Budidaya Tanaman Buah Jambu Biji

Budidaya Tanaman Buah Jambu Biji - Hallo sahabat elpasodemisdias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Budidaya Tanaman Buah Jambu Biji, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Budidaya Tanaman Buah-Buahan, Artikel Pertanian All, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Budidaya Tanaman Buah Jambu Biji
link : Budidaya Tanaman Buah Jambu Biji

Baca juga


Budidaya Tanaman Buah Jambu Biji

Jambu biji
( Psidium guajava L. )

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Jambu biji yaitu salah satu tumbuhan buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya menyerupai Indonesia. Hingga ketika ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga kesannya mendapat hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkan tidak berbiji yang diberi nama jambu Bangkok lantaran proses terjadinya dari Bangkok.

1.2. Sentra Penanaman
Jambu biji dibudidayakan di negara-negara menyerupai Jepang, Malaysia, Brazilia dan lain-lain. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan pusat penanaman buah jambu terbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra produksi yang lain yaitu Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan kemudian muncul jambu Bangkok yang dibudidayakan di kota Kleri, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

1.3. Jenis Tanaman
Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari orang dan dibudidayakan dengan menentukan nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi diantaranya:
a. Jambu sukun (jambu tanpa biji yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh akrab dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali).
b. Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya agak hambar). Setelah diadakan percampuran dengan jambu susu rasanya berubah asam-asam manis.
c. Jambu merah.
d. Jambu pasar minggu.
e. Jambu sari.
f. Jmabu apel.
g. Jambu palembang.
h. Jambu merah getas.
1.4. Manfaat Tanaman
a. Sebagai masakan buah segar maupun olahan yang memiliki gizi dan mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji memiliki rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol.
b. Sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tumbuhan hias.
c. Daun dan akarnya juga sanggup dipakai sebagai obat tadisional.
d. Kayunya sanggup dibuat banyak sekali alat dapur lantaran memilki kayu yang besar lengan berkuasa dan keras.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Dalam budidaya tumbuhan jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang sanggup menimbulkan kerontokan pada bunga.
b. Tanaman jambu biji merupakan tumbuhan tempat tropis dan sanggup tumbuh di tempat sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang dibutuhkan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
c. Tanaman jambu biji sanggup tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari sanggup menimbulkan penurunan hasil atau kurang tepat (kerdil), yang ideal isu terkini berbunga dan berbuah pada waktu isu terkini kemarau yaitu sekitar bulan Juli-September sedang isu terkini buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaan isu terkini penghujan.
d. Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah lantaran kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara memiliki kelembaban yang rendah, berarti udara kering lantaran miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tumbuhan jambu bij.

2.2. Media Tanam
a. Tanaman jambu biji bekerjsama sanggup tumbuh pada semua jenis tanah.
b. Jambu biji sanggup tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen, materi organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.
c. Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tumbuhan lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.

2.3. Ketinggian Tempat
Jambu biji sanggup tumbuh subur pada tempat tropis dengan ketinggian antara 5-1200 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi, walaupun sanggup juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara langsung.

3.1.1. Persyaratan Benih
Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen yang merupakan bibit unggulan menyerupai jambu bangkok. Bibit yang baik antara lain yang berasal dari:
a) Buah yang sudah cukup tua.
b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.

3.1.2. Penyiapan Benih
Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, kemudian disemaikan dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) setelah itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl) 25% Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yang higienis sebanyak 3 kali berulang/dengan air yang mengalir selama 10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untuk menghidari jamur, biji sanggup dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida lainnya. Setelah batang pokok telah mencapai ketinggia 5-6 meter bibit yang disemaikan gres sanggup dilakukan okulasi /cangkok yang kira-kira telah bergaris tengah 1cm dan tumbuh lurus, kemudian dengan memakai pisau okulasi dilakukan pekerjaan okulasi dan setelah selesai pencangkokan ditaruh dalam media tanah baik dalam bedengan maupun didalam pot/kantong plastik, setelah tumbuhan sudah cukup besar lengan berkuasa gres dipindah kelokasi yang telah disiapkan.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta gampang dikeringkan disamping itu gampang diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian yaitu sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya, kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat bedengan yang berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, panjang diubahsuaikan dengan lahan yang idel sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapat banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng 1 m, dan untuk menambah kesuburan sanggup diberi pupuk hijau, kompos/pupuk sangkar sebanyak 40 kg dengan keadaan sudah matang dan benih siap disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga sanggup eksklusif ditunggalkan pada bedeng-bedang yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur 1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit sanggup dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng penanaman. Setelah mencapai keinggian 5-6 m, kurang lebih telah berumur 6-9 bulan pencangkokan atau okulasi sanggup dimulai dengan mengerat cabang sepanjang 10-15 cm kemudian diberi media tanah yang telah diberi pupuk kandang, kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik yang telah diberi lubang-lubang sirkulasi, kemudian diikat dengan tali plastik supaya menjaga petumbuhan akar tidak mengalami hambatan. Akar akan tumbuh dengan cepat, sekitar 2-3 bulan. Mulai dlakukan okulasi dengan mata tangkai yang telah berumur 1 th, melalui cara Forkert yng disempurnakan, dengan lebar 0,8 cm setinggi 10 cm dari permukaan tanah, setelah dikupas kulitya sebesar 2/3 pada pecahan bibir kulit dan setelah berumur 2-3 ahad tali dilepas kalau kelihatan mata tetap konndisi hijau, okulasi dianggap berhasil dan pohon pangkal diatas okulasi setinggi 5 cm direndahakan supaya memberi kesempatan mata terebut untuk berkembang dan setelah itu pohon pangkal dipotong, bibit hasil okulasi sanggup dipindah pada pot-pot atau kantong plastik, kemudian dilakukan pemotongan pada akar tunggang sedikit supaya akar akan lebih cepat berkebang. Setelah itu gres dilakukan penanaman dalam lobang-lobang bedengan yang telah dipersiapkan.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemberian pupuk sangkar sebelum disemaikan akan lebih mendorong pertumbuhan benih secara cepat dan merata, setelah bibit mulai berkecambah sekitar umur 1-1,5 bulan dilakukan penyiraman dengan memakai larutan Atoik 0,05-0,1% atau Gandasil D 0,2%, untuk merangsang secara eksklusif pada daun dan akar, sehingga menunjukkan kekuatan vital untuk acara pertumbuhan sel. Setelah itu dilakukan penyiraman pagi-sore secara rutin, hingga kecambah dipindah ke bedeng pembibitan, penyiraman dilakukan cukup 1 kali tiap pagi hari hingga menjelang mata hari terbit, alat yang dipakai "gembor" supaya penyiraman sanggup merata dan tidak merusak bedengan, diusahakan supaya air sanggup menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan. Selanjutnya dilakukan pendangiran bedengan supaya tetap gembur, dilakukan setiap 2-3 ahad sekali, rumput yang tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama dan penyakit, hingga umur kurang lebih 1 tahun, gres setelah itu sanggup dilakukan pengokulasian dengan sistem Fokert yang sudah disempurnakan, sebelum dilakukan okulasi daun-daun pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya dirontokkan, kemudian setelah penempelan mata kulit dilakukan, dinantikan hingga mata kulit itu tumbuh tunas, setelah itu batang diatas tunas gres pada pohon induk di pangkas, kemudian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta membersihkan rumput-rumput yang ada disekitarnya. dukungan pupuk daun dengan Gundosil atau Atonik diberikan setiap 2 ahad sekali selama 4 bulan dengan cara disemprotkan melalui daun, tiap tumbuhan disemprot 50 cc larutan.

3.1.5. Pemindahan Bibit
Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah di cangkok maupun diokulasi sanggup dengan mencungkil atau membuka plastik yang menempel pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan hingga akar menjadi rusak, dan pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, biar tumbuh akar lebih banyak maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk menjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupi dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan keinginan sanggup lebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dan dilakukan penyiraman secara rutin tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada isu terkini penghujan.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Sebagai salah satu syarat dalam mempersiapkan lahan kebun buah-buahan khususnya Jambu biji dipilih tanah yang subur, banyak mengandung unsur nitrogen, meskipun pada tempat perbukitan tetapi tanahnya subur, dilakukan dengan cara menciptakan sengkedan (teras) pada pecahan yang curam, kemudian untuk menggemburkan tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata. Selanjutnya diberi pupuk sangkar dengan takaran 40 kg/m persegi, kemudian dibuatkan bedengan dengan ukuran 1,20 m yang panjangnya diubahsuaikan dengan ukuran yang diperlukan.

3.2.2. Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secara bersama, tumbuhan pengganggu menyerupai semak-semak dan rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan terusan air selebar 1 m dan ke dalam diubahsuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurus dan kurang humus/ tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan dengan kondisi menyerupai ini dibiarkan selama kurang lebih 1 tahun sebelumnya. Kemudian dilakukan pemupukan sebanyak 2 kaleng minyak tanah (4 kg) per meter persegi. Dilanjutkan pembuatan bedengan sesuai dengan kebutuhan.

3.2.3. Pembentukan Bedengan
Tanah yang telah gembur, dibuatkan bedang-bedang yang berukuran 3 m lebar, panjang sesuai dengan kebutuhan, tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanah diratakan guna menopang bibit yang akan ditanam. Idealnya jarak baris penanaman benih sekitar 4 m, dipersiapakan jarak didalam baris bedengan sepanjang 2,5 m dengan keadaan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapat banyak sinar matahari pagi, setelah diberi atap pelindung dengan jarak antara bedeng 1 m, untuk sarana lalu-lintas para pekerja dan sanggup dipakai sebagai terusan air pembuangan, untuk menambah kesuburan sanggup diberi pupuk hijau, kompos/pupuk sangkar yang sudah matang. Terkecuali apabila penanaman jenis jambu Bangkok memakai jarak tumbuhan antara 3 x 2 m.

3.2.4. Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran yang gres terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum terlalu subur. Caranya dengan menggali lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 m, dasar lobang ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lobang, guna menetralkan pH tanah hingga mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan kapur diberi pupuk kandang.

3.2.5. Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 bulan dari dukungan kapur pada lubang-lubang yang ditentukan kemudian diberikan pupuk sangkar dengan urutan pada bulan pertama diberi NPK dengan takaran 12:24:81 ons/pohon, bulan kedua dilakukan sama dengan bulan pertama, pada bulan ketiga diberi NPK dengan takaran 15:15:15 ons/pohon dan bulan ke 4 hingga tumbuhan berbuah, supaya jambu tetap bebuah gunakan pupuk sangkar yang sudah matang dan ditanamkan sejauh 30 cm dari batang tanaman. Pemupukan merupakan pecahan terpenting yang peggunaannya tidak sanggup sembarangan, terlebih-lebih kalau memakai pupuk buatan menyerupai NPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat dari pupuk menjadi racun yang akan membahayakan tumbuhan itu sendiri.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang telah remaja ditempatan pada bedeng-bedang yang telah siap. Juga penyiapan pohon pangkal sebaiknya melalui proses perkecambahan kemudian ditanam dengan jarak 20 x 30 cm setelah berkecambah dan berumur 1-2 bulan atau telah tumbuh daun sebanyak 2-3 helai maka bibit/zaeling sanggup dipindahkan pada bedeng ke dua yang telah dibuat selebar 3-4 m dengan jarak tanam 7-10 m dengan kedalaman sekitar 30-40 cm, jarak antara bedeng selebar 1 m, didahului perataan tanah ditengah bedengan guna pembuatan lubang-lubang penanaman. Untuk menghindari sengatan sinar matahari secara eksklusif dibuat atap yang berbentuk miring lebih tinggi ke timur dengan maksud supaya mendapat sinar matahari pagi hari secara penuh.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanaman
Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempat penanaman bibit jambu biji yang sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secara matang kemudian dibuat lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 x 0,8 m yang sebaiknya telah dipersiapkan 1 bulan sebelumnya dan pada waktu penggalian tanah yang diatas dan yang dibawah dipisahkan, nantinya akan dipergunakan untuk epilog kembali lubang yang telah diberi tanaman, pemisahan tanah galian tersebut dibiarkan selama 1 ahad dimaksudkan biar jasad renik yang akan mengganggu tumbuhan musnah; sedangkan jarak antar lubang sekitar 7-10 m.

3.3.3. Cara Penanaman
Setelah berlangsung selama 1 pekan lubang ditutup dengan susunan tanah menyerupai semula dan tanah di pecahan atas dikembalikan setelah dicampur dengan 1 blek (1 blek ± 20 liter) pupuk sangkar yang sudah matang, dan kira-kira 2 pekan tanah yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah mulai menurun gres bibit jambu biji ditanam, penanaman tidak perlu terlalu dalam, secukupnya, maksudnya batas antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada isu terkini hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.

3.3.4. Lain-lain
Pada awal penanaman di kebun perlu diberi proteksi yang rangkanya dibuat dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah timur, biar tumbuhan mendapat lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, dan untuk atapnya sanggup dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman dilakukan pada awal isu terkini penghujan, biar kebutuhan air sanggup dipenuhi secara alamiah.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
Meskipun penanaman jambu biji bisa tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya tetapi akan lebih baik apabila keberadaannya diperhatikan, lantaran tumbuhan yang diperhatikan dengan baik akan menunjukkan imbalan hasil yang memuaskan.

3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Karena kondisi tanah telah gembur dan gampang tumbuhan lain akan tumbuh kembali terutama Gulma (tanaman pengganggu), menyerupai rumput-rumputan dan harus disiangi hingga radius 1,5-2 m sekeliling tumbuhan rambutan. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Dan apabila tumbuh tumbuhan terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.

3.4.2. Penyiangan
Selama 2 ahad setelah bibit yang berasal dari cangkokan/ okulasi ditanam di lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan renta (warna coklat) dengan dahan muda (warna hijau) dan apabila buah terlalu banyak, tunas yang ada dalam satu ranting bisa dikurangi, dengan dikuranginya tunas yang tidak dibutuhkan akan berakibat buah menjadi besar dan menjadi manis rasanya. Khusus jambu non biji dengan membatasi percabangan buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-50 cm dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuh cabang tersier segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk merangsang tunas bunga dan buah yang akan tumbuh.

3.4.3. Pembubunan
Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam keadaan lunak, dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tumbuhan bisa dianggap telah besar lengan berkuasa betul.

3.4.4. Perempalan
Agar supaya tumbuhan jambu biji mendapat tajuk yang rimbun, setelah tumbuhan berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/ pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang juga berkhasiat memberi bentuk tanaman, juga memperbanyak dan mengatur produksi biar tumbuhan tetap terpelihara dan pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan keinginan biar muncul tajuk-tajuk gres sebagai tempat munculnya bunga gres pada isu terkini berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil keberadaannya.

3.4.5. Pemupukan
Untuk menjaga biar kesuburan lahan tumbuhan jambu biji tetap stabil perlu diberikan pupuk secara bersiklus dengan aturan:
a. Pada tahun 0-1 umur penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan adonan 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 gram ZK dengan cara ditaburkan disekeliling pohon atau dengan jalan menggali di sekeliling pohon sedalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan adonan tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya. Tanaman bisa berbuah 2 kali setahun.
b. Pemupukan tumbuhan umur 1-3 tahun, setelah tumbuhan berbuah 2 kali. Pemupukan dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, dan TSP 250 gram/pohon, dan seterusnya cara menyerupai ini dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan TSP dan NPK dengan takaran sama.
c. Pemupukan tumbuhan umur 3 tahun keatas, Kalau pertumbuhan tumbuhan kurang sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tuas hasil pemangkasan raning, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tumbuhan memerlukan pupuk sangkar sebanyak 2 kaleng minyak per pohon.
Cara pemupukan dilakukan dengan menciptakan torakan yang mengelilingi tumbuhan persis di bawah ujung tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm dan pupuk segera di tanam dalam torakan tersebut dan ditutup kembali dengan bekas galian terdahulu.

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Selama dua ahad pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman sanggup dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tumbuhan jambu biji telah tumbuh benar-benar besar lengan berkuasa frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang sanggup dilakukan saat-saat diperlukansaja. Dan bila turun hujan terlalu lebat diusahakan biar sekeliling tumbuhan tidak tegenang air dengan cara menciptakan lubang terusan untuk mengalirkan air. Sebaliknya pada isu terkini kemarau tanah kelihatan merekah maka dibutuhkan penyiraman dengan memakai pompa air 3 PK untuk lahan seluas kurang lebih 3000 m2 dan dilakukan sehari sekali tiap sore hari.

3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Guna menjaga kemungkinan tumbuhnya penyakit atau hama yang ditimbulkan baik lantaran kondisi cuaca dan juga dari hewan-hewan perusak, maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida pada umumnya dengan nogos, antara 15-20 hari sebelum panen dan juga perlu disemprot dengan sevin atau furadan terutama untuk menghindarkan adanya ulat jambu, tikus atau jenis semut-semutan, disamping itu penyemprotan dilakukan dengan fungisida jenis Delsene 200 MX guna memberantas cendawan yang akan mengundang hadirnya semut-semut. Disamping itu juga dipakai insektisida guna memberantas lalat buah dan kutu daun disemprot 2 x seminggu dan setelah sebulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.

3.4.8. Pemeliharaan Lain
Untuk memacu munculnya bunga Jambu biji dibutuhkan larutan KNO3 (Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNO3 dan juga memiliki keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga (tandan) jambu biji pada setiap stadium (tahap perkembangan) dan juga mempercepat pertumbuhan buah jambu biji, cara dukungan KNO3 dengan jalan menyemprotkan pada pucuk-pucuk cabang dengan takaran antara 2-3 liter larutan KNO3 untuk setiap 10 pucuk tumbuhan dengan ukuran larutan KNO3 yaitu 10 gram yang dilarutkan dengan 1 liter pengencer teknis.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1 Hama
a. Ulat daun (trabala pallida)
Pengendalian: dengan memakai nogos.
b. Ulat keket (Ploneta diducta)
Pengendalian: sama dengan ulat daun.
c. Semut dan tikus
Pengendalian: dengan penyemprotan sevin dan furadan.
d. Kalong dan Bajing
Keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. Yang termasuk faktor biotik menyerupai persediaan makanan, Pengendalian: dengan memakai musuh secara alami.
e. Ulat putih
Gejala: buah menjadi berwarna putih hitam, Pengendalian: dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hingga satu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.
f. Ulat penggerek batang (Indrabela sp)
Gejala: menciptakan kulit kayu dan bisa menciptakan lobang sepanjang 30 cm; Pengendalian: sama dengan ulat putih.
g. Ulat jengkal (Berta chrysolineate)
Ulat pemakan daun muda, berbentuk menyerupai tangkai daun berwarna cokelat dan beruas-ruas Gejala: pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning. Pengendalian: sama dengan ulat putih.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit lantaran ganggang (Cihephaleusos Vieccons)
Menyerang daun renta dan muncul pada isu terkini hujan. Gejala: adanya bercak-bercak kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan sporanya. Pengendalian: dengan menyempotakan fungisida menyerupai Dlsene 200 MX.
b. Jamur Ceroospora psidil , Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola psidil,
Gejala: bercak pada daun berwarna hitam. Pengendalian: dengan menyempotakan fungisida menyerupai Dlsene 200 MX.
c. Penyakit lantaran cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus
Gejala: rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar yang kena dikupas akan nampak warna kecoklatan. Pengendalian: dengan menyempotakan fungisida menyerupai Dlsene 200 MX.
3.5.3. Gulma
Segala macam flora pengganggu tumbuhan jambu biji yang berbentuk rerumputan yang berada disekitar tumbuhan jambu biji yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bibit tanaman, oleh alasannya itu perlu dilakukan penyiangan secara rutin.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah, berbeda dengan jambu yang pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebih cepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa buah, jambu biji yang telah matang dengan ciri-ciri melihat warna yang disesuikan dengan jenis jambu biji yang ditanam dan juga dengan mencium baunya serta yang terakhir dengan mencicipi jambu biji yang sudah masak dibandingkan dengan jambu yang masih hijau dan belum masak, sanggup dipastikan bahwa pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau pekat menjadi muda ke putih-putihan dalam kondisi ini maka jambu telah siap dipanen.

3.6.2. Cara Panen
Cara pemanenan yang terbaik yaitu dipetik beserta tangkainya, yang sudah matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melaksanakan pemangkasan pohon biar tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umur buah kemudian dimasukkan ke dalam keranjang yang dibawa oleh pemetik dan setelah penuh diturunkan dengan tali yang telah disiapkan sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen supaya sanggup bertunas kembali dengan baik dengan keinginan sanggup cepat berbuah kembali.

3.6.3. Periode Panen
Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan buah dalam satu rantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan biar buah sanggup berkembang besar dan merata. Dengan sistem ini diharapkan pemanenan buah sanggup dilakukan dua kali dalam setahun (6 bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah, dengan dicari buah yang masak, dan yang belum masak supaya ditinggal dan kemudian dipanen kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tidak dipetik maka akan berakibat datangnya binatang pemakan buah menyerupai kalong, bajing dll.

3.6.4. Prakiraan Produksi
Apabila penanganan dan pemeliharaan sejak pembibitan hingga panen dilakukan secara baik dan benar serta memenuhi aturan yang ada maka sanggup diperkirakan mendapat hasil yang diharapkan. Pada penanaman 400 pohon setelah 2-3 bulan dari pohon cangkokan setelah tanam sudah mulai berbunga dan 6 bulan sudah mulai dipanen, pemanenan dilakukan setiap 4 hari sekali dengan hasil setiap panenan seberat 100 kg buah jambu. Di Indonesia per tahunnya sanggup mencapai 53.200 ton dengan luas tumbuhan selebar 17.100 hektar. Harga jual kini ke konsumen mencapai Rp. 650,- per ikat atau hingga Rp.750/ kg.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu biji harus dikumpulkan secara baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalam keranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat penampungan yaitu dalam gudang/gubug.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Tujuan penyortiran buah jambu biji dimaksudkan jambu yang anggun memiliki harga jualnya tinggi, biasanya dipilih menurut ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi baik mutunya sanggup dicampur dengan buah yang besar dengan mutu sama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan atau bijian dan perlu diingat bahwa dalam penyortiran diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Dan dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji, jangan dicampur adukkan dengan jenis yang lain.

3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu usang mengingat daya tahan jambu biji tidak bisa terlalu usang dan sementara belum sanggup dijual ke pasar ditampung dulu dalam gubug-gubug atau gudang dengan memakai kantong PE, suhu sekitar 23-25 derajat C dan jambu sanggup bertahan hingga 15 hari dalam kantong PE dan ditambah 7 hari setelah dikeluarkan dari kantong PE, sehingga sanggup meningkatkan daya simpan 4,40 kali dibandingkan tanpa perlakuan. Tekanan yang baik yaitu -1013 mbar dan sanggup menghasilkan kondisi PE melengket dengan tepat pada permukaan buah, konsentrasi C0² sebesar 5,21% dan kerusakan 13,33% setelah penyimpanan dalam kantong PE. Jalan yang terbaik untuk penyimpanan buah jambu dengan jalan diawetkan, biasanya dilakukan dengan jalan dibuat asinan atau manisan dan dimasukkan dalam kaleng atau botol atau sanggup juga dengan memakai kantong plastik. Hal ini sanggup menjaga kesterilan dan ketahanan sehingga sanggup usang dalam penyimpanannya. Serta biasanya dibuat minuman atau koktail.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Jambu biji dengan hasil jual sanggup tinggi tidak tergantung dari rasanya saja, tetapi pada kenampakan dan cara pengikatannya, apa bilaakan di jual tidak jauh dari lokasi maka cukup dibawa dengan dimasukkan dalam keranjang dengan melalui sarana sepeda atau kendaraan bermotor. Untuk pengiriman dengan jarak yang agak jauh (antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan buah jambu watu dilakukan dengan cara di pak dengan memakai peti yang berukuran persegi panjang 60 x 28,5 x 28,5 cm, keempat sudutnya yang panjang dengan jarak 1 cm, sisi yang pendek sebaiknya dibuat dari 1atau 2 lembar papan setebal 1cm, lantaran sisi ini dalam pengangkutan akan diletakkan di pecahan bawah, sebaiknya pembuatan peti dilakukan jarang-jarang guna untuk memberi kebebasan udara untuk keluar masuk dalam peti. Sebelumnya buah jambu dipilih dan di pak. Setelah itu disusun berderet berbentuk sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi dengan lumut/sabut kelapa, atau materi halus dan lembut lainnya. Kemudian setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup dengan papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibuat agak gembung, biasanya penempatan peti pecahan yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.

3.7.5. Penanganan Lain
Agar hasil penyimpanan sanggup bernilai tinggi maka perlu dilakukan pengolahan terlebih dulu. dan biasanya dengan cara pengawetan yang kemudian disimpan atau dikemas dalam botol/kaleng atau juga dengan kantong plastik, guna menghambat proses pembusukan buah didalam botol, dan sanggup membuka peluang untuk menikmati buah jambu biji pada setiap ketika tanpa menunggu isu terkini berbuah berikutnya. Seperti berbentuk koktail jambu, manisan jambu dan jambu biji kalengan. Dengan membuka peluang untuk dilakukan eksport buah olahan dari buah jambu biji. Seperti jus jambu biji berbentuk cairan agak kental atau sirup.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Anasisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya jambu biji seluas 1 hektar dengan jarak tanam 8 x 8 m, populasi 156 pohon di Jawa Barat pada tahun 1999.
  1. Biaya produksi tahun ke-1
    1. Sewa lahan
    2. Bibit 800 batang @ Rp. 3.000,-
    3. Pupuk
      - Pupuk sangkar 6 ton @ Rp. 150.000,-/ton
      - Urea 25 kg @ Rp. 1.500,-
      - SP-36 25 kg @ Rp.1.900,-
      - KCl 25 kg @ Rp. 1.800,-
    4. Pestisida dan fungisida
    5. Tenaga kerja
      - Lubang tanam, ajir 23 HKP @ Rp. 7.000,-
      - Beri pupuk 8 HKP + 15 HKW @ Rp. 5.000,-
      - Tanam 8 HKP + 10 HKW
      - Pemeliharaan 40 HKP+20 HKW
  2. Biaya produksi tahun ke-2 s.d. ke-4
    1. Pupuk
      - Pupuk sangkar 10 ton @ Rp. 150.000,-
      - Urea 75 kg @ Rp. 1.500,-
      - SP-36 50 kg @ Rp.1.900,-
      - KCl 50 kg @ Rp.1.800,-
    2. Pestisida dan fungisida
    3. Tenaga kerja
      - Tenaga pemeliharaan 50 HKP+50 HKW
    4. Alat
  3. Biaya produksi tahun ke-5 s.d. ke-15
    1. Pupuk
      - Pupuk sangkar 24 ton @ Rp. 150.000,-
      - Urea 125 kg @ Rp. 1.500,-
      - SP-36 300 kg @ Rp.1.900,-
      - KCl 150 kg @ Rp. 1.800,-
    2. Pestisida dan fungisida
    3. Alat
    4. Tenaga kerja
      - Pemeliharaan 50 HKP + 60 HKW
      - Panen & pasca panen 40 HKP + 50 HKW
      Jumlah biaya produksi dalam 15 tahun
  4. Pendapatan dari hasil produksi (15 tahun) : 70 ton
  5. Keuntungan higienis 15 tahun
  6. Parameter kelayakan perjuangan
    1. B/C rasio

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.


Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.


Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.

30.000.000,-
2.400.000,-

900.000,-
37.500,-
47.500,-
45.000,-
800.000,-

161.000,-
131.000,-
106.000,-
400.000,-


1.500.000,-
112.500,-
95.000,-
90.500,-
781.250,-

625.000,-
600.000,-


3.600.000,-
187.500,-
570.000,-
270.000,-
1.093.750,-
450.000,-

675.000,-
550.000,-
127.799.500,-
245.000.000,-
117.200.500,-

= 1,917

Panen dimulai pada tahun ke 6 dan laba mulai diraih pada tahun ke enam. Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada besarnya sewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga produksi buah yang didapatkan.

4.2. Gambaran Peluang Agrobisnis
Prospek komoditi jambu biji cukup cerah, alasannya undangan terhadap komoditi ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya dalam membudidayakan tumbuhan jambu air perlu menentukan jenis yang tepat, yakni yang banyak digemari masyarakat, menyerupai jambu biji bangkok.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan teladan dan cara pengemasan.

5.2. Diskripsi

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

5.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan menyerupai terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil teladan sebanyak 20 buah dari pecahan atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) hingga diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) hingga dengan 100, teladan yang diambil 5.
b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 hingga dengan 300, teladan yang diambil 7.
c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, teladan yang diambil 9.
d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, teladan yang diambil 10.
e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, teladan yang diambil 15 (minimum).

Petugas pengambil teladan harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan memiliki ikatan dengan tubuh hukum.

5.5. Pengemasan
Jambu biji dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat higienis maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, tempat asal.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Pusat Informasi , Trubus Kumpulan Kliping Jambu Biji: Jenis dan Manfaat Budidaya Panen dan Pasca Panen. Jakarta: 1993. 108p: gamb.
b) Rahardi F.; Rina Nirwan S. dan Iman Satyawibawa Agribisnis tumbuhan perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya, 1994. Vi + 67p; ilus.; 21 p.
c) Ensiklopedi nasional Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1989. Jilid 7: hal 325.


Demikianlah Artikel Budidaya Tanaman Buah Jambu Biji

Sekianlah artikel Budidaya Tanaman Buah Jambu Biji kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Budidaya Tanaman Buah Jambu Biji dengan alamat link http://elpasodemisdias.blogspot.com/2000/07/budidaya-tanaman-buah-jambu-biji.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel