Budidaya Tanaman Buah Melon

Budidaya Tanaman Buah Melon - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Buah Melon, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Buah-Buahan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Buah Melon
link : Budidaya Tanaman Buah Melon

Baca juga


Budidaya Tanaman Buah Melon

Melon
( Cucumis melo L.)

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tumbuhan buah termasuk famili Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau kawasan Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tumbuhan ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada periode ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di kawasan tropis dan subtropis termasuk Indonesia.

1.2. Sentra Penanaman
Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan kawasan Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman.

Kemudian melon berkembang di kawasan Ngawi, Madiun, Ponorogo hingga wilayah eks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan dengan kawasan asal melon pertama.

1.3. Jenis Tanaman
Jenis-jenis melon yang populer adalah: melon Christianism (1850); melon Sill Hybrid (1870); melon Surprise (1876); melon Ivondequoit, Miller Cream, Netted Gem, Hacken Sack dan Osage (1881-1890); melon Honey Rock dan Improved Perfecto (1933); melon Imperial (1935); melon Queen of Colorado dan Honey Gold (1939). Untuk memudahkan sistem penanaman dan pengelompokan melon, para andal mengklasifikasikan melon dalam dua tipe, yaitu:
a. Tipe Netted-Melon
1. Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar menyerupai jala (net); aroma relatif lebih harum dibanding dengan winter-melon; lebih cepat masak antara 75-90 hari; abadi dan tahan usang untuk disimpan.
2. Varietas: (1) Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat menyerupai jala dan harum; (2) Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik dan harum.
b. Tipe Winter-Melon
1. Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah lambat untuk masak antara 90-120 hari; gampang rusak dan tidak tahan usang untuk disimpan; tipe melon ini sering digunakan sebagai tumbuhan hias.
2. Varietas: (1) Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang dengan diameter 2,5-7,5 cm; (2) Cucumis melo var. flexuosus, permukaan buah halus, buah memanjang antar 35-70 cm; (3) Cucumis melo var. dudain, ukuran kecil-kecil, sering untuk tumbuhan hias; (4) Cucumis melo var. chito, ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tumbuhan hias.

1.4. Manfaat Tanaman
Buah melon dimanfaatkan sebaga masakan buah segar dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Angin yang bertiup cukup keras sanggup merusak pertanaman melon, sanggup mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
b. Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk dan sanggup pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi patogen. Saat tumbuhan melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula dalam buah.
c. Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya.
d. Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya. Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25-30 derajat C. Tanaman melon tidak sanggup tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.
e. ) Kelembaban udara secara tidak pribadi mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan melon. Dalam kelembaban yang tinggi tumbuhan melon gampang diserang penyakit.

2.2. Media Tanam
a. Tanah yang baik untuk budidaya tumbuhan melon ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung materi organik untuk memudahkan akar tumbuhan melon berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.
b. Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8-7,2.
c. Tanaman melon intinya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.

2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman melon sanggup tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300-900 meter dpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tumbuhan tidak berproduksi dengan optimal.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tumbuhan yang sehat, besar lengan berkuasa dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan Furadam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh lantaran itu pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.

