Budidaya Tanaman Buah Nangka

Budidaya Tanaman Buah Nangka - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Buah Nangka, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Buah-Buahan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Buah Nangka
link : Budidaya Tanaman Buah Nangka

Baca juga


Budidaya Tanaman Buah Nangka

Nangka
( Artocarpus heterophyllus Lamk )

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Nangka merupakan tumbuhan buah berupa pohon yang berasal dari India dan menyebar ke tempat tropis termasuk Indonesia. Di Indonesia pohon ini mempunyai beberapa nama tempat antara lain nongko/nangka (Jawa, Gorontalo), langge (Gorontalo), anane (Ambon), lumasa/malasa (Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka (sunda). Beberapa nama absurd yaitu: jacfruit, jack (Inggris), nangka (Malaysia), kapiak (Papua Nugini), liangka (Filipina), peignai (Myanmar), khnaor (Kamboja), mimiz, miiz hnang (laos), khanun (Thailand), mit (Vietnam).

1.2. Sentra Penanaman
Merupakan buah utama bahkan dianggap sebagai pangan pokok pada ketika kekurangan pangan. Di Asia Tenggara, nangka terutama dipelihara di pekarangan dan dikebun buah campuran; pada tahun 1980-an beberapa kebun buahnya yang luas ditanamai nangka sebagai tumbuhan tumpang sari dengan Nangka. Karena buahnya gampang sekali busuk, tidak sanggup dilakukan perdagangan ekspor ke Australia, Eropa dan sebagainya dari pabrik-pabrik pengalengan di Malaysia.

1.3. Jenis Tanaman
Di Indonesia lebih dari 30 kultivar di Jawa terdapat lebih dari 20 kultivar. Berdasarkan sosok pohon dan ukuran buah nangka terbagi dua golongan yaitu pohon nangka buah besar dan pohon nangka buah mini.
a) Nangka buah besar: tinggi mencapai 20-30 m; diameter batang mencapai 80 cm dan umur mulai berbuah sekitar 5-10 tahun.
b) Nangka buah kecil: tinggi mencapai 6-9 m; diameter batang mencapai 15-25 cm dan umur mulai berbuah sekitar 18-24 bulan.
Berdasarkan kondisi daging buah nangka sanggup dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Nangka bubur: daging buah tipis, lunak agak berserat, beraroma keras gampang lepas dari buah.
b) Nangka salak: daging buah tebal, agak kering aromanya kurang keras. (nangka celeng dan nangka belulang).
c) Nangka cempedak: daging buah tipis, liat dan beraroma harum spesifik.
Varietas-varietas unggul nangka yang ditanam di Indonesia yaitu: nangka bilulang/nangka celeng, nangka cempedak, nangka dulang, nangka kandel, nangka kunir, nangka merah, nangka salak, nangka mini, dan nangka misin.

1.4. Manfaat Tanaman
a. Daging buah nangka muda (tewel) dimanfaatkan sebagai masakan sayuran.
b. Tepung biji nangka digunakan sebagai materi baku industri masakan (bahan makan campuran).
c. Daun muda sanggup dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
d. Kayu nangka dianggap lebih unggul daripada jati untuk pembuatan meubel, konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, untuk tiang kuda dan sangkar sapi ( di Priangan), dayung, perkakas, dan alat musik.
e. Pohon nangka sanggup dimanfaatkan sebagai obat tradisional.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Angin berperan dalam membantu penyerbukan bunga pada tumbuhan nangka.
b. Pohon nangka cocok tumbuh di tempat yang memilki curah hujan tahunan rata-rata 1.500-2.500 mm dan animo keringnya tidak terlalu keras. Nangka sanggup tumbuh di tempat kering yaitu di daerah-daerah yang mempunyai bulan-bulan kering lebih dari 4 bulan
c. Sinar matahari sangat dibutuhkan nangka untuk memacu fotosintesa dan pertumbuhan, lantaran pohon ini termasuk intoleran. Kekurangan sinar matahari sanggup menyebabkan terganggunya pembentukan bunga dan buah serta pertumbuhannya.
d. Rata-rata suhu udara minimum 16-21 derajat C dan suhu udara maksimum 31-31,5 derajat C.
e. Kelembaban udara yang tinggi dibutuhkan untuk mengurangi penguapan.

2.2. Media Tanam
a. Pohon nangka dipelihara di banyak sekali tipe tanah, tetapi lebih menyenangi aluvial, tanah liat berpasir/liat berlempung yang dalam dan beririgasi baik.
b. Umumnya tanah yang disukai yaitu tanah yang gembur dan agak berpasir. Pohon ini hidup pada tanah tandus hingga subur dengan kondisi reaksi tanah asam hingga alkalis. Bahkan pada tanah gambutpun pohon ini sanggup tumbuh dan menghasilkan buah.
c. Pohon nangka tahan terhadap pH rendah (tanah masam) dengan pH 6,0-7,5, tetapi yang optimum pH 6-7.
d. Kedalaman air tanah yang cocok bagi pertumbuhan nangka ialah 1-2 m atau antara 1-2.5 m. Karena perakarannya sangat dalam, maka sebaiknya ditanam pada tanah yang cukup teball lapisan atasnya (kira-kira 1 m).

2.3. Ketinggian Tempat
Pohon nangka sanggup tumbuh dari mulai dataran rendah hingga ketinggian tempat 1.300 m dpl. Namun ketinggian tempat yang terbaik untuk pertumbuhan nangka ialah antara 0-800 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Bibit
Umumnya perbanyakan tumbuhan nangka dilakukan dengan memakai bijinya, lantaran perbanyakkan dengan cangkok atau okulasi hanya sedikit persentase jadinya. Hal ini mungkin disebabkan kandungan lateksnya yang sanggup menghambat proses persatuan.
Seleksi dilakukan semenjak masa pembibitan apabila ingin mendapat nangka yang bersifat unggul (cepat berbuah, bisa berproduksi banyak dengan buah yang berkualitas dan tahan terhadap hama dan penyakit). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan bibit yang baik adalah:
a. Bibit harus berasal dari jenis atau varietas yang unggul (produksi tinggi, buah berkualitas baik, berumur panjang dan tahan terhadap hama dan penyakit).
b. Bibit harus sehat yang sanggup dilihat dari sosoknya yang kokoh, batangnya kuat, lurus dan tumbuh tegak, percabangan banyak serta daun belahan atas berwarna hijau segar dan mengkilap.

3.1.2. Penyiapan Bibit
Penanganan benih meliputi pembersihan secara hati-hati untuk membuang kulit biji yang berlendir dan membuang belahan perikarp yang berupa tanduk; perlakuan ini akan memperbaiki perkecambahan. Benih disemai sewaktu masih segar; jikalau dibutuhkan penyimpanan jangka pendek, benih dihentikan dibiarkan mengering. Benih yang memilki 40% dari kandungan air aslinya dan disimpan dalam wadah plastik yang kedap, dengan suhu udara 20 derajat C masih bisa berkecambah selama 3 bulan. Dalam kondisi yang memadai perkecambahan sanggup diawali setelah 10 hari dan mencapai persentase perkecambahan 80-100% dalam jangka waktu 35-40 hari setelah disemai. Benih hendaknya diletakkan mendatar atau dengan hilumnya menghadap ke bawah untuk perkecambahan.
Cara pembiakan pohon nangka dengan okulasi memerlukan keterampilan khusus dan pengalaman dan persentase jadinya rendah. Keuntungannya antara lain cepat berbuah dan sifatnya induknya sanggup diturunkan.Tanaman yang digunakan sebagai pangkal bawah ialah anakan nangka/cempedak yang asalnya dari biji. Cara okulasinya ialah sebagai berikut:
a. Sayat sebuah mata kayu (mata entras) dari batang nangka, dengan kulitnya kira-kira 2 cm dari atas hingga 2 cm di bawah mata. Kayu yang terbawa dibuang dengan hati-hati semoga titik tumbuh mata tidak rusak.
b. Sayat kulit pohon pangkal bawah , kira-kira 10-20 cm di atas leher akar dengan lebar 2-3 cm dan panjangnya 3-4 cm. Ungkitlah dari kayunya dan pengecap kukit dipotong separuhnya. Masukkanlah mata tersebut ke dalam pengecap kulit pohon pangkal bawah tersebut, sedemikian rupa, mata masih kelihatan di atas pengecap kulit pohon yang dipotong. Kemudian ikatlah dengan tali rafia dan mata tetap tersembul keluar (jangan hingga terhimpit).
c. Pada okulasi yang berhasil, setelah 8-14 hari ikatan tali rafia harus dibuang. Apabila tunas sudah tumbuh sepanjang 1-10 cm, ikatlah tunas pada belahan atas pohon, semoga tunas tumbuhnya lurus dan tidak dirusak lantaran digoyang-goyang angin.
Bahan untuk cangkok diambil dari dahan muda/ranting gres berada di cabang pohon/tunas ranting gres yang berada di cabang pohon maupun tunas ranting yang belum produktif. Pencangkokkan dilakukan menjelang animo penghujan semoga perakaran sanggup tumbuh dengan baik. Namun demikian pencangkokkan dilakukan pada animo kemarau, tetapi harus disiram secara teratur.
Cara mencangkok dilakukan dengan cara mengupas kulit sekeliling dalam 3-5 cm lebarnya. Luka yang telah dibentuk dibiarkan kering kena angin 1-2 hari. Kemudian luka belahan atas diolesi hormon rootone F, setelah itu ditutup dengan tanah berkompos atau humus yang telah dibasahi dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik yang telah diberi lobang-lobang kecil.

3.1.3. Teknik Penyemaian Bibit
Biji disemai/ditanam ke dalam kantong-kantong plastik yang sudah tersedia di bedengan sedalam setebal biji, setelah itu ditutup lapisan tanah tipis. Biji akan berkecambah dengan rata-rata daya kecambah dan persen jadi tumbuhan ± 90 %. Semai muda dipotkan selambat-lambatnya setelah berdaun empat helai, lantaran bibit yang lebih bau tanah sulit untuk dipindahtanamkan (transplanting). Kesulitan ini sanggup diatasi dengan cara menyemaikan 1-2 benih eksklusif ke dalam satu wadah. Semai paling cocok disimpan di bawah naungan (50-70 % intensitas cahaya matahari penuh).

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Untuk bibit dari biji, penyiraman dilakukan secara teratur setiap pagi hari. Sebaiknya persemaian diberi naungan yang tidak terlalu rapat dan menghadap ke arah timur guna mencegah penguapan air yang terlalu cepat.
Untuk bibit dari cangkokkan, penyiraman sanggup dilakukan secara teratur tiap hari untuk mencegah kekeringan. Penyiraman ini dilakukan kalau belum ada hujan. Semai dari cangkokan sebaiknya diberi naungan ketika gres dipindahkan supaya tidak layu.

3.1.5. Pemindahan Bibit
Bibit yang akan diangkut ke lapangan penanaman sebaiknya disiram terlebih dahulu. Pengangkutan bibit ke lapangan penanaman dilakukan pagi atau sore hari dan dikerjakan dengan hati-hati.
Pembongkaran bibit di lapangan dikerjakan hati-hati menyerupai halnya pada waktu pengangkutan. Apabila jarak angkutan bibit cukup jauh, maka bibit yang telah dibongkar dirawat lebih dahulu beberap hari sebelum ditanam.
Bibit-bibit ini (dari biji) sanggup ditanam di lapangan sewaktu masih muda sekali, yaitu sebelum perakarannya tumbuh keluar pot, alasannya ialah gangguan terhadap perakaran sanggup mematikan bibit itu.
Bibit juga harus mempunyai ukuran tinggi 50-75 cm dan berumur 1-1 1/2 bulan.
Bibit dari okulasi sanggup ditanam di lapangan pada umur 6-8 bulan. Jika panjang tunas telah mencapai 2-30 cm, potonglah belahan atas pohon pangkal dan lukanya ditutup parafin. Untuk okulasi sebaiknya dilakukan pada ketika udara cerah dan tidak hujan. Bibit dari cangkokan, umumnya setelah 1-2,5 bulan, cangkokan sudah berakar banyak dan cangkok sanggup diambil. Setelah disapih beberapa hari, cangkok sanggup ditanam di lapangan.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Sebelum acara penanaman dilaksanakan, perlu dilakukan investigasi lapangan dan menurut hasil investigasi lapangan ditentukan batas-batas areal.
Faktor-faktor yang mensugesti pertumbuhan tumbuhan nangka menyerupai gulma, genangan air, struktur serta pola tekstur tanah harus dibenahi/dikendalikan. Untuk itu tindakan pembersihan lapangan secara total, pengaturan drainase dan pengolahan tanah terutama di tempat yang akan dibentuk lobang tanam.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bedengan pembibitan sebagai berikut:
a. Ukuran bedengan bermacam-macam tetapi biasanya digunakan antara 5 x1 m atau 10 x 1 m.
b. Bedengan membusur arah Utara ke Selatan dan pinggirnya diperkuat dengan bambu, watu merah, atau kayu serta permukaannya ditinggikan 10-15 cm dari atas permukaan tanah.
c. Antar bedengan berjarak 0,45 m dan setiap 5-10 m bedengan dibentuk jalan investigasi sekitar 60-100 m.
d. Saluran air dibentuk sepanjang kiri kanan pemeriksaan.
e. Bedengan diberi naungan dengan atap nipah atau sarlom. Bagian yang menghadap ke timur dibentuk lebih tinggi daripada yang menghadap ke Barat.
f. Dalam bedengan disusun kantong-kantong plastik yang sudah diisi media tumbuh dan sudah diberi lobang-lobang kecil di belahan bawahnya. Media tumbuh yang digunakan adonan tanah lapisan olah, pupuk organik, dan pasir halus dengan perbandingan 2:1:1. Ukuran kantong plastik yang digunakan 20 x 30 cm dengantebal 0,08 mm dan berwarna hitam.

3.2.3. Pengapuran
Apabila pH tanah bersifat terlalu asam atau basa maka perlu dilakukan beberapa upaya semoga nangka bisa tumbuh dan memperlihatkan hasil yang optimal. Apabila terlalu asam (pH<5) sanggup ditambahkan kapur, jikalau terlalu basa (pH>7) bisa ditambahkan belerang. Dosis yang digunakan tergantung pada kondisi tanahnya namun sebagai ajaran 1 kg kapur atau sulfur untuk 1 m3 lobang tanam.

3.2.4. Pemupukan
Pada lobang tanam, tanah hasil galian dicampur dengan pupuk sangkar 20 kg/lubang dan dolomit 0,5 kg/lubang (untuk menaikkan pH). Tanah adonan ini dimasukkan ke lubang 2-3 ahad sebelum penanaman. Seminggu sebelum tanam berilah pupuk NPK (15-15-15) 100 gram ke dalam lubang penanaman.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola perjuangan pekarangan ialah bertanam di lahan sekitar rumah. Hasil ini tidak semata-mata untuk dijual tetapi sebagian untuk dikonsumsi sendiri. Sedangakan pola perjuangan kebun yaitu bertanam di lahan yang jauh lebih luas dari pekarangan dengan pertimbangan akhirnya untuk memnuhi kebutuhan pasar, modal dan tenaga kerja cukup tersedia serta lahannya sesuai dengan persyaratan tempat tumbuh nangka.
Pola perjuangan kebun sanggup berbentuk kebun tumbuhan murni dan kebun tumbuhan campuran. Pada kebun tumbuhan murni hanya ditanam satu jenis tumbuhan yaitu seluruhnya ditanami nangka. Sedangkan di kebun campuran, pohon nangka dicampur nenas, pepaya, dan sebagainya.
Pohon nangka yang dipelihara di kebun buah jarak tanamnya 8 - 12 m, dalam pola segi empat atau segi enam: kepadatan yang umum ialah 100-120 batang/ha. Jarak tanamnya antara lobang tanam 12 x 12 m atau 4 x 6 m.

3.3.2. Pembuatan Lobang Tanam
Lubang tanam dibentuk dengan ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5 m atau 1 x 1 x 0,5 m. Pada ketika penggalian lubang tanam, tanah belahan atas dipisahkan dari tanah belahan bawah. Tanah belahan atas dicampur dengan pupuk sangkar yang sudah matang sebanyak 20 kg per lubang. Lubang tanah yang telah digali dibiarkan terbuka selama 1-2 minggu, semoga mendapat sinar matahari sehingga teroksidasi dengan baik. Untuk menghindari hambatan tanah asam, tanah galian dicampur dengan dolomit/kapur pertanian sebanyak 0,5-1 kg per lubang tanam dan tanah adonan ini dimasukkan ke dalam lubang 2-3 ahad sebelum penanaman. Untuk tanah yang terlalu berat, selain pengolahan tanah sanggup pula ditambahkan pasir sebanyak 0,5 kaleng per lubang. Seminggu sebelum tanam berilah NPK (15-15-15) 100 gram ke dalam lubang penanamn apabila perlu. Bibit hasil semaian atau okulasi ditanam tegak dan kokoh ke dalam tengah lubang penanaman. Jarak antara lubang tanam 12 x 12 m atau 4 x 6 m.

3.3.3. Cara Penanaman
Penanaman dilakukan sore hari atau pagi hari pada permulaan animo penghujan yaitu ketika curah hujan sudah cukup merata.
Bibit ditanam pada lubang yang sudah tersedia, tegak lurus. Sebelum bibit ditanam, kantong plastik harus dibuang.
Kalau penanaman dilakukan di luar animo penghujan atau lantaran adanya kelainan iklim, yaitu animo hujan tiba-tiba menjelma kemarau lagi, maka bibit yang telah ditanam perlu disiram secara teratur.

3.3.4. Pembuatan Lubang pada Mulsa
Pemberian mulsa di sekitar pohon nangka sangat perlu; terutama pada ketika animo kemarau untuk meningkatkan kelembapan tanah. Namun pada animo hujan mulsa tidak dibutuhkan lantaran sanggup mendatangkan serangan jamur. Mulsa juga sanggup dimasukkan ke dalam tanah sebagai pupuk organi, derma dua kali per tahun sangat membantu pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk pabrik beragam dilakukan di Malaysia dengan takaran 2-3 kg per pohon.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman tumbuhan yang mati dilakukan pada ketika hujan masih turun di tahun pertama dan tahun kedua.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan atau membebaskan tumbuhan dari serangan gulma atau flora pengganggu dilakukan dengan cara membersihkan gulma secara manual/kimia dari tumbuhan nangka dengan radius 1-2 m. Pengendalian gulma secara kimiawi memakai herbisida contohnya Paracol 1,5 liter dalam 600 liter air per ha atau Roundup 2-3 liter dalam 800 liter air/ha.
Penyiangan pertama dilakukan 1-2 bulan setelah penanaman, selanjutnya setiap 2-4 bulan dilakukan selama 2-3 tahun. Penyiangan dilakukan dengan cara manual atau kimiawi.

3.4.3. Pemupukan
Pemberian pupuk organik berupa pupuk sangkar atau pupuk kompos 1-2 kali setahun sebanyak 20 kg per tanaman. Pemberian pupuk anorganik dilakukan satu ahad setelah penanaman dengan takaran 100 gram NPK per tanaman. Pemupukan kedua pada umur 6 bulan dengan takaran 150 gram NPK per tanaman. Pemupukan ketiga dilakukan pada tumbuhan umur 12 bulan dengan takaran 200 gram per tanaman. Pemupukan keempat pada umur 18 bulan dengan takaran 250 gram per tumbuhan dan pemupukan kelima dilakukan pada tumbuhan umur 24 bulan dengan takaran 300 gram per tanaman. Selanjutnya bagi tumbuhan yang sudah berbunga pada lahan tidak subur sanggup ditambahkan pupuk organik 650 gram/pohon.
Untuk meningkatkan tumbuhan dibutuhkan pemanis pupuk daun guna merangsang pembentukan daun. Pemberian pupuk daun dilakukan selang 2 ahad hingga tumbuhan umur 17 bulan. Jenis pupuk daun yang digunakan Gandasil D/Bayfolan.

3.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Tanaman nangka membutuhkan drainase yang baik. Pengairan ini dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitasnya.
Tanaman nangka mempunyai perakaran dalam, tidak membutuhkan penggenangan pada ketika animo kemarau lantaran tumbuhan nangka kurang toleran terhadap genangan. Akarnya masih bisa meyerap air pada tanah yang dalam. Pemberian air pemanis dibutuhkan selama dua tahun pertama pertumbuhannya.

3.4.5. Pemeliharaan Lain
Pemangkasan dilakukan pada belahan tumbuhan yang tidak subur dan tidak produktif. Pemangkasan cabang dilakukan terhadap pohon nangka yang bertajuk rimbun semoga sinar matahari tidak terhalangi sehingga merangsang perbungaan.
Pemangkasan dibatasi pada penjarangan pucuk ketika pohon mulai ditanam dan sedikit pemotongan dahan-dahan yang mengandung buah semoga memudahkan mencapai buah untuk dibungkus dan kemudian dipanen.
Pemangkasan cabang dimaksudkan untuk mengatur pembuahan, lantaran bunga betina muncul pada batang utama atau cabang primer.
Perangsangan pembungaan dilakukan dengan cara melukai, mengebor/mengikat batang. Tujuan perlakuan untuk menghambat hasil asimilasi daun semoga tidak meyebar ke seluruh belahan tanaman, melainkan untuk merangsang pembungaan. Agar buah nangka akhirnya baik dan besar, lakukan penjarangan buah. Buah yang mulai membesar bungkuslah dengan kantong/kertas semen yang sudah dicelupakan ke dalam larutan insektisida. Bisa juga dibungkus dengan anyaman dedaunan, contohnya memakai daun-daun palem atau anyaman kelapa. Tindakan ini sanggup menghalangi serangan tikus atau kelelawar, dan memikat semut yang sanggup mengusir serangga lain sehingga diperoleh buah yang kulitnya mulus dan cerah.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
Ulat diaphania caesalis yaitu penggerek pucuk, menciptakan terowongan hingga ke kuncup, pucuk muda, dan buah. Pemotongan belahan yang terjangkit memutuskan daun hidupnya lantaran ulat-ulat ini akan menjadi pupa di dalam terowongan itu; buah dilindungi dengan dibungkus atau disemprot insektisida Thiodan 35 EC. Penggerak kulit batang; berupa ulat-ulat Indarbela tetraonis dan Batocera rufomaculata diberantas dengan mengasap lubang-lubang mereka/disemprot dengan insektisida sistemik yang mengandung materi aktif karboril (Sevin 85 S). Kumbang-kumbang belalai (weevil) coklat yang menyerang kuncup, Ochyromera artocarpi, merupakan hama nangka yang khas. Tempayaknya (grubs) masuk ke dalam kuncup dan buah yang masih lunak, yang arif balig cukup akal memakan daun. Bagian tumbuhan yang terjangkit dihancurkan, dan dibutuhkan insektisida. Menyeruaknya kumbang bersayap selaput (spittle bug), Cosmoscarata relata, memakan daun muda. Nimfa hidup bantu-membantu dalam suatu massa busa yang disekresi oleh mereka ; nimfa dipungut dan dihancurkan. Larva lalat buah , Dacus dorsalis dan D. umbrosus sering menyerang buah. Untuk menghindari serangannya, buah nangka hendaknya dibungkus; buah yang matang atau kelewat matang jangan dibiarkan bergeletakkan di tanah, tetapi hendaknya dikubur-kubur dalam, dan penyemnprotan pada umpan sanggup dilakukan. Hama-hama lainnya ialah bermacam-macam serangga pengisap, menyerupai kutu tepung, afid, lalat putih, dan 'thrips', juga ulat perekat daun (leaf webber).
Hama nangka yang lain ialah kepik Helopeltis (Miridae,Hemiptera). Nimfa dan kepik arif balig cukup akal menghisap cairan belahan tumbuhan yang masih muda (daun dan buah). Ukuran telurnya 1,5 m, diletakkan dengan cara ditusukkan pada jaringan tanaman. Masa inkubasi 5-7 hari. Nimfa dan kepik arif balig cukup akal warnanya bervariasi, hijau atau kuning-kehitaman dan kuning oranye. Mengalami 5 kali masa instar. Kepik arif balig cukup akal panjangnya berkisar 6,5-7,5 mm dengan kemampuan bertelur hingga 18 butir. Beberapa musuh alami diantaranya yang berupa benalu ialah Euphorus helopeltis, Erythmelus helopeltis dan sebagai predator ialah Sycanus leucomesus, Isyndrus sp. dan Cosmolestes picticeps. Untuk pengendaliannya populasi biasanya terkendali oleh musuh alam apabila populasi tinggi sanggup dilakukan dengan insektisida misal Lannate 25 WP, Atabron 50EC.

3.5.2. Penyakit
Bakteri mati bujang (Erwinia carotovora) sering menyerang pohon nangka, juga cempedak. Jamur tersebut pertama kali menyerang belahan pucuk dan turun pada tajuk berikutnya. serangan yang ahli sanggup mematikan pohonnya. Di India dilaporakan serangan busuk akar dan busuk batang dilakukan oleh jamur Rhizopus artocarpi yang menyebabkan keruguian tumbuhan hingga 15-30 %. Jamur ini umunya meyerang tunas bunga. Beberapa penyakit yang cukup penting antara lkain Colletotrichum lagenarium, Phomopsis artocarpina, Septoria artocarpi, dan Corticium salmonicolor. Jamur tersebut kebanyakan menyerang pada animo penghujan. Pemotongan belahan tumbuhan yang terjangkit akan banyak membantun mengatasi serangan, di samping itu sanitasi kebun dan pemupukan sanggup meningkatkan kesehatan tanaman.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Kematangan buah ditentukan melalui kriteria sebagai berikut:
a) Apabila buah tersebut dipukul-pukul dengan benda (misalnya punggung pisau) akan berbuyi nyaring.
b) Perubahan warna kulit buahnya dari hijau pucat ke kuning kehijau-hijauan atau kecoklat-coklatan.
c) Mengeluarkan busuk yang khas atau aromanya harum.
d) Durinya mulai lunak dan jarak satu duri dengan duri lainnya semakin lebar
e) Kulit buah terlihat menyerupai akan pecah.

3.6.2. Cara Panen
Cara pemetikan buah nangka matang ialah gagangnya dipotong dengan pisau tajam dan buah nangka itu diturunkan dengan hati-hati.
Pohon nangka yang berbuah besar berbuah pada umur 5-10 tahun sedangkan nangka mini pada umur 1,5-2 tahun. Pada umumnya buah masak setelah 8 bulan semenjak bunganya muncul.

3.6.3. Periode Panen
Umur maksimum produksi buah 20-30 tahun, setelah itu harus diremajakan. Hasil buah per tahun per pohon bermacam-macam umumnya berkisar 8-12 buah/pohon/tahun.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Buah nangka dikumpulkan oleh pemborong atau dibawa eksklusif ke pasar dan dijual ke pedagang eceran atau dibelah dan dilepas satu-satu untuk dijual eksklusif ke konsumen.

3.7.2. Penyimpanan
Daging buah nagka yang tebal itu seringkali diekstrak, dibersihkan, dan dijual dalam keadaan ekstrak segar. Jika persediaan melimpah, buah nangka diawetkan, caranya ialah: daging buah dipisahkan dari bijinya, kemudian dicuci, dipipihkan, dan dijemur ditambah gula atau sirop, atau tanpa diberi apa-apa. Hasil olahan ini dijual sebagai masakan ringan manis kering. Di semenanjung Malaysia dilakukan pengalengan.

3.7.3. Penanganan Lain
Daging buah nangka digunakan untuk mengharumkan es krim dan minuman/dijadikan madu nangka, konsentrat, atau tepung dan dimanfaatkan dalam pembuatan minuman. Biji nangka bisa dibentuk tepung biji nangka yang dicampurkan ke dlam tepung gandum untuk pembuatan roti. Penggunaan tepung biji nangka sebagai materi substitusi sebagian tepung terigu dalam pembuatan cookies dan BMC (Bahan Makanan Campuran).

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis perjuangan tani tumbuhan nangka buah besar seluas 1 ha pada tahun 1999 di tempat Sukabumi (Jawa Barat).
  1. Biaya produksi tahun ke-1
    1. Tanah 1 ha @ m2 x Rp. 15.000,-
    2. Bibit 150 pohon @ Rp. 50.000,-
    3. Pupuk
      - Kandang 9500 kg @ Rp. 60,-
      - Urea 1400 kg @ Rp. 1.600,-
      - TSP 1400 kg @ Rp. 1.500,-
      - KCl 1400 kg @ Rp. 1.600,-
      - NPK 1400 kg @ Rp. 2.800,-
      - Hormon/mineral 70 liter @ Rp. 3.500,-
    4. Obat dan pestisida
      - Insektisida 150 liter @ Rp. 5.000,-
      - Fungisida 150 liter @ Rp. 5.000,-
    5. Alat dan bangunan
      - Bangunan dan sumur
      - Alat semprot 2 unit @ Rp. 75.000,-
      - Cangkul 2 buah @ Rp. 5.000,-
      - Sabit 2 buah @ Rp. 3.500,-
      - Garpu 2 buah @ Rp. 3.000,-
      - Golok 2 buah @ Rp. 7.500,-
      - Gunting pangkas 3 buah @ Rp. 5.000,-
      - Gergaji pangkas 2 buah @ Rp. 6.000,-
      - Ember 5 buah @ Rp. 3.000,-
    6. Tenaga kerja tetap
      - Upah 5 bok 12 x 2 orang x Rp. 30.000,-
      - Pakaian 5 x Rp. 45.000,-
      - THR 5 x Rp. 25.000,-
    7. Tenaga kerja lepas
      - Membuat lubang tanam 15 OH @ Rp. 3.000,-
      - Memupuk dan menanam 25 OH @ Rp. 3.000,-
Jumlah biaya produksi tahun ke-1
  1. Pendapatan dan laba
    1. Pendapatan th ke-5 produk ke 1: 0,25 x 150 x 30 x Rp. 30.000
      Keuntungan Rp. 33.750.000 - Rp. 42.115.000 =
    2. Pendapatan th ke-6 produk ke 2: 0,25 x 150 x 60 x Rp. 30.000
      Keuntungan Rp. 67.500.000 - (Rp.8.365.000 + Rp. 16.765.000)
  2. Investasi rata-rata perpohon:

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.


Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

15.000.000,-
7.500.000,-

570.000,-
2.240.000,-
2.100.000,-
2.240.000,-
3.920.000,-
245.000,-

750.000,-
750.000,-

2.500.000,-
150.000,-
10.000,-
7.000,-
6.000,-
15.000,-
15.000,-
12.000,-
15.000,-

3.600.000,-
225.000,-
125.000,-

45.000,-
75.000,-
42.115.000,-


33.750.000,-
- 8.365.000,-
67.500.000,-
42.370.000,-
175.096,66,-
Keterangan: Pada tahun ke-7 laba sudah sanggup menutupi investasi yang dikeluarkan.

4.2. Gambaran Peluang Agrobisnis
Prospek buah nangka bergotong-royong sanggup dikatakan cukup cerah. Perrmintaan komoditas buah ini selalu memperlihatkan peningkatan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sayangnya, besarnya permintaan belum sanggup diimbangi dengan produksinya. Kondisi tersebut antara lain disebabkan masih jarangnya perkebunan nangka yang dikelola dengan pendekatan agribisnis.
Prospek untuk meluaskan nangka di Asia Tenggara agak suram. Pohon dan buahnya mempunyai beberapa sifat jelek : hasil sulit diperhitungkan, baik kualitasnya maupun waktunya, kerugian hasil,karena penyakit dan hama, baunya yang terlalu menyenga dan ukuran buahnya terlalu besar yang mengurangi potensi pasar ekspor. Akibatnaya secara hemat akhirnya lebih rendah jikalau contohnya dibandingkan dengan belimbing manis, nangka dan jambu biji.
Pemeliharaan kultivar-kultivar unggul merupakan langkah yang penting sekali dalam menutup perbedaan antara potensi dan budidaya.
Ada beberapa kultivar yang gres dan rasanya memikat konsumen yang sudah biasa memakannya; kultivar-kultivar ini sanggup digunakan untuk menembus pasaran lain.
Jika kultivar-kultivar sanggup menggeser populasi yang berasal dari benih, menjadi mudahlah mempelajari fenotipe pohonnya, mengingat semua pohon dari satu kultivar memilki genotipe yang sama. Ini berarti perbedaan antar pohon dalam irama pertumbuhan, waktu berbunga, intensitas penyerbukan, pembentukan buah dan hasil produksi mungkin disebabkan oleh adanya faktor-faktor lingkungan. Makara pengamatan fenologi suatu kultivar di banyak sekali lingkungan sanggup memperlihatkan citra bagaimana berfungsinya pohon dan memperlihatkan menandakan untuk menyisihkan faktor-faktor pembatas hasil. Peranan nangka pada masa mendatang bertumpu pada pemakaian secara umum materi pembiak melalui klon dan adanya pengertian yang baik terhadap fenologi pohon dan kelebatan buahnya.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: pembagian terstruktur mengenai dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, pengemasan dan syarat penandaan.

5.2. Diskripsi

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

5.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah nangka segar yang terdiri maksimum 1.000 kemasan atau 1000 buah, pola diambil secara acak dari jumlah kemasan atau jumlah buah dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 1-5, pengambilan pola semua.
b) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 6-100, pengambilan pola minimum 5.
c) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 101-300, pengambilan pola minimum 7.
d) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 301-500, pengambilan pola minimum 9.
e) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 501-1001, pengambilan pola minimum 10.
Dari setiap kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya tiga buah kemudian dicampur. Untuk kemasan dengan isi kurang dari tiga buah diambil satu buah.
Petugas pengambil pola harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan diberi wewenang untuk melaksanakan hal tersebut.

5.5. Pengemasan
Buah nangka seyogyanya dikemas sesuai dengan pasar yang dituju. Umumnya dikemas dengan kotak karton berkapasitas 10-12 kg atau dikemas dalam keranjang bambu/kayu atau peti kayu berkapasitas 35-50 kg.
Label atau gantungan yang menyertai setiap kemasan harus gampang dilihat dan berisi informasi :
a) Produksi Indonesia.
b) Nama perusahaan/eksportir.
c) Nama kultivar nangka.
d) Kelas mutu.
e) Jumlah buah dalam kemasan.
f) Berat kotor.
g) Berat bersih.
h) Identitas pembeli di tempat tujuan.
i) Tanggal panen.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Anonimous, 1975. Bertanam Pohon Buah-buahan Jilid II. Yayasan Kanisius, Jakarta
b) Anonimous, 1993. Ragam Buah Unggul Nasional. Bonus Trubus No. 289-Desember 1993/Tahun XXIV
c) Anonimous, 1984. Nangka Misin, Gabungan Nangka dan Cempedak. Buletin Informasi , 1983/1984; No. 05. Departeman .
d) Harry, N.R, 1994. Nangka. Dalam Lembaran Informasi Prosea. No.7. PROSEA Indonesia- Yayasan PROSEA, Bogor. Hal: 41-42
e) Heyne, K, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Cetakan I. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta
f) Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1977. Buah-buahan Cetakan Kedua. PN. Balai Pustaka, Bogor
h) Saptorini, N, Eti Widayati, dan Lila Sari, 1994. Membuat Tanaman Cepat Berbuah Edisi VIII. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta
i) Suharti, Sri dan Harun Alrasyid, 1993. Pedoman Teknis Tanaman Buah Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk). Informasi Teknis No. 41. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Konservasi Alam, Bogor


Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Buah Nangka

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Buah Nangka kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Buah Nangka dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/07/budidaya-tanaman-buah-nangka.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel