Budidaya Flora Hias Krisan
Budidaya Flora Hias Krisan - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Flora Hias Krisan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Budidaya Tanaman Hias, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Budidaya Flora Hias Krisan
link : Budidaya Flora Hias Krisan
I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Krisan merupakan tumbuhan bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang masa ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.
Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke daerah Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa menyebarkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada masa ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.
1.2. Sentra Penanaman
Daerah pusat produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tumbuhan hias krisan ialah sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Famili : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll
Jenis dan varietas tumbuhan krisan di Indonesia umumnya bibit unggul berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:
a. Krisan lokal (krisan kuno)
Berasal dari luar negri, tetapi telah usang dan menyesuaikan diri di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).
b. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)
Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tumbuhan annual. Contoh krisan ini ialah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).
c. Krisan produk Indonesia
Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.
1.4. Manfaat Tanaman
Kegunaan tumbuhan krisan yang utama ialah sebagai bunga hias. Manfaat lain ialah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia dipakai sebagai:
a. Bunga pot
Ditandai dengan sosok tumbuhan kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini ialah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam ialah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).
b. Bunga potong
Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek hingga tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya sanggup dipakai sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh lantaran itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
b. Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih usang yaitu dengan sumbangan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik ialah tengah malam antara jam 22.30-01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan hingga fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.
c. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis ibarat Indonesia ialah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh ialah 17-30 derajat C.
d. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diharapkan 90-95%. Tanaman muda hingga dewasa antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
e. Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tumbuhan krisan dalam bangunan tertutup, ibarat rumah plastik, greenhouse, sanggup ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
2.2. Media Tanam
a) Tanah yang ideal untuk tumbuhan krisan ialah bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit.
b) Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tumbuhan sekitar 5,5-6,7.
2.3. Ketinggian Tempat
ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tumbuhan ini antara 700-1200 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Bibit
Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tumbuhan kuat, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.
3.1.2. Penyiapan Bibit
Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk dan kultur jaringan.
a. Bibit asal anakan
b. Bibit asal stek pucuk
Tentukan tumbuhan yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3 mm-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, pribadi semaikan atau disimpan dalam ruangan cuek bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban 30% biar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek ialah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
c. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjutan perbanyakan tumbuhan krisan secara kultur jaringan:
1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26 hari.
2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar.
3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
a. Stok tumbuhan induk
Fungsinya untuk memproduksi belahan vegetatif sebanyak mungkin sebagai materi tumbuhan Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tumbuhan induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tumbuhan induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk. Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30-03.00 lampu pencahayaan sanggup dipilih Growlux SL 18 Philip.
b. Perbanyakan vegetatif tumbuhan induk.
1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 ahad sesudah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching sanggup merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.
3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.
3.1.3. Teknik Penyemaian Bibit
a. Penyemaian di bak
Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya kolam berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh permukaan.
b. Penyemaian kultur jaringan
Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril dan bersungkup plastik tembus cahaya.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tumbuhan di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore hari dan malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan.
Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik, sesudah bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara sedikit demi sedikit ke lapangan terbuka.
3.1.5. Pemindahan Bibit
Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari sesudah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembentukan Bedengan
Olah tanah dengan memakai cangkul sedalam 30 cm hingga gembur, keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya sambil dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan 30-40 cm.
3.2.2. Pengapuran
Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian contohnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Teknik Penanaman Bunga Potong
a. Penentuan Pola Tanam.
Tanaman bunga krisan merupakan tumbuhan yangdapat dibudidayakan secara monokultur.
b. Pembuatan Lubang Tanam
Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari.
c. Pupuk Dasar
Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75 gram ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan merata pada tanah sambil diaduk.
d. Cara Penanaman
Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah tipis biar perakaran bibit krisan tidak terkena pribadi dengan furadan 3G. Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan akrab pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan.
3.3.2. Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang
Penanaman dilakukan sama dengan bunga potong biasa, tetapi dengan menambah cahaya biar tangkai menjadi pendek.
a. Pengaturan dan Penambahan Cahaya
Dilakukan hingga batas tertentu dengan ketinggian tumbuhan yang dinginkan. Misalnya, kalau diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm, maka penambahan cahaya semenjak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode berikutnya beralih ke generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80 cm. Bila dipanen tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang tersisa ialah 10 cm pada tanaman. Total usang penyinaran semenjak bibit ditanam hingga periode generatif antara 12-15 ahad tergantung varietas krisan.
Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu dengan pola byarpet, yaitu pencahayaan malam selama 5 menit kemudian dimatikan selama 1 menit dilakukan secara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara lain pengaturan dan penambahan cahaya ialah dengan memasang lampu TL pada tengah malam mulai pukul 22.30-01.00.
b. Pemupukan
Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan sesudah tanam, kemudian diulang kontinue dan periodik seminggu sekali, dan risikonya sebulan sekali. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m2 luas lahan. Pada fase Generatif dipakai pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram ditambah KNO3 25 gram per m2 luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
c. Pembuangan Titik Tumbuh
Waktu pembuangan titik tumbuh ialah pada umur 10-14 hari sesudah tanam, dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.
d. Penjarangan Bunga
Jika ingin mendapat bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga hanya dibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh.
3.3.3. Teknik Penanaman untuk Bunga Pot
Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi media sabut kelapa (hancur) atau adonan tanah dan sekam padi (1:1). Untuk memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 ahad dengan penyinaran 16 jam/hari.
Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi pencahayaan pendek dengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam 16.00-22.00. Selama pertumbuhan tumbuhan diberi pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan ini sanggup pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak 500 ppm pada dikala penyinaran pendek.
Untuk mendapat bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal bunga dari setiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu kuncup bunga. Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yang mekar bersamaan.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari sesudah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit yang baru.
3.4.2. Penyiangan
Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 ahad sesudah tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan rumput-rumput liar.
3.4.3. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan yang paling baik ialah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala: memakan dan memotong ujung batang tumbuhan muda, sehingga pucuk dan tangkai terkulai. Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.
b. Thrips (Thrips tabacci)
Gejala: pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan ibarat perunggu, terutama pada permukaan bawah daun. Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yang mengandung perekat, contohnya IATP buatan Taiwan.
c. Tungau merah (Tetranycus sp)
Gejala: daun yang terjangkit berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, dan bercak-bercak kuning hingga coklat. Pengendalian: memotong belahan tumbuhan yang terjangkit berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida.
d. Penggerek daun (Liriomyza sp)
Gejala: daun menggulung ibarat terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yang mengelilingi permukaan daun. Pengendalian: memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.
3.5.2. Penyakit
a. Karat/Rust
Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan P chrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn. Gejala: pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun belahan atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga. Pengendalian: menanam bibit yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit, memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida.
b. Tepung oidium
Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi. Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering. Pengendalian: memotong/memangkas daun tumbuhan yang sakit dan penyemprotan fungisida.
c. Virus kerdil dan mozaik
Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus). Gejala: tumbuhan tumbuhnya kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tumbuhan sehat, warna bunganya menjadi pucat. Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yang terkotori penyakit dan pekerja kebun. Virus mosaik menjadikan daun belang hijau dan kuning, adakala bergaris-garis. Pengendalian: memakai bibit bebas virus, mencabut tumbuhan yang sakit, memakai alat-alat pertanian yang higienis dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian vektor virus.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Penentuan stadium panen ialah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80% dari seluruh tanaman. Umur tumbuhan siap panen yaitu sesudah 3-4 bulan sesudah tanam.
3.6.2. Cara Panen
Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, dikala suhu udara tidak terlalu tinggi dan dikala bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan sanggup dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan: tentukan tumbuhan siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting steril sepanjang 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah.
3.6.3. Prakiraan Produksi
Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Kumpulkan bunga hasil panen, kemudian ikat tangkai bunga berisi sekitar 50-1000 tangkai simpan pada rak-rak.
3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan tangkai bunga menurut tipe bunga, warna dan varietasnya. Lalu bersihkan dari daun-daun kering atau terjangkit hama. Buang daun-daun bau tanah pada pangkal tangkai.
Kriteria utama bunga potong mencakup penampilan yang baik, menarik, sehat dan bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu:
a. Kelas I untuk konsumen di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai bunga lebih dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 mm.
b. Kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm.
3.7.3. Pengemasan dan Pengangkutan
Tentukan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran dan susunlah kemasan berisi bunga krisan secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam kolam atau box alat angkut.
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya tumbuhan krisan seluas 0,5 ha dengan jarak tanam 10 x 10 cm. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bandung.
Keterangan: HKP Hari Kerja Pria, HKW Hari Kerja Wanita
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia. Prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, lantaran pasar potensial yang sanggup berdaya serap tinggi sudah ada. Diantara pasar potensial tersebut ialah Jerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, America Serikat, Swedia dsb.
Saat ini krisan termasuk bunga yang paling terkenal di Indonesia lantaran mempunyai keunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama, bunga krisan pot bahkan sanggup tetap segar selama 10 hari. Peluang untuk menyebarkan budidaya tumbuhan krisan, guna memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negri agaknya tetap terbuka. Seiring dengan undangan bunga potong krisan yang semakin meningkat maka peluang agribisnis perlu terus dikembangkan.
V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar mencakup klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
5.2. Deskripsi
…
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangat ditentukan oleh negara pengimpor. Untuk Jepang standar yang berlaku ialah sebagai berikut:
a. Varietas ialah Kiku berwarna putih atau kuning yang dipanen dikala bunga belum mekar penuh, panjang tangkai 70 cm, lurus dan tunggal. Duapertiga daun masih lengkap, utuh serta berukuran seragam dan bebas hama penyakit.
b. Satu ikatan terdiri dari 20 tangkai bunga dan dibungkus dengan pembungkus dari kertas khusus Sleeves. Kuntum tidak tertutup seludang, pangkal bunga diberi kapas basah.
c. Pengepakan dilakukan dalam kotak kardus dengan kapasitas 10 ikatan.
d. Pengangkutan dilakukan dengan alat angkut bersuhu udara 7-8 derajat C dengan kelembaban udara 60-65%.
5.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam lot dan pola dengan rincian sebagai berikut:
a) Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1-3.
b) Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4-25.
c) Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26-50.
d) Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 51-100.
e) Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 101-150.
f) Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 151-200.
g) Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201-lebih.
Sedangkan untuk petugas pengambil pola ialah orang yang telah berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dalam suatu tubuh hukum.
5.5. Pengemasan
a. Cara pengemasan
Pangkal tangkai bunga krisan potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairan pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik berisi cairan pengawet kemudian dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yang sesuai.
b. Pemberian merek
Pada belahan luar kemasan diberi tulisan:
1. Nama barang/varietas krisan.
2. Jenis mutu.
3. Nama atau instruksi produsen/eksportir.
4. Jumlah isi.
5. Negara tujuan.
6. Produksi Indonesia.
VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) H Rahmat Rukmana , Ir.1997. Krisan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
b) Trubus no. 338. 1998. Kebun bunga Potong Ciputri.
c) Dewi Sartika. 1998. Krisan Baru Produk Indonesia. Trubus no. 342.
d) Lukito AM. 1998. Rekayasa Pembungaan Krisan dan Bunga Lain. Trubus no. 348.
Anda sekarang membaca artikel Budidaya Flora Hias Krisan dengan alamat link https://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-flora-hias-krisan.html
Judul : Budidaya Flora Hias Krisan
Budidaya Flora Hias Krisan
Krisan
( C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy )
1.1. Sejarah Singkat
Krisan merupakan tumbuhan bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang masa ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.
Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke daerah Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa menyebarkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada masa ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.
Daerah pusat produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tumbuhan hias krisan ialah sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Famili : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll
Jenis dan varietas tumbuhan krisan di Indonesia umumnya bibit unggul berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:
a. Krisan lokal (krisan kuno)
Berasal dari luar negri, tetapi telah usang dan menyesuaikan diri di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).
b. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)
Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tumbuhan annual. Contoh krisan ini ialah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).
c. Krisan produk Indonesia
Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.
1.4. Manfaat Tanaman
Kegunaan tumbuhan krisan yang utama ialah sebagai bunga hias. Manfaat lain ialah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia dipakai sebagai:
a. Bunga pot
Ditandai dengan sosok tumbuhan kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini ialah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam ialah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).
b. Bunga potong
Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek hingga tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya sanggup dipakai sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh lantaran itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
b. Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih usang yaitu dengan sumbangan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik ialah tengah malam antara jam 22.30-01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan hingga fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.
c. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis ibarat Indonesia ialah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh ialah 17-30 derajat C.
d. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diharapkan 90-95%. Tanaman muda hingga dewasa antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
e. Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tumbuhan krisan dalam bangunan tertutup, ibarat rumah plastik, greenhouse, sanggup ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
2.2. Media Tanam
a) Tanah yang ideal untuk tumbuhan krisan ialah bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit.
b) Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tumbuhan sekitar 5,5-6,7.
2.3. Ketinggian Tempat
ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tumbuhan ini antara 700-1200 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Bibit
Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tumbuhan kuat, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.
3.1.2. Penyiapan Bibit
Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk dan kultur jaringan.
a. Bibit asal anakan
b. Bibit asal stek pucuk
Tentukan tumbuhan yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3 mm-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, pribadi semaikan atau disimpan dalam ruangan cuek bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban 30% biar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek ialah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
c. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjutan perbanyakan tumbuhan krisan secara kultur jaringan:
1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26 hari.
2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar.
3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
a. Stok tumbuhan induk
Fungsinya untuk memproduksi belahan vegetatif sebanyak mungkin sebagai materi tumbuhan Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tumbuhan induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tumbuhan induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk. Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30-03.00 lampu pencahayaan sanggup dipilih Growlux SL 18 Philip.
b. Perbanyakan vegetatif tumbuhan induk.
1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 ahad sesudah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching sanggup merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.
3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.
3.1.3. Teknik Penyemaian Bibit
a. Penyemaian di bak
Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya kolam berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh permukaan.
b. Penyemaian kultur jaringan
Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril dan bersungkup plastik tembus cahaya.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tumbuhan di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore hari dan malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan.
Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik, sesudah bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara sedikit demi sedikit ke lapangan terbuka.
3.1.5. Pemindahan Bibit
Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari sesudah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembentukan Bedengan
Olah tanah dengan memakai cangkul sedalam 30 cm hingga gembur, keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya sambil dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan 30-40 cm.
3.2.2. Pengapuran
Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian contohnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Teknik Penanaman Bunga Potong
a. Penentuan Pola Tanam.
Tanaman bunga krisan merupakan tumbuhan yangdapat dibudidayakan secara monokultur.
b. Pembuatan Lubang Tanam
Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari.
c. Pupuk Dasar
Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75 gram ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan merata pada tanah sambil diaduk.
d. Cara Penanaman
Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah tipis biar perakaran bibit krisan tidak terkena pribadi dengan furadan 3G. Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan akrab pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan.
3.3.2. Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang
Penanaman dilakukan sama dengan bunga potong biasa, tetapi dengan menambah cahaya biar tangkai menjadi pendek.
a. Pengaturan dan Penambahan Cahaya
Dilakukan hingga batas tertentu dengan ketinggian tumbuhan yang dinginkan. Misalnya, kalau diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm, maka penambahan cahaya semenjak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode berikutnya beralih ke generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80 cm. Bila dipanen tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang tersisa ialah 10 cm pada tanaman. Total usang penyinaran semenjak bibit ditanam hingga periode generatif antara 12-15 ahad tergantung varietas krisan.
Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu dengan pola byarpet, yaitu pencahayaan malam selama 5 menit kemudian dimatikan selama 1 menit dilakukan secara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara lain pengaturan dan penambahan cahaya ialah dengan memasang lampu TL pada tengah malam mulai pukul 22.30-01.00.
b. Pemupukan
Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan sesudah tanam, kemudian diulang kontinue dan periodik seminggu sekali, dan risikonya sebulan sekali. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m2 luas lahan. Pada fase Generatif dipakai pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram ditambah KNO3 25 gram per m2 luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
c. Pembuangan Titik Tumbuh
Waktu pembuangan titik tumbuh ialah pada umur 10-14 hari sesudah tanam, dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.
d. Penjarangan Bunga
Jika ingin mendapat bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga hanya dibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh.
3.3.3. Teknik Penanaman untuk Bunga Pot
Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi media sabut kelapa (hancur) atau adonan tanah dan sekam padi (1:1). Untuk memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 ahad dengan penyinaran 16 jam/hari.
Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi pencahayaan pendek dengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam 16.00-22.00. Selama pertumbuhan tumbuhan diberi pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan ini sanggup pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak 500 ppm pada dikala penyinaran pendek.
Untuk mendapat bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal bunga dari setiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu kuncup bunga. Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yang mekar bersamaan.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari sesudah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit yang baru.
3.4.2. Penyiangan
Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 ahad sesudah tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan rumput-rumput liar.
3.4.3. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan yang paling baik ialah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala: memakan dan memotong ujung batang tumbuhan muda, sehingga pucuk dan tangkai terkulai. Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.
b. Thrips (Thrips tabacci)
Gejala: pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan ibarat perunggu, terutama pada permukaan bawah daun. Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yang mengandung perekat, contohnya IATP buatan Taiwan.
c. Tungau merah (Tetranycus sp)
Gejala: daun yang terjangkit berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, dan bercak-bercak kuning hingga coklat. Pengendalian: memotong belahan tumbuhan yang terjangkit berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida.
d. Penggerek daun (Liriomyza sp)
Gejala: daun menggulung ibarat terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yang mengelilingi permukaan daun. Pengendalian: memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.
3.5.2. Penyakit
a. Karat/Rust
Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan P chrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn. Gejala: pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun belahan atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga. Pengendalian: menanam bibit yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit, memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida.
b. Tepung oidium
Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi. Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering. Pengendalian: memotong/memangkas daun tumbuhan yang sakit dan penyemprotan fungisida.
c. Virus kerdil dan mozaik
Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus). Gejala: tumbuhan tumbuhnya kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tumbuhan sehat, warna bunganya menjadi pucat. Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yang terkotori penyakit dan pekerja kebun. Virus mosaik menjadikan daun belang hijau dan kuning, adakala bergaris-garis. Pengendalian: memakai bibit bebas virus, mencabut tumbuhan yang sakit, memakai alat-alat pertanian yang higienis dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian vektor virus.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Penentuan stadium panen ialah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80% dari seluruh tanaman. Umur tumbuhan siap panen yaitu sesudah 3-4 bulan sesudah tanam.
3.6.2. Cara Panen
Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, dikala suhu udara tidak terlalu tinggi dan dikala bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan sanggup dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan: tentukan tumbuhan siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting steril sepanjang 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah.
3.6.3. Prakiraan Produksi
Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Kumpulkan bunga hasil panen, kemudian ikat tangkai bunga berisi sekitar 50-1000 tangkai simpan pada rak-rak.
3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan tangkai bunga menurut tipe bunga, warna dan varietasnya. Lalu bersihkan dari daun-daun kering atau terjangkit hama. Buang daun-daun bau tanah pada pangkal tangkai.
Kriteria utama bunga potong mencakup penampilan yang baik, menarik, sehat dan bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu:
a. Kelas I untuk konsumen di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai bunga lebih dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 mm.
b. Kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm.
3.7.3. Pengemasan dan Pengangkutan
Tentukan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran dan susunlah kemasan berisi bunga krisan secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam kolam atau box alat angkut.
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya tumbuhan krisan seluas 0,5 ha dengan jarak tanam 10 x 10 cm. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bandung.
Jumlah biaya produksi
| Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. = | 1.500.000,- 25.000.000,- 2.250.000,- 6.225.000,- 5.750.000,- 1.050.000,- 206.250,- 9.500.000,- 400.000,- 1.500.000,- 500.000,- 250.000,- 425.000,- 800.000,- 500.000,- 55.856.250,- 90.000.000,- 34.143.750,- 1,611 |
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia. Prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, lantaran pasar potensial yang sanggup berdaya serap tinggi sudah ada. Diantara pasar potensial tersebut ialah Jerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, America Serikat, Swedia dsb.
Saat ini krisan termasuk bunga yang paling terkenal di Indonesia lantaran mempunyai keunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama, bunga krisan pot bahkan sanggup tetap segar selama 10 hari. Peluang untuk menyebarkan budidaya tumbuhan krisan, guna memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negri agaknya tetap terbuka. Seiring dengan undangan bunga potong krisan yang semakin meningkat maka peluang agribisnis perlu terus dikembangkan.
V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar mencakup klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
5.2. Deskripsi
…
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangat ditentukan oleh negara pengimpor. Untuk Jepang standar yang berlaku ialah sebagai berikut:
a. Varietas ialah Kiku berwarna putih atau kuning yang dipanen dikala bunga belum mekar penuh, panjang tangkai 70 cm, lurus dan tunggal. Duapertiga daun masih lengkap, utuh serta berukuran seragam dan bebas hama penyakit.
b. Satu ikatan terdiri dari 20 tangkai bunga dan dibungkus dengan pembungkus dari kertas khusus Sleeves. Kuntum tidak tertutup seludang, pangkal bunga diberi kapas basah.
c. Pengepakan dilakukan dalam kotak kardus dengan kapasitas 10 ikatan.
d. Pengangkutan dilakukan dengan alat angkut bersuhu udara 7-8 derajat C dengan kelembaban udara 60-65%.
5.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam lot dan pola dengan rincian sebagai berikut:
a) Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1-3.
b) Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4-25.
c) Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26-50.
d) Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 51-100.
e) Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 101-150.
f) Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 151-200.
g) Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201-lebih.
Sedangkan untuk petugas pengambil pola ialah orang yang telah berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dalam suatu tubuh hukum.
5.5. Pengemasan
a. Cara pengemasan
Pangkal tangkai bunga krisan potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairan pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik berisi cairan pengawet kemudian dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yang sesuai.
b. Pemberian merek
Pada belahan luar kemasan diberi tulisan:
1. Nama barang/varietas krisan.
2. Jenis mutu.
3. Nama atau instruksi produsen/eksportir.
4. Jumlah isi.
5. Negara tujuan.
6. Produksi Indonesia.
VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) H Rahmat Rukmana , Ir.1997. Krisan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
b) Trubus no. 338. 1998. Kebun bunga Potong Ciputri.
c) Dewi Sartika. 1998. Krisan Baru Produk Indonesia. Trubus no. 342.
d) Lukito AM. 1998. Rekayasa Pembungaan Krisan dan Bunga Lain. Trubus no. 348.
Demikianlah Artikel Budidaya Flora Hias Krisan
Sekianlah artikel Budidaya Flora Hias Krisan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Budidaya Flora Hias Krisan dengan alamat link https://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/06/budidaya-flora-hias-krisan.html