3.1.2. Penyiapan Benih
a. Pengadaan benih secara generatif
Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tumbuhan memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tumbuhan dalam kondisi sehat maka jaring-jaring pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tumbuhan disemprot dengan pupuk daun Complesal super tonic (merah) dengan konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali. Untuk mencegah kekurangan unsur kalsium dan boron maka tumbuhan disemprot dengan pupuk daun Ferti-cal dengan konsentrasi 2 ml/liter atau CaB dengan konsentrasi 2 ml/liter.
b. Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan)
Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplan yang digunakan haruslah tepat biar menawarkan hasil yang maksimal. Media dasar yang digunakan tersusun dari garam-garam menurut susunan Murashige & Skoog (1962) dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myo-inositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter aneka macam kombinasi hormon tumbuhan yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media dibuat dalam bentuk padat dengan penambahan biar bacto 8 gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi, suhu 120 derajat C selama 30 menit.Tanaman yang didapat dari kultur jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti halnya tumbuhan yang didapat dari biji.
c. Sumber benih
Untuk menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih dahulu. Sebaiknya selalu memakai benih orisinil (F1 hibrid).
d. Cara penyimpanan benih
Benih harus disimpan ditempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benih sanggup dibuatkan rumah pembibitan yang sederhana lantaran mengingat umur benih hanya selama 10-14 hari, lantaran untuk melindungi benih tumbuhan yang masih muda dari terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun penyakit. Alas rumah pembibitan, tempat polibag diletakkan dilapisi kertas koran biar perakaran bibit tidak menembus ke dalam tanah.
e. Kebutuhan benih
Benih yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untuk cadangan penyulaman.
f. Perlakuan benih
Benih melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkan dengan benih semangka non-biji. Hal ini lantaran kulit melon cukup tipis sehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon yakni pencucian, perendaman, serta pemeraman benih.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
a. Cara dan Waktu Penyemaian
Benih melon yang akan disemaikan, direndam terlebih dahulu di dalam air selama 2-4 jam. Kemudian benih disemaikan pada kantong plastik, yang telah diisi tanah dan pupuk sangkar yang dicampur dengan perbandingan 5:1. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan adonan bubuk sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, biar tumbuhan sanggup tumbuh dengan baik, tidak gampang rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih dengan membuat suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan media semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni sanggup dibuka.
b. Pembuatan Media Semai
Melon termasuk tumbuhan yang tidak terlalu menuntut media semai yang khusus untuk pembibitannya. Medianya sanggup dibuat dengan aneka macam variasi, contohnya dengan mencampurkan tanah, pasir dan pupuk sangkar atau kompos, asal perbandingannya sesuai contohnya 1:1:1. Untuk mendapat hasil bibit melon yang kekar dan sehat maka komposisi media semai yang tepat terdiri dari adonan tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 atau NPK ditambah dengan insektisida karbofuran.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus mendapat pemeliharaan yang baik biar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar.
a. Cara dan Waktu Penyiraman
Bibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul hingga bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu besar lengan berkuasa lantaran akan mengikis tanah media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari polibag. Apabila daun sejati keluar, penyiraman bibit gres sanggup dilakukan embrat atau gembor. Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering dan penyiraman perlu diulangi pada sore hari, jangan menyiram bibit tumbuhan pada siang hari lantaran akan mengakibatkan air dan zat-zat masakan tidak sanggup terserap karenanya bibit menjadi kurus, kering dan layu.
b. Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana disingkirkan dan tidak ditanam.
c. Pemupukan
Untuk pertumbuhan vegetatif bibit sanggup dipacu dengan penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur nitrogen tinggi. Pupuk daun cukup dilakukan satu kali, yaitu pada dikala umur bibit 7-9 HSS dengan konsentrasi 1,0-1,5 gram/liter. Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perlu ditambahkan selama pembibitan lantaran pupuk akar yang diberikan pada media semai telah mencukupi.
d. Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan
Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap perlu. Konsentrasi penuh akan mengakibatkan daun-daun bibit melon ini terbakar (plasmolisis). Penyomprotan ini dilakukan terutama pada dikala 2-3 hari sebelum bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang digunakan yakni Insektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter.

3.1.5. Pemindahan Bibit
Bibit melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4-5 helai atau tumbuhan melon telah berusia 10-12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan cara pemindahan tumbuhan lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara hati-hati kemudian bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya, bedenganpun jangan hingga kekurangan air.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
a. Pengukuran pH Tanah
Pengukuran pH tanah dengan memakai alat pH meter. Tanah yang akan di ukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yang berbeda, kemudian dihitung pH rata-rata.
b. Analisis Tanah
Berdasarkan fakta di lapangan tumbuhan melon sanggup ditanam pada aneka macam jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut sanggup dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan materi organik, maupun pemupukan.
c. Penetapan Waktu/Jadwal Tanam
Penetapan waktu tanam berkaitan dengan asumsi waktu panen suatu varietas melon yang ditanam dan waktu panen varietas melon lainnya. Misalnya waktu tanam melon pada bulan Maret yakni varietas ten me, April varietas aroma, Mei varietas new century (hamiqua) dan seterusnya sehingga petani/pengusaha agribisnis perlu menjadwal waktu tumbuhan varietas melon yang dikehendaki pelanggan.
d. Penetapan Luas Areal Penanaman
Penetapan luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahan yang tersedia, animo dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakan di lahan terbuka di animo hujan akan rusak terjangkit penyakit lantaran terguyur hujan terus-menerus. Maka penanaman melon di animo hujan lebih diarahkan dengan sistem hidroponik.
e. Pengaturan Volume Produksi
Pengaturan volume produksi berkaitan erat dengan asumsi harga pada dikala panen dan permintaan pasar. Cara penanaman melon dilakukan secara bertahap. Misalnya penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi B, dan ketiga 40% di lokasi C. Interval penanaman berkisar 2 minggu. Pengaturan ini lazim dilakukan pada agribisnis melon dengan sistem hidroponik. Untuk menjaga kontinuitas produksi, biasanya interval tanamnya berselang 1-2 minggu.

3.2.2. Pembukaan Lahan
a. Pembajakan
Untuk penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanya sudah sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan yang dibajak harus digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup dilakukan sekali dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.
b. Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan Siap Tanam
Untuk pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup kering. Karena kita bisa gampang membentuk tanah yang semula berbongkah-bongkah dan cukup liat, tanah yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah diserap air). Dengan tanah tersebut akan menguntungkan tanaman. Selain perakarannya gampang menembus tanah, juga akan gampang bernapas.
Cara-cara pencangkulan yakni sebagai berikut:
1. Mula-mula lakukan pembalikan tanah (tanahnya masih berbongkah-bongkah.
2. Tanah dari hasil pencangkulan pertama dihaluskan atau dihancurkan, dengan kedalaman ± 30-50 cm. (untuk dua kali cangkulan)
3. Pencangkulan dilakukan kalau keadaan tanahnya betul-betul sudah dikategorikan ke dalam tanah berat. Jika tidak, sekali cangkul tanah sudah cukup beremah dan kita sanggup mengerjakan pekerjaan yang lain.

3.2.3. Pembentukan Bedengan
a. Cara Pembuatan
Selama 5-7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini akan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi agak hancur lantaran mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan tumbuhan dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang bedengan maksimum 12-15 m; tinggi bedengan 30-50 cm; lebar bedengan 100-110 cm; dan lebar parit 55-65 cm.
b. Bentuk Bedengan
Bedengan dibuat dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandi struktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu bedengan kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama seminggu biar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun ada hingga menghilang tuntas.
c. Ukuran dan Jarak Bedengan
Dengan panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatan tumbuhan dan mempercepat pembuangan air, terutama di animo hujan. Tinggi bedengan dibuat sesuai dengan animo dan kondisi tanah. Pada animo hujan tinggi bedengan 50 cm biar perakaran tumbuhan tidak terendam air kalau hujan deras. Dan pada animo kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, lantaran untuk memudahkan perawatan pada dikala bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55-65 cm yakni untuk memudahkan perawatan pada dikala penyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian.

3.2.4. Pengapuran
Dengan pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang dibutuhkan untuk dinding sel tanaman. Pengapuran sanggup memakai dolomit/calmag (CaCO3 MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan kebutuhan sanggup dilakukan dengan memakai data berikut ini :
a) < 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha
b) 4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/ha
c) 4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/ha
d) 5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/ha
e) 5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/ha
f) 6,1 - 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha

3.2.5. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)
Mulsa PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di cuilan atas dan warna hitam dibagian bawah dengan aneka macam keuntungan. Warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tumbuhan menyerupai Thirps dan Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tumbuhan menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang).
Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada dikala panas matahari terik biar mulsa sanggup memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknis pemasangannya cukup oleh 2 orang untuk satu bedengan. Caranya tariklah kedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan memakai pasak penjepit mulsa kemudian ujung yang satunya. Setelah kedua ujung mulsa PHP terkait erat pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklah mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan. Kaitkan kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisi mulsa terkait rapat pada bedengan. Setelah selesai pemasangan, bedengan-bedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3-5 hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuan biar pupuk kimia yang diberikan sanggup bermetamorfosis bentuk tersedia sehingga sanggup diserap tanaman.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Tanaman melon merupakan tumbuhan semusim yang biasa ditanam dengan pola monokultur.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Untuk membuat lubang tanam dengan memakai pelat pemanas atau memanfaatkan bekas kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potongan besi dengan diameter 10 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang dibakar bisa melubangi mulsa PHP dengan cepat. Model penanaman sanggup berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat ati ia baros berhadap-hadapan membentuk segi tiga.

3.3.3. Cara Penanaman
Bibit yang telah di semai + 3 ahad dipindahkan kedalam besar beserta medianya. Akar tumbuhan diusahakan tidak hingga rusak dikala menyobek polibag kecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yang telah ditugal dan diusahakan biar tidak pecah/hancur lantaran bisa menimbulkan kerusakan akar dan tumbuhan akan layu kalau hari panas.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) ahad setelah tanam bibit tidak memperlihatkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari biar tumbuhan muda ini sanggup lebih mengikuti keadaan dengan lingkungan barunya. Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 - 5 hari, lantaran kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tumbuhan lainnya yang perlu disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tumbuhan gres harus disiram air.

3.4.2. Penyiangan
Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang tanam dan parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan mengakibatkan lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga sanggup sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan.

3.4.3. Pembubunan
Untuk pembubunan pertama-tama kita lakukan yakni pemupukan awal dan mensterilkan lahan di situ. Tujuannya yakni setelah tanah diolah dan dipupuk, tanah akan menjadi subur dan akan terbebas dari hama dan penyakit. Saat melaksanakan pemupukan, tanah yang sebelumnya sudah diolah, telah dikelentang selama 2 minggu. Dengan begitu, diharapkan tanah yang cukup usang terkena terik matahari tersebut, cukup sehat untuk ditanami.

3.4.4. Perempalan
Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama.

3.4.5. Pemupukan
Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tumbuhan berusia 40 hari (ketika akan melaksanakan penjarangan buah) dan pada dikala tumbuhan berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10-15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan biar pupuk tersebut bisa kondusif terpendam dalam tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukan semenjak awal.
a) Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar=10-20 ton/ha.
b) Urea: pupuk dasar=440 kg/ha; pupuk susulan I=330 kg/ha; pupuk susulan II=220 kg/ha; pupuk susulan III=440 kg/ha.
c) TSP: pupuk dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220 kg/ha; pupuk susulan II=550 kg/ha.
d) KCl: pupuk dasar=330-440 kg/ha; pupuk susulan II=160 kg/ha.
Keterangan pupuk dasar: pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam); pupuk susulan I : umur ± 20 hari; pupuk susulan II: umur + 40 hari; pupuk susulan III: umur + 60 hari.

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
a. Pengairan
Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan kalau hari tidak hujan. Pengairan dilakukan pada sore atau malam hari.
b. Penyiraman
Tanaman di siram semenjak masa pertumbuhan tanaman, hingga tumbuhan akan dipetik buahnya. Saat menyiram jangan hingga air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Tujuannya yakni supaya tumbuhan tidak dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau daun berair kuyup akan mengundang jamur sangat besar. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari. Oleh lantaran itu ada pengairan di sekitar kebun besar sekali manfaatnya.

3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
a. Tindakan preventif, benih direndam dalam larutan bakterisida Agrimycin (oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter dan penyemprotan bakterisida pada umur 20 HST.
b. Penyemprotan fungisida Previcur N (propamocarb hydrochloride) dengan konsentrasi 2-3 ml/liter apabila serangan telah melewati ambang ekonomi.
c. Fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1-2 ml/liter. Pangkal batang yang terjangkit dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 ml/liter.
3.4.8. Pemeliharaan Lain
a. Pemasangan Ajir
Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan sanggup di pasang setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun. Atau sanggup juga ajir dipasang setelah bibit ditanam, dan bibit sudah mengeluarkan sulur-sulurnya kira-kira tingginya yakni 50 cm. Ajir harus terbuat dari materi yang besar lengan berkuasa sehingga bisa menahan beban buah dengan bobot kira-kira 2-3 kg. Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kita bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di cuilan pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.
b. Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan pada tumbuhan melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tumbuhan dibuat rata-rata antara titik ke-20 hingga ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tumbuhan tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas yakni cabang yang bersahabat dengan tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh kemudian dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, kalau ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Kutu aphids (Aphis gossypii Glover )
Ciri: Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Hama ini menyerang tumbuhan melon yang ada di lahan penanaman. Aphids muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkan yang remaja mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun tumbuhan menggulung dan pucuk tumbuhan menjadi kering akhir cairan daun yang dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma harus selalu dibersihkan biar tidak menjadi inang hama; (2) tumbuhan yang terjangkit parah harus disemprot secara serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate) dengan konsentrasi 1,0-2,0 ml/liter; (3) tumbuhan yang telah terjangkit virus harus dicabut dan dibakar (dimusnahkan).
b. Thirps (Thirps parvispinus Karny)
Ciri: Hama ini menyerang dikala fase pembibitan hingga tumbuhan dewasa. Nimfa thirps berwarna kekuning-kuningan dan thirps remaja berwarna coklat kehitaman. Thirps berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkan keturunan meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di animo kemarau. Gejala: daun-daun muda atau tunas-tunas gres menjadi keriting, dan bercaknya kekuningan; tumbuhan keriting dan kerdil serta tidak sanggup membentuk buah secara normal. Kalau tanda-tanda ini timbul harus diwaspadai dikarenakan telah tertular virus yang dibawa hama thirps. Pengendalian: menyemprot dengan racun kontak, 3-4 hari sekali.
 
3.5.2. Penyakit
a. Layu bakteri
Penyebab: basil Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini sanggup disebarkan dengan mediator kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky). Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tumbuhan layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian tumbuhan layu secara keseluruhan. Apabila batang tumbuhan yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan sanggup ditarik menyerupai benang. Pengendalian: (1) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan Basamid G dengan takaran 40 g/m2; (2) benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin (oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter ; (3) penyemprotan bakterisida ini pada umur 20 HST.
b. Penyakit amis pangkal batang (gummy stem bligt)
Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala: pangkal batang yang terjangkit mula-mula menyerupai tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian tumbuhan layu dan mati; daun tumbuhan yang terjangkit akan mengering apabila diremas menyerupai kerupuk dan berbunyi kresek-kresek apabila diterpa angin. Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang lantaran penyiangan; (2) daun-daun tumbuhan yang terjangkit dibersihkan kemudian disemprot dengan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1-2 ml/liter; (3) pangkal batang yang terjangkit dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 m/liter.

3.5.3. Gulma
Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, lantaran bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan semenjak tumbuhan masih kecil, lantaran kalau sudah besar akan merusak perakaran tumbuhan melon.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
a. Tanda/ciri Penampilan Tanaman Siap Panen
1. Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
2. Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar
3. Warna kulit hijau kekuningan.
b. Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.
c. Waktu Pemanenan yang baik yakni pada pagi hari.
3.6.2. Cara Panen
a. Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.
b. Tangkai dipotong berbentuk aksara "T", maksudnya biar tangkai buah utuh dan kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong daunnya.
c. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen.
d. Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat untuk disortir. Kerusakan buah akhir terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari lantaran akan mengurangi harga jual terutama di swalayan.

3.6.3. Periode Panen
Panen dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang harga melon diramalkan jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tumbuhan yang sanggup memakai lahan bekas menanam melon yakni cabai. Karena lahan yang tersedia tidak perlu diubah. Hanya mulsa PHP dibuka dan takaran pemupukan ditambahkan 50%.
Bila dalam jangka waktu 4 bulan berikutnya dinyatakan harga melon meningkat, maka lahan bekas sawah ditanami padi terlebih dahulu untuk satu animo tanam. Alasannya yakni dari segi kormesial tumbuhan padi kurang menguntungkan, tapi dari segi pemutusan siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan lantaran hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan mati dengan kondisi tanah yang terendam air (anaerob). Setelah menanam padi selesai, tumbuhan melon yang ditanam akan berproduksi tinggi dengan risiko serangan hama dan penyakit yang lebih rendah.

3.6.4. Prakiraan Produksi
Untuk mengetahui jumlah produksi yang akan dihasilkan cuilan pemasaran harus melaksanakan penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tumbuhan melon diperkirakan akan menghasilkan buah melon 10-15 ton, maka memanennya harus dilakukan secara bertahap. Misalnya ahad I menanam seluas 2.000 m2, ahad II menanam seluas 2.000 m2, dan seterusnya. Hal ini untuk tingkat kontinuitas produksi akan tercapai dan resiko tidak terjualnya buah melon akan terhindar.

3.7. Pascapanen
Pascapanen merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi kwalitas/penampilan buah melon.

3.7.1. Pengumpulan
Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akhir terbentur atau cacar fisik lainnya, lantaran akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian di sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun cacat lantaran serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas manis kemudian di lakukan penggolongan melon menurut tiga kelas.
a. Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.
b. Kelas M2 yaitu melon berbobot 1-1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.
c. Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi lantaran tumbuhan belum saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akhir serangan hama.

3.7.3. Penyimpanan
Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang belum terangkut sanggup disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama menyerupai kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai amis harus di jauhkan dari tempat penyimpanan.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Kemasan untuk melon sanggup dibuat dari kayu biasa dan banyak mempunyai lubang angin. Cara menyusunnya, cuilan dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal, kemudian melon diberikan jerami juga dibagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah melon diberi lapisan jerami lagi.
Selain dari kotak, pengemasan bisa juga memakai rajutan benang yang menyerupai jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisi dengan jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan menyerupai ini akan lebih terjamin dibanding dengan memakai kotak dari kayu (cara tradisional).
Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa ke pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipak secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin biar buah tetap segar kalau hingga ke tempat tujuan.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Contoh analisis pasar pada penanaman melon dilahan terbuka dengan memakai mulsa PHP. Luas lahan 1 ha, populasi 3.000 tumbuhan di kawasan Jawa Barat pada tahun 1999.

  1. Biaya produksi
    1. Penyiapan lahan/pembentukan bedengan
      - Sewa tanah 1 animo tanam (4 bulan)
      - Pembukaan/pembersihan lahan 50 HKP @ Rp. 7.000,-
      - Pembentukan bedengan garang 100 HKP @ Rp. 7.000,-
      - Tenaga pengapuran 20 HKP @ Rp.7.000,-
      - Penebaran pupuk sangkar 45 HKP @ Rp. 7.000,-
      - Penebaran pupuk kimia,pasang mulsa 65 HKP @ Rp. 5.000,-
    2. Benih dan mulsa PHP
      - Benih melon 500 g
      - Mulsa PHP 10 rol (200 kg) @ Rp. 5.725,-
    3. Pupuk dan kapur pertanian
      - Pupuk sangkar 27 ton @ Rp. 150.000,-
      - ZA 630 kg @ Rp. 1.250,-,-
      - Urea 450 kg @ Rp. 1.500,-,-
      - TSP/SP-36 900 kg @ Rp. 1.800,-
      - KCl 720 kg @ Rp. 1.650,-,-
      - Borate/Fertibor 18 kg @ Rp. 5.000,-
      - Kapur pertanian 1.800 kg @ Rp. 300,-
    4. Penyiapan bibit dan penanaman
      - Plastik semai polibag 5 kg @ Rp. 10.000,-
      - Plastik transparan 50 m @ Rp. 1.800,-
      - Tenaga kerja semai 75 HKW @ Rp. 5.000,-
      - Penanaman 50 HKW @ Rp. 5.000,- + 30 HKP @ Rp. 7.000,-
    5. Pestisida dan pupuk daun
      - Karbofuran 36 kg @ Rp. 5.000,-
      - Insektisida semprot 15 liter @ Rp. 80.000,-
      - Fungisida 25 kg @ Rp. 50.000,-
      - Pupuk daun 10 kg @ Rp. 10.000,-
      - Perekat-perata 10 liter @ Rp. 10.000,-
    6. Pemeliharaan tanaman
      - Tenaga semprot 60 HKP @ Rp. 7.000,-
      - Pemupukan NPK/KNO3 80 kg @ Rp. 2.400,-
      - Tenaga pemupukan kocoran dan penyiangan 25 HKW @ Rp. 5.000,-
      - Pemangkasan cabang 15 HKW @ Rp. 5.000,-
    7. Panen
      - Tenaga panen 20 HKP @ Rp. 7.000,- + 10 HKW @ Rp. 5.000,-
    8. Lain-lain
      - Belanja peralatan (3 sprayer, embrat, drum, dsb)
      - Gubuk tempat tinggal dan penyimpanan alat
      - Tenaga keamanan (1 bulan)
        Biaya tak terduga sebesar 5%)
        Jumlah biaya produksi
  2. Penerimaan
    1. Misalnya rata-rata produksi tumbuhan 2,25 kg (rata-rata dipelihara 1 buah) maka produksi per 1.000 m2 ditaksir mencapai 6.750 kg.
    2. Jika diperhitungkan tingkat kerusakan tumbuhan (loss) 5% maka hasil yang hilang sebesar 337.5 kg melon sehingga produksi higienis melon menjadi 6750 kg - 337.5 kg = 6412.5 kg.
    3. Sebagai pola hasil yang diperoleh terdiri dari 65% kelas M1 ; 25% kelas M2 dan 10% kelas M3. Jika harga melon kelas M1. Rp. 4.000,-; kelas M2 Rp. 3.000,-; kelas M3 Rp. 2.500,- maka penerimaan penjualan melon.
      Kelas M1 = 65% x 6412.5 kg x Rp. 5.000,-
      Kelas M2 = 25% x 6412.5 kg x Rp. 4.000,-
      Kelas M3 = 10% x 6412.5 kg x Rp. 3.000,-
      Jumlah penerimaan
  3. Keuntungan
  4. Parameter kelayakan perjuangan
    1. B/C Ratio


Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.









Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.


Rp.


850.000,-
350.000,-
700.000,-
140.000,-
315.000,-
455.000,-

2.301.350,-
1.145.000,-

4.050.000,-
787.500,-
675.000,-
1.620.000,-
1.188.000,-
90.000,-
540.000,-

50.000,-
90.000,-
375.000,-
460.000,-

180.000,-
1.200.000,-
1.250.000,-
100.000,-
100.000,-

420.000,-
108.000,-
96.250,-
75.000,-

190.000,-

900.000,-
375.100,-
150.000,-
1.066.310,-
22.392.510,-









20.840.625,-
6.412.500,-
1.923.750,-
29.176.875,-
6.748.365,-


= 1,30
Catatan: HKP = hari kerja laki-laki (8 jam sehari), HKW = hari kerja perempuan (6 jam sehari).

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Agribisnis melon harus dilakukan secara cermat dan tetap selalu waspada. Walau menurut analisis budidaya agribisnis melon memperlihatkan prospek yang menjanjikan, tapi suatu ketika penyemprotan tertunda atau hal-hal sepele lainnya tidak diperhatikan maka laba yang sudah sanggup dibayangkan akan menjadi sirna seketika.

Di era perdagangan menuju pasar bebas, persaingan semakin ketat. Perlu dicarikan pasar khusus untuk sanggup mendongkrak harga jual. Buah yang berkualitas tinggi yang ditawarkan akan layak mendapat harga jual yang tinggi pula. Informasi harga pasar dicari sebanyak-banyaknya sebelum panen berlangsung. Rantai tata niaga dipelajari seteliti mungkin. Diusahakan rantai teRp.endek untuk mendapat harga jual tertinggi.



V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya petani melon, Pemerintah menetapkan kebijaksanaan dalam menentukan urutan jenis tumbuhan pertanian/hortikultura. Dalam ruang lingkup berikut telah disusun beberapa fatwa sebagai berikut:

Mengutamakan jenis tumbuhan melon yang bernilai ekonomi tinggi, untuk meningkatkan pendapatan petani melon, baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri.
Mengutamakan jenis tumbuhan yang sanggup memberi kesempatan tenaga kerja lebih banyak.
Mengutamakan jenis tumbuhan melon yang mempunyai prospek pasar dan pemasaran yang baik.
Mengutamakan jenis tumbuhan melon yang sanggup mempertinggi nilai gizi masyarkat.

5.2. Diskripsi
Berdasarkan uraian diatas, tumbuhan melon merupakan salah satu tumbuhan prioritas utama yang perlu mendapat perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura. Buah melon mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tumbuhan hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak laba kepada petani atau pengusaha pertanian tumbuhan melon. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Untuk pembagian terstruktur mengenai standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Melon yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker pada buah;
b) Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga;
c) Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi melon harus dijaga;
d) Buah melon yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa untuk menawarkan kepuasan pelanggan.

5.4. Pengambilan Contoh
Dalam pengambilan pola untuk penanganan produksi selanjutnya, umur melon kurang lebih 56-65 HST, buah melon yang berukuran besar mempunyai berat rata-rata 2,5 kg, ukuran sedang 1,0-2,5 kg, dan ukuran kecil berat buah sekitar 400 gram.

5.5. Pengemasan
Untuk pengemasan yang standar sanggup memakai kotak kayu atau sanggup juga memakai rajutan benang yang menyerupai dengan jala. Dengan kemasan rajutan benang akan lebih terjamin dibanding dengan memakai kotak kayu.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Final, Prajnanta, Ir., Melon Pemeliharaan Secara Intensif Kiat Sukses Beragribisnis Cetakan ke-2, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998).
b) Setiadi, Bertanam Melon, Cetakan ke-4, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998)
c) Sudarsono dan Winata, Livy, Fakultas IPB. Pemakaian Teknik Kultur Jaringan Sebagai Perbanyakan Melon (Cucumis melo L.)
d) Tjahjadi, Nur, Ir.,Bertanam Melon, 24352, (Jakarta: Kanisius, 1987).
e) Fakultas IPB, Bogor, 1984. Karya Ilmiah Mahasiswa Jurusan Budidaya .


Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Buah Melon

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Buah Melon kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Buah Melon dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/07/budidaya-tanaman-buah-melon.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel