merata dengan lapisan tanah atas. Pupuk sangkar dimasukkan pada tiap lubang tanam sebanyak 1-3 kg. Dosis pupuk sangkar berkisar antara 10-30 ton/hektar. Lubang tanam dibentuk ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100-150 cm. Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada ekspresi dominan kemarau/1-2 bulan sebelum ekspresi dominan hujan.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Sebulan sebelum tanam, bibit melati diadaptasikan dulu disekitar kebun. Lahan kebun yang siap ditanami diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah 2 gram KCI per tanaman. Bila tiap hektar lahan terdapat sekitar 60.000 lubang tanam (jarak tanam 1,0 m x 1,5 m), kebutuhan pupuk dasar terdiri atas 180 kg TSP dan 120 kg KCI. Bersama pertolongan pupuk dasar sanggup ditambahkan "pembenah dan pemantap tanah " contohnya Agrovit, stratos/asam humus Gro-Mate .

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan akar-akarnya. Tiap lubang tanam ditanami satu bibit melati. Tanah erat pangkal batang bibit melati dipadatkan pelan-pelan semoga akar-akarnya kontak pribadi dengan air tanah.

3.3.3. Cara Penanaman
Jarak tanam sanggup bervariasi, tergantung pada bentuk kultur budidaya, kesuburan tanah dan jenis melati yang ditanam, bentuk kultur perkebunan jarak tanam umumnya yaitu 1x1,5 m, sedang variasi lainnya yaitu 40 x 40 cm, 40x25 cm dan 100 x 40 cm.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman.
Cara penyulaman yaitu dengan mengganti tumbuhan yang mati/tumbuhan absurd dengan bibit yang baru. Teknik penyulaman prinsipnya sama dengan tata laksana penanaman, hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanam yang bibitnya perlu diganti. Periode penyulaman sebaiknya tidak lebih dari satu bulan sesudah tanam. Penyulaman seawal mungkin bertujuan semoga tidak menyulitkan pemeliharaan tanam berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadi seragam. Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari, dikala sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.

3.4.2. Penyiangan
Pada umur satu bulan sesudah tanam, kebun melati sering ditumbuhi rumput-rumput liar (gulma). Rumput liar ini menjadi pesaing tumbuhan melati dalam pemenuhan kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.

3.4.3. Pemupukan
Pemupukan tumbuhan melati dilakukan tiap tiga bulan sekali. Jenis dan takaran pupuk yang dipakai terdiri atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI 100-300 kg/ha/tahun.

Pemberian pupuk sanggup dilakukan dengan cara disebar merata dalam parit di antara barisan tanaman/sekeliling tajuk tumbuhan sedalam 10-15 cm, kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan sanggup pula dengan cara memasukan pupuk ke dalam lubang tugal di sekeliling tajuk tumbuhan melati. Waktu pemupukan yaitu sebelum melaksanakan pemangkasan, dikala berbunga, sesuai panen bunga dan pada dikala pertumbuhan kurang prima.

Pemberian pupuk sanggup meningkatkan produksi melati, terutama jenis pupuk yang kaya unsur fosfor (P), mirip Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15) dan waktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00) atau sore hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik menyengat.

3.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, tumbuhan melati membutuhkan ketersediaan air yang memadai. Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari hingga tumbuhan berumur kurang lebih 1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari. Cara pengairan yaitu dengan disiram iar higienis tiap tanam hingga tanah di sekitar perakaran cukup basah.

3.4.5. Waktu Penyemprotan Pestisida
Zat perangsang/zat pengatur Tumbuh (ZPT) sanggup dipakai untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi bunga, zat perangsang bunga yang besar lengan berkuasa baik terhadap pembungaan melati yaitu Cycocel (Chloromiguat) dan Etherel. Tanaman melati yang di semprot dengan Cycocel berkonsentrasi 5.000 ppm menawarkan hasil bunga yang paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman.
Cara pemberiannya: zat perangsang bunga disemprotkan pada seluruh kepingan tanaman, terutama kepingan ujung dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yang dianjurkan 3.000 ppm-5.000 ppm untuk Cycocel atau 500-1.500 ppm jikalau dipakai Ethrel.

3.4.6. Lain-lain
Tanaman melati umumnya tumbuh menjalar, kecuali pada beberapa jenis melati, mirip varietas Grand Duke of tuscany yang tipe pertumbuhannya tegak. Tinggi pemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis melati putih (J.sambac) sanggup di pangkas pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah, sedangkan jenis melati Spnish Jasmine (J. officinale var. grandiflorum) setinggi 90 cm dari permukaan tanah.

3.5. Hama dan Penyakit
Tanaman melati tidak luput dari gangguan hama dan penyakit, prinsip pokok dan prioritas teknologi pengendalian hama/penyakit .
a. Pengendalian hayati dilakukan secara maksimal dengan memanfaatkan musuh-musuh alami hama (parasitoid, perdator, patogen) dengan cara:
- memasukan, memelihara, memperbanyak, melepaskan musuh alami
- mengurangi penggunaan pestisida organik sintetik yang berspektrum lebar/menggunakan pestisida selektif.
b. Ekosistem pertanian dikelola dengan cara:
- penggunaan bibit sehat
- sanitasi kebun
- pemupukan berimbang
- pergiliran tumbuhan yang baik
- penggunaan tumbuhan perangkap,
c. Pestisida dipakai secara selektif menurut hasil pemantauan dan analisis ekosistem.

3.5.1. Hama
a. Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae, Stadium hama yang merusak tumbuhan melati yaitu larva (ulat). Pengendalian: dilakukan dengan cara memotong kepingan tumbuhan yang terjangkit berat dan menyemprotkan insektisida yang mangkus dan sangkil, contohnya Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 E/Curacron 500 EC.
b. Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Gejala: menyerang tumbuhan melati dengan cara menggerek/melubangi bunga sehingga gagal mekar. Kuntum bunga yang terjangkit menjadi rusak dan adakala terjadi nanah sekunder oleh cendawan hingga mengakibatkan bunga busuk. Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang mangkus, contohnya Decis 2,5 EC, Cascade 50 EC/Lannate L .
c. Thips (Thrips sp)
Thrips termasuk ordo Thysanoptera dan famili Thripidae. Hama ini bersifat pemangsa segala jenis tumbuhan (polifag). Gejala: menyerang dengan cara mengisap cairan permukaan daun, terutama daun-daun muda (pucuk). Pengendalian: dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis tumbuhan inang di sekitar kebun melati dan menyemprotkan insektisida yang mangkus : Mesurol 50 WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol 25 SP .
d. Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus)
Hama ini termasuk ordo Pseudococcidae dan famili Homoptera yang hidup secara berkelompok pada tangkai tunas dan permukaan daun kepingan bawah hingga mirip sisik berwarna abu-abu atau kekuning-kuningan. Gejala: menyerang tumbuhan dengan cara mengisap cairan sel tumbuhan dan mengeluarkan cairan madu. Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mangkus, contohnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.
e. Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Ciri: ngengat berwarna coklat dengan panjang tubuh rata-rata 12 mm dan panjang rentang sayap kurang lebih 24 mm berwarna coklat dan berbintik-bintik transparan. Gejala: menyerang daun tumbuhan melati identik (sama) dengan serangan ulat P. unionalis.
f. Hama Lain.
Hama lain yang sering ditemukan yaitu kutu putih (Dialeurodes citri) dan kutu tempurung (scale insects). Bergerombol melekat pada cabang, ranting dan pucuk tumbuhan melati, menyerang dengan cara mengisap cairan sel, sehingga proses fotosintesis (metabolisme). Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mangkus, mirip Perfekthion 400 EC/Decis 2,5 EC.

3.5.2. Penyakit
a. Hawar daun
Penyebab: cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn. Gejala: menyerang daun yang letaknya erat permukaan tanah.
b. Hawar benang (Thread Blight)
Penyebab: jamur Marasmiellus scandens (Mass). Gejala: menyerang kepingan cabang tumbuhan melati.
c. Hawar bunga (Flower Blight)
Penyebab: cendawan (jamur) Curvularia sp. Fusarium sp dan Phoma sp,. Gejala: bunga busuk, berwarna coklat muda dan adakala bunga berguguran.
d. Jamur upas
Penyebab: jamur Capnodium salmonicolor. Penyakit ini menyerang batang dan cabang tumbuhan melati yang berkayu. Gejala: terjadi pembusukan yang tertutup oleh lapisan jamur berwarna merah jambu pada kepingan tumbuhan terinfeksi apnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev. Gejala serangan capnodium yaitu permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga berwarna hitam merata.
e. Bercak daun
Penyebab: jamur Pestaloita sp. Gejala: bercak-bercak berwarna coklat hingga kehitam-hitaman pada daun.
f. Karat daun (Rust)
Penyebab: ganggang hijau benalu (Cephaleuros virescens Kunze). Gejala: pada permukaan daun yang terjangkit tampak bercak-bercak kemerah-merahaan dan berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang daun-daun yang tua.
g. Antraknosa
Penyebab: jamur Colletotrichum gloesporoides. Gejala : terbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitam-hitaman. Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjang berwarna merah jambu, terutama pada kepingan daun. Serangan berat sanggup mengakibatkan mati ujung (die back).
h. Penyakit lain
Busuk bunga oleh basil Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh nematoda Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran tanaman. Virus kerdil penyebab terhambatnya pertumbuhan tumbuhan melati, belang-belang daun dan adakala seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen yaitu ukuran kuntum bunga sudah besar (maksimal) dan masih kuncup/setengah mekar. Produksi bunga melati di Indoensia masih rendah yakni berkisar antara 20-25 kg/hektar/hari.
Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan sesudah tanam. Panen bunga melati sanggup dilakukan sepanjang tahun secara berkali-kali hingga umur tumbuhan antara 5-10 tahun. Setiap tahun berbunga tumbuhan melati umumnya berlangsung selama 12 ahad (3 bulan).

3.6.2. Cara Panen
Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni dikala sinar matahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.

3.6.3. Periode Panen
Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu. Selanjutnya, produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian meningkat lagi

3.6.4. Prakiraan Produksi
Produksi bunga melati paling tinggi biasanya pada ekspresi dominan hujan, di Jawa Tengah, panen bunga melati pada ekspresi dominan kemarau menghasilkan 5-10 kg/hektar, sedangkan panen pada ekspresi dominan hujan mencapai 300-1.000kg/ha. Data produksi bunga melati di Indonesia berkisar 1,5-2 ton/ha/th pada ekspresi dominan hujan dan 0,7-1 ton/ha/th pada ekspresi dominan kemarau.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Di tempat terbuka bunga melati akan cepat layu untuk mempertahankan/memperpanjang kesejukan bunga tersebut dihamparkan dalam tampah beralas lembar plastik kemudian disimpan di ruangan bersuhu udara masbodoh antara 0-5 derajat C.

3.7.2. Lain-lain
Salah satu produk pengolahan pascapanen bunga melati yaitu Jasmine Oil.
a. Minyak melati istimewa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan pelarut ether minyak bumi, sebagai materi baku minyak wangi mutu tinggi.
b. Minyak melati biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan pelarut benzole, sebagai materi baku minyak wangi mutu sedang.
c. Minyak pomade istimewa, yakni minyak yang diperoleh dengan teknik enfleurage bunga melati, sebagai materi baku minyak rambut.
d. Minyak pomade biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati bekas enfleurage, sebagai pewangi teknis.

Teknik enfleurage disebut teknik olesan. Prinsip kerja ekstraksi bunga melati dengan teknik olesan yaitu sebagai berikut:
a) Oleskan lemak muri pada permukaan beling tipis.
b) Letakan bunga melati yang masih segar (baru petik) diatas permukaan beling .
c) Simpan beling tipis bersama bunga melati dalam rak-rak penyimpanan yang terbuat dari plastik, kayu/logam tahan karat.
d) Biarkan bunga melati selama 3-4 hari hingga bunga tersebut layu.
e) Bunga melati yang telah layu segera dibuang untuk diganti dengan bunga-bunga baru/masih segar.
f) Lakukan cara tadi secara berulang-ulang selama 2-3 bulan hingga lemak dipenuhi minyak wangi bunga melati.

Teknik ekstraksi minyak melati sanggup dilakukan dengan teknik tabung hampa.
a. Masukan bunga melati segar ke dalam tabung, kemudian alirkan materi pelarut (alkohol, ether, chlorofrom, ecetone, lemak murni, ether minyak bumi) secara berkesinambungan.
b. Salurkan cairan ekstrak yang mengandung materi pelarut dan unsur-unsur bunga melati ke tabung hampa udara yang dipanaskan sekedarnya untuk menguapkan materi pelarut. Uap pelarut diallirkan kembali ke kondensor semoga menjadi cairan.
c. Tambahkan ethanol ke dalam unsur bunga melati. Unsur bunga melati biasanya berupa lilin padat (concrete) yang masih mengandung zat pewarna, damar dan unsur lain yang tidak menguap.
d. Campurkan minyak tadi dengan alkohol kemudian saring kembali untuk menghilangkan kandungan damar.
e. Lakukan penyulingan adikara dengan memakai sthlene glycol penyinaran dengan sinar ultra violet untuk menghilangkan zat pewarna.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisa budidaya tumbuhan melati seluas 0,5 ha yang dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor.

  1. Biaya produksi
    1. Sewa lahan 0,5 ha
    2. Bibit
    3. Pupuk
    4. Pestisida
    5. Tenaga kerja
    6. Alat (penyusunan alat-alat)

    Jumlah biaya produksi
  2. Pendapatan 15.555 kg @ Rp. 850,-
  3. Keuntungan bersih
  4. Parameter kelayakan usaha
    1. O/I Ratio
    2. ROI
    3. BEP

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

=
=
Rp.


750.000,-
190.000,-
325.000,-
50. 000,-
6.425.000,-
50.000,-

7.790.000,-
12.750.000,-
4.960.000,-

1,637
0,698
1.696.352,84,-

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Pengembangan perjuangan tani melati skala komersial mempunyai prospek cerah danpeluang pasarnya bagus. Tiap hari untuk keperluan tabur bunga diharapkan 600 kilogram bunga melati. Pasar potensial bunga melati yaitu Jepang, Korea, Thailand, Taiwan dan Hongkong. Nilai ekonomi bunga melati semakin diharapkan dalam kehidupan maju (modern) untuk materi baku industri minyak wangi, kosmetik, pewangi, penyedap the, cat, tinta, pestisida, pewangi sabun dan industri tekstil.

Meski peluang pasar bunga melati di dalam dan luar negeri cukup besar, produksi bunga melati Indonesia gres bisa memenuhi sekitar 2% dari kebutuhan melati pasar dunia. Penomena ini pertanda peluang yang perlu dimanfaatkan dengan baik di Indonesia alasannya yaitu potensi sumber daya lahan amat luas dan agroekologinya cocok untuk tani melati.

Hasil studi agribisnis melati yang dilakukan oleh pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di daerah setrum produksi Tegal (Jawa Tengah) pertanda bahwa perjuangan tani melati menguntungkan dan layak dikembangkan.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar melati mencakup ruang lingkup, deskripsi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.

5.2. Diskripsi


5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangat ditentukan oleh negara pengimpor.

5.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot bunga melati segar terdiri atas maksimum 1.000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan.
a) Jumlah kemasan dalam partai 1 - 5, pola yang diambil semua.
b) Jumlah kemasan dalam partai 6 - 100, pola yang diambil sekurang-kurangnya 5.
c) Jumlah kemasan dalam partai 101 - 300, pola yang diambil sekurang-kurangnya 7.
d) Jumlah kemasan dalam partai 301 - 500, pola yang diambil sekurang-kurangnya 9.
e) Jumlah kemasan dalam partai 501 - 1000, pola yang diambil sekurang-kurangnya 10.

5.5. Pengemasan
Bunga melati segar dikemas dengan kotak karton yang gres dan kokoh, baik, higienis dan kering serta berventilasi. Jumlah tangkai sebanyak 15-20 tangkai diikat dan dibungkus. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan karton. Kemasan lain dengan bobot dan jumlah tangkai tertentu sanggup dipakai atasdasar akad antara pihak penjual dan pihak pembeli. Ujung tangkai bunga dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi kapas berair mengandung materi pengawet.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Rukmana H. Rahmat (1997). Usaha Tani Melati, Yogyakarta, Kanisus


Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Hias Melati

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Hias Melati kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Hias Melati dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-tanaman-hias-melati.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